Diam Diam Jatuh Cinta

Mar Shahle
Chapter #5

Chapter 5

“Eh! Bisa ngelawak juga Bu Bos,” ucap Shanum bermonolog di dalam hatinya.


“Apaan sih Bunda! Yuk pulang, Beryl ada janji nih dengan teman – teman, nanti Beryl telat,” jelas Beryl pada Amanda. Mendengar ucapan anak lelakinya, tentu membuat Bu Amanda segera cepat – cepat melangkahkan kakinya mengemasi barang miliknya, sebelum benar – benar pulang.


“Iya, sabar,” ucap Bu Amanda menyahuti perkataan putranya yang tak sabaran itu, “Shanum, Ibu pulang dulu ya,” ucap Bu Amanda berpamitan pada karyawannya.


“Iya Bu, hati – hati dijalan,” jawab Shanum pada Bos nya.


“Tentu, kalau ada apa – apa jangan lupa beritahu Ibu ya Shanum, Assalamualaikum,” ujar Bu Amanda seraya meninggalkan Butik nya.


“Waalaikumsalam,” ucap Shanum menjawab perkataan Bu Amanda. Wanita itu pun segera masuk ke dalam mobil bersama Beryl. Sejenak Shanum takjub dengan Bosnya, meskipun sudah memiliki anak, masih terlihat ayu. Mungkin jika orang – orang tak tahu, akan mengira Amanda dan Beryl sepasang kekasih, padahal Ibu dan anak.


“Kok Bisa ya, Bu Amanda awet muda begitu, padahal anaknya nyebelin,” batin Shanum takjub pada Bu Bosnya. Dari dalam butik, Shanum melihat Beryl telah mengeluarkan mobilnya meninggalkan lokasi Butik.


“Huft, akhirnya si cowok nyebelin itu pergi juga. Baru bisa tenang jiwa dan ragaku setelah kepergiannya, kalau nggak bawaanya mau marah terus,” gumam Shanum, kembali duduk di kursi kasir.


***


Sementara itu di dalam mobil, tampak Bu Amanda berbincang – bincang pada putranya.


“Shanum itu cantik ya Beryl, selain cantik, mandiri pula, Ibu salut loh ada gitu anak gadis yang masih muda seperti dia mau bekerja keras,” ucap Amanda memulai percakapan antara dia dan Beryl.


“Cantik memang Bun, tapi kalau di kampus dia itu paling nyebelin,” ucap Beryl mulai bercerita pada ibundanya.


“Kok nyebelin? Ibu lihat anaknya sopan santun dan ramah lagi,” ucap Bu Amanda membanggakan karyawan kesayangannya.


“Bunda nggak tau aja, dia itu dinobatkan gadis tengil Bun, memang sih cantik dan berprestasi, cuma sikapnya itu sedikit mengganggu,” cerita Beryl menggebu – gebu tentang keburukan Shanum pada bundanya.


“Masa sih? Nggak yakin deh Bunda, anaknya kalem begitu,” sahut Bu Amanda membela.


“Terserah Bunda menilai seperti apa, sudah lama dia kerja di butik Bunda? Kok Beril nggak tahu ya Bun?” tanya Beryl mulai penasaran tentang Shanum.


“Kamu gimana sih Beryl! Tadi katanya Shanum nyebelin, tapi masih aja kepo – kepo, kamu naksir ya sama pegawai Bunda? Ngaku!” sergah Bu Amanda to the point pada Beryl.


“Yaelah Bunda, orang Beryl cuma nanya kok! Malah dibilang naksir, Beryl tuh heran, kok bisa Beryl nggak tahu kalau dia kerja di butik Bunda, bukan naksir,” ucap Beryl menjelaskan pada Bu Amanda.


“Em, begitu kirain Bunda kamu naksir. Sudah lama kurang lebih ada dua tahunan dia jadi karyawan Bunda, makanya Bunda tahu gimana wataknya, dia gadis yang pekerja keras, kamu harus banyak belajar dari dia,” jelas Bu Amanda pada Beryl yang tengah mengemudikan mobilnya.


Mendengar penjelasan Bunda Amanda, Beryl tersentak kaget, “Apa Bun!? Kurang lebih dua tahun? Kok lama sekali, kenapa Beryl bisa nggak tahu?” tanya Beryl kaget, sampai bola matanya melotot.


“Ya mana Bunda tahu, kenapa kamu sampai nggak tahu – menahu soal karyawan Bunda, lagian kamu nggak pernah nanya Bunda juga. Lagi pula kamu itu jarang sih antar jemput Bunda, masa iya setiap hari Bunda ke butik dianterin pak sopir atau nyupir sendiri sih, berasa nggak punya anak. Kamu itu sibuk sama dunia kamu terus, sampai lupa perhatian sama Bunda. Sudah Papi kamu sibuk, kamu pun ikut – ikutan sibuk,” keluh Bu Amanda dengan ekspresi sedih pada Beryl.


“Sudah ya Bunda, jangan memasang muka melas seperti itu. Membuat Beryl merasa bersalah saja,” gerutu Beryl pada Bunda Amanda.


Lihat selengkapnya