Dian

Alfinda Walidah
Chapter #2

BAB 21

"Ian.....!" Teriakan seorang cowok menggema di seluruh koridor. Langkahnya setengah berlari menuju seseorang yang dipanggilnya.

"Minggir-minggir Abang ganteng mau lewat" ucapnya dengan senyum secerah matahari sambil mengusir beberapa teman yang menggangu lankahnya menuju seseorang yang tadi dipanggilnya.

"Masih pagi ini Ki, jangan narsis dulu" ucap salah seorang temannya sambil menyingkir memberikan ruang untuk Riki lewat.

"Kalau gak narsis follower gue berkurang entar. Yang ada Ian gak punya saingan. Hahahhaha" teriaknya sambil tetep berlari kecil menghampiri seseorang tersebut. Ian.

Temen-temannya yang mendengarkan pun hanya bisa bergeleng-geleng kepala. Karena kejadian dan ucapan tersebut sudah tak asing lagi ditelinga mereka.

Plak! Dengan ringan tangan Riki memukul kepala Ian dengan tangan kanan.

"Sakit bego. Ucap Ian sambil mengelus-elus kepalanya. Lo kalau mau mukul ya gak usah teriak-teriak juga. Sehari aja deh kalem napa kaya gue. Astagaaa! Mau mukul aja harus kaya Tarzan dulu. Budeg ini telinga gue" gerutuan dan kekesalan Ian tidak di tiadahkan oleh Riki karena empunya justru ketawa terpingkal-pingkal.

"Ian. Kapan sih elo jadi cewek? Sumpah elo imut bikin gue pengen nyubit. Bawaannya kalau ketemu elo tuh kudu mukul jadi jangan salahin tangan gue kalau suka sama badan elo" ucap Riki disela-sela tawanya.

"Orang gila sih! Mana nih Emak? Tumben nih kalau belum datang. Bisa-bisa jabatan osisnya di cabut" tanya Ian sambil melirik jam hitam dipergelangan tangan kanannya.

"Hohoho Emak nunggu Lo di kantin bareng anak-anak yang lain. Gue tadi habis dari kamar mandi, eh ngeliat elo deh. Langsung aja nih jiwa mukul manja ala tangan gue keluar" ucapnya sambil berlari meninggalkan Ian karena kakinya dengan seenaknya menginjak sepatu putih Ian.

"Brengsek Lo Rik...!" Umpat Ian sambil membersihkan sepatu putihnya. Gila aja baru di cuci ini woy. Emang dasar Riki gila". Gerutuan Ian yang mampu di dengar oleh teman-temannya yang sejak tadi melihat kejadian tersebut.

Bagi mereka melihat Ian dengan segala pesona adalah hal yang tak boleh di lewatkan. Bukan saja hanya karena tampangnya yang lumayan tapi sifat mudah kenal dan sok kenal lah yang membuat mereka merasa spesial bagi Ian.

Padahal Ian menganggap biasa aja tuh sifatnya. Emang dasarnya cewek itu mudah baper kok. Terlebih lagi bagi mereka Ian itu kaya magnet, diam aja mereka ngerasa Ian pecicilan. Apalagi kalau aktif suka bikin gemes sesekolahan. Untung ganteng.

Langkah kaki Ian berjalan ke arah kantin di mana teman-teman seperjuangan menunggunya. Jangan lupakan senyum Pepsodent dan lambaian tangan nya menyapa setiap manusia-manusia yang lewat.

Bahkan nih ya tukang kebun, atau bapak sapu aja di sapa sama Ian. Emang dasarnya Ian sok kenal sih.

"Hai Rini"

"Oh. Hai juga Angga"

"Iya, selamat pagi"

Semua yang kenal Ian akan dengan suka rela menyapanya. Karena diantara temen-teman seperjuangannya hanya Ian dan Riki lah yang mudah welcome dengan orang lain. Katanya mereka sih gitu.

Lihat selengkapnya