“Sah?” Tanya sang Penghulu pada saksi dan kerabat dekat yang hadir pada saat acara akad nikah Diandra hari itu.
Minggu yang cerah, akad nikah berlangsung sederhana pada pukul 10.00 WIB. Namun ternyata tak secerah hati Diandra Sebagaimana layaknya pasangan yang baru saja menikah, sudah seharusnya Diandra merasakan kebahagiaan sebagai pengantin baru. Karena mereka sekarang adalah sepasang suami istri yang harus saling menyayangi dan menghormati satu sama lain.
Saat acara suapan nasi adep-adep yang biasa disuguhkan dalam acara pernikahan untuk sang pengantin yang menjadi ciri khas di daerah perbatasan Cirebon dan Jawa Tengah, bentakan pertama terlontar dari bibir suaminya, Aldi.
Diandra terkejut melihat perubahan sikap suaminya, meskipun bentakan itu diucapkan dengan nada pelan.
Tiga bulan mereka mencoba saling mengenal, tepatnya Diandra lah yang mencoba memahami sikap Aldi.
Saat itu Aldi bersikukuh mengajaknya agar segera menikah. Sebetulnya Diandra masih ragu dengan ajakan Aldi waktu itu, namun entah dorongan apa yang membuat Diandra mengiyakan permintaan Aldi.
Proses dari mereka kenalan, lamaran dan akhirnya akad yang baru saja terucap pun terbilang singkat. Tiga bulan kurang dan selama proses pendekatan itu Aldi terlihat bersikap santun dan penuh kasih. Namun apa yang Diandra lihat hari ini seusai akad justru sebaliknya, Aldi mulai melontarkan kata kasar saat Ia menyuapkan nasi adep-adep sesendok penuh ke bibir suaminya.
Diandra tidak mengerti kenapa suaminya marah hanya karena suapan besar dari Diandra yang bermaksud bercanda dengan suaminya. Akhirnya untuk menutupi hatinya yang sedih, Diandra mencoba berdiam diri saat resepsi pernikahan berlangsung.