Bulu kuduk semakin meremang, pikiran negatif tentang hantu pun berseliweran di otak, membuat tubuh Shanum bergetar hebat. Segala ayat pendek pun dilafazkan Shanum di dalam hatinya, karena segalak – galaknya Shanum tetap saja dia takut hantu.
“Ya Allah, jauhkanlah saya dari gangguan para hantu,” gumam Shanum yang mempercepat langkahnya, Shanum tak berani lagi menoleh kebelakang karena saking takutnya.
“HiiiHii!”
Terdengar kembali suara mengerikan dari arah belakang, sangat jelas di pendengaran. Shanum semangkin takut, tubuhnya semakin gemetaran, saking takutnya Shanum tak dapat lagi melangkahkan kakinya, tubuhnya seketika mematung.
“Ha – hantu! To – tolong jangan ganggu sa – saya! Sa – saya gadis baik – baik!” ucap Shanum terbata – bata.
“HiiHii!”
Suara itu semakin nyaring dan jelas di telinga Shanum, membuat gadis cantik berbulu mata lentik itu semakin ketakutan, bahkan Shanum memejamkan kedua mata saking takutnya. Rasa – rasanya, sesuatu telah berdiri di belakang Shanum.
“Astagfirullah, Ya Allah turunkanlah bala bantuan pada gadis malang sepertiku!” Gumam Shanum yang tengah bergetar hebat karena ketakutan, saking takutnya sampai – sampai gadis cantik itu pipis di celana.
Tiba – tiba ada yang memegang bahunya, membuat Shanum berteriak kencang, “Aaaaa tolong! Ada hantu!”
***
Sebelumnya ….
“Shul, sudah jam sepuluh, aku pulang dulu ya!?” ucap Beryl berpamitan pada Sulhan, mereka baru saja selesai mengerjakan tugas yang diberikan oleh Dosen nya.
“Ya ampun, baru juga jam sepuluh. Waria di jalanan belum keluar jam segini! Kamu sudah mau pulang aja, nggak dongkrong dulu kita di cafe depan, ngopi gitu?” ucap Sulhan pada Beryl.
Beryl yang tengah mengemasi laptopnya itu, menoleh ke arah Sulhan. Kemudian melanjutkan kembali mengemasi barang – barangnya sambil berkata, “Nggak Shul, lain kali saja. Kamu taukan Bunda Ku seperti apa? Bisa diomelin habis – habisan aku jika pulang terlalu larut, dia nggak suka,” jelas Beryl pada Sulhan.
“Ya Ampun! Parah! Kamu tu cowok apa cewek sih? Sekalian saja bawa pengawal yang jagain kamu dua puluh empat jam,” ledek Sulhan dingin hati.
“Resiko jadi anak tunggal Shul, lagian kamu ini ada – ada aja, masa iya ngajak nongkrong malam jum’at?” sela Beryl.
“Oh iya, malam jum’at ya ternyata. Kupikir tadi malem minggu!” beber Sulhan yang baru menyadari hari itu, Beryl geleng kepala melihat temannya itu.
“Dasar kamu ini, ya sudah kalau gitu aku pamit pulang dulu, sampai ketemu di kampus besok!” lontar Beryl, sambil mengenakan ranselnya. Sulhan tersenyum kecil menanggapi perkataan Beryl.
“Iya, hati – hati dijalan, biasanya banyak yang keliaran kalau malam jum’at!” tukas Sulhan, menakut – nakuti Beryl meskipun Sulhan tau kalau Beryl tak akan takut dengan lelucon remahannya.
Setelah berpamitan, Sulhan mengantar Beryl sampai ke teras. Beryl pun segera meninggalkan rumah Sulhan, kemudian naik ke atas motornya. Beryl pun menyalakan sepeda motornya, lalu pergi. Setelah Beryl pulang, Sulhan pun segera masuk kembali kedalam rumahnya, lalu mengunci pintu.
Beryl sedang diperjalanan menuju pulang, dan melewati butik Bundanya karena memang searah. Melihat keadaan Butik masih ramai pelanggan yang berbelanja, Beryl menghentikan laju sepeda motornya dan berhenti di seberang jalan memperhatikan keadaan butik.