Diam Diam Jatuh Cinta

Mar Shahle
Chapter #12

Chapter 12

Aracely tersenyum mendengar pujian dari Papi Emir, dan tertunduk malu–malu pada Beryl. Tampak sekali kalau dia tengah tersipu akan pujian tadi. Sementara itu, Beryl malah bingung melihat gelagat dari Aracely. Dia pikir gadis itu sedang tersenyum ramah kepada Papi Emir. Jadi, tidak terlalu menghiraukan reaksi dari Aracely.

“Aracely ini Dokter muda loh Mr. Emir,” puji Pak Asfar dengan bangga pada putrinya.

Mendengar keterangan dari Pak Asfar, Papi Emir begitu senang, ternyata jodoh yang disiapkan untuk anaknya itu adalah orang penting. Profesi dokter bukanlah hal yang mudah bagi seorang perempuan, tetapi Aracely tampak menawan dan cocok dengan profesinya itu. Sementara Bunda Amanda hanya tersenyum kecil saja.

“Wah, beruntung sekali Pak Asfar, sudah memiliki putri yang cantik berprestasi pula,” timpal Papi Emir.

Dia meminta pendapat kepada Bunda Amanda sembari menoleh. Istrinya pun terlihat mengerti akan maksud dari Papi Emir dan setuju dengan ucapan yang dilontarkan oleh suaminya.

Walaupun di hati Bunda Amanda ada sedikit keraguan, tetap saja dia harus bersikap ramah juga sopan.

“Mr. Emir juga sangat beruntung memiliki anak yang tampan seperti Beryl. Tampaknya kedua anak kita cocok Mr.Emir, Beryl tampan dan Aracely cantik. Kalau mereka menikah kita bakalan dapat keturunan yang sempurna,” tutur Pak Asfar.

“Benar, Pak Asraf. Tampaknya mereka cocok,” sahut Papi Emir menimpali.

Mendengar penuturan Pak Asfar, seketika Beryl melemparkan tatapan tajam pada Papi Emir dan Bunda Amanda secara bergiliran. Beryl menyadari sesuatu dari maksud kedatangan keluarganya ke rumah rekan bisnis Papinya.

Dalam hati Beryl merutuk karena malah ikut dan setuju saja pergi dengan Papi Emir beserta Bunda Amanda. Dia pikir sebelumnya, ini adalah pertemuan antara kolega, tetapi ternyata di luar dugaan. Dalam keadaan seperti ini pun Beryl tidak punya pilihan lain, selain diam dan mengamati pembicaraan mereka.

“Oh iya, Arasely juga anak yang baik. Dia itu jarang nongkrong keluar seperti gadis lain di luar sana. Kalau sudah selesai bekerja, Aracely langsung pulang. Jadi, kami jamin kalau anak kami ini gadis baik-baik,” ujar Bu Talita menambahkan informasi tentang anak mereka.

Mendengar itu, Bunda Amanda kembali tersenyum. Begitupun dengan Papi Emir. “Wah, ternyata kita benar-benar beruntung ya, Bunda. Bisa bertemu dengan Aracely, sudah cantik, berprestasi menarik dan baik lagi. Susah loh cari gadis seperti dia,” ujar Papi Emir sengaja memuji Aracely lagi di depan Beryl. Tetapi, sayangnya Beryl seolah tidak peduli dengan apa yang diucapkan oleh Papi Emir. Dia tetap diam dan hanya mendengarkan saja tanpa mau menimpali.

Beryl merasa sangat bosan dengan kunjungan tersebut. Ingin rasanya dirinya pergi entah ke mana, tetapi apalah daya, demi menjaga nama baik sang Papi, terpaksa Beryl harus bertahan menunggu sampai pulang.

Sesekali Aracely juga mencuri pandang kepada lelaki itu, tetapi Beryl lagi-lagi tidak peduli. Dia tetap diam mendengarkan semua ucapan dari kedua orang tua mereka. Dalam hati Beryl berharap agar acara ini segera usai.

Setelah puas ngobrol dan berbasa – basi, Pak Asfar menawarkan makan malam di rumahnya. Keluarga Papi Emir pun di boyong ke ruang makan. Makanan lezat menggugah selera sudah tersaji di meja untuk para tamu itu.

“Wah, makanannya pasti lezat ini, Pi. Dilihat dari tampilannya saja sudah menarik dan menggugah selera. Iya, kan?” ucap Amanda meminta pendapat dari Papi Emir.

Ini semua Bunda Amanda lakukan untuk menghargai niat baik dari Pak Asfar dan Bu Talita. Dia ingin kunjungan mereka ini berjalan dengan baik. Apa pun yang akan diberikan oleh sang tuan rumah, Bunda Amanda pasti akan memujinya sedemikian rupa.

“Tentu saja, Mrs. Amanda. Ini kami siapkan spesial untuk kalian,” cetus Bu Talita tersenyum senang.

Bu Talita benar-benar suka sekali jika apa yang dilakukannya itu dipuji, terlebih oleh orang yang baru dikenal seperti Bunda Amanda dan Papi Emir.

“Ya sudah, ayo! Kenapa berdiri saja? Duduk-duduk,” ucap Pak Asfar mempersilakan tamu-tamunya untuk duduk.

Semua sudah duduk di meja makan. Aracelly memilih duduk di sebelah Beryl, membuat lelaki tampan itu merasa tak enak karena bersebelahan dengan anak rekan bisnis papinya.

Beryl jengah sekali jika harus berdekatan dengan Aracely. Sedari tadi Beryl bukannya tidak tahu kalau gadis itu mencuri perhatian, tetapi Beryl tidak punya pilihan lain selain pasrah dan mengikuti alur keluarga Aracely.

“Tuh, lihat! Mereka duduknya bersisian saja sudah tampak pas dan serasi jika menjadi pasangan. Iya, kan, Mr. Emir?« tanya Pak Asfar tiba-tiba saja membuat Bunda Amanda beserta Papi Emir langsung menatap Aracely dan Beryl yang duduk bersampingan.

“Oh tentu, dong. Yang cantik dan yang tampan, mereka berdua sama-sama punya profesi bergengsi. Jadi, siapa pun yang melihat mereka, pasti akan berpikiran kalau keduanya itu seperti ratu dan raja. Benar, kan?” tanya Papi Emir menimpali perkataan Pak Asfar.

Lihat selengkapnya