Naka masuk ke kamarnya dan duduk di sofa sambil melihat ke luar jendela. Wajahnya terlihat kesal dan sedikit marah. Ia teringat perkataan Naga tadi yang menyuruh semua orang agar jangan sampai membuat kesalahan, dan hal itu ditekankan sekali padanya seakan-akan ialah pembuat masalah paling besar. Naka kemudian berdiri dan mengambil sekaleng bir dari kulkas kecil yang ada di kamarnya. Naka membuka kaleng tersebut dan berdiri di depan jendela sambil melihat keluar.
“Hah? Gue? Jaga perusahaan dan sikap gue? Emang selama ini engga? Emang selama ini gue yang paling gabisa kerja ampe kalau ada apa-apa gue harus minta tolong ama yang lain?” ucap Naka dengan marah lalu meminum bir yang ada di tangannya.
Naka terlihat semakin marah setelah ucapan Naga terus-menerus terulang di kepalanya.
“Emang dia pikir dia siapa? Dia bukan anak pertama dan bukan yang ‘asli’ kayak Bang Bara, punya hak apa dia buat ngomong gitu ke gue?! Cuman karna dia yang paling ‘hebat’ di antara kita jadi dia ngerasa bisa gitu? Hah, lucu!”