“Kalian lihat nggak sih Shanum bawain Beryl makanan sampai ke kelas?” ucap Sonia pada temanya, Cintia. Sonia salah satu mahasiswa pengagum berat Beryl. Sudah lama Sonia menaruh hati pada lelaki tampan itu.
“Iya dong! Aku lihat jelas banget, Sonia. Gila ya Shanum itu, terang – terangan mendekati Beryl, nggak tau aja dia kalau Beryl itu gebetan kamu!” sahut Cintia membela temannya.
“Nggak kapok dia, sepertinya Shanum masih mau disiram air comberan seperti waktu itu,” ucap Sonia.
“Banget Sonia, sepertinya kita harus memberikan pelajaran lagi sama gadis tengil itu, karena sudah berani mendekati Beryl,” timpal Cindy memanas – manasi Sonia.
“Awas aja kamu Shanum, tunggu pembalasan dari ku!” gumam Sonia yang menatap Sinis dari kejauhan memperhatikan Shanum yang hendak meninggalkan area kampus.
***
“Shanum, hari ini Ibu pulang cepet ya, nggak apa – apa kan? Soalnya Ibu ada acara keluarga,” tanya Bu Amanda pada Shanum yang tengah melamun seakan banyak sekali beban hidupnya.
“Iya, nggak apa-apa lah Bu. Ada – ada aja mah si Ibu, pake minta izin segala?” jelas Shanum pada Bu Amanda.
“Soalnya Ibu khawatir melihat kamu yang dari tadi bengong melulu. Kalau lagi nggak sehat, nggak apa – apa tutup awal saja,” titah Bu Amanda pada Shanum.
Shanum menatap Bu Amanda, seraya berkata, “Shanum sehat kok Bu, biar Shanum jaga butik Bu Amanda sampai jam tutup,” ucap Shanum meyakinkan Bu Amanda, “Shanum tu bengong lagi mikirin gimana cara menghapus foto memalukan itu dari ponselnya Beryl Bu,” bantin Shanum.
“Ya sudah kalau kamu yakin baik – baik saja, Ibu pulang dulu ya? Ingat kalau kamu lagi nggak enak badan tutup awal saja, nggak apa Ibu nggak akan marah atau memotong gaji kamu,” jelas Bu Amanda pada Shanum.
“Iya Bu, makasih banyak. Ibu baik sekali sama Shanum,” ujar Shanum pada Bu Amanda.
“Sudah sepantasnya kita melakukan kebaikan pada semua orang, ya sudah. Ibu pamit dulu ya,” ucap Bu Amanda, kemudian meninggalkan Butik.
Amanda pun pulang dengan menyetir mobil nya seorang diri.
“Huft! Ibunya baik banget, tapi kenapa anaknya nyebelin!? Pasti itu pengaruh hormon dari bapaknya!” Gerturu Shanum yang sedang duduk di meja kasir.
“Brum!” Terdengar suara motor yang baru saja masuk ke area parkiran Butik, dari dalam Shanum mengintip dibalik jendela yang transparan itu.
“Eh! Itukan Beryl, ngapain lagi sih dia kesini!? Jangan bilang dia mau gangguin aku lagi!” batin Shanum melihat kedatangan Beryl.
Beryl menyimpan helmnya di atas motor kemudian berlalu masuk ke dalam Butik. Sementara Shanum menatap sinis lelaki tampan yang baru saja memasuki Butik.