“Jonathan!”
Aku berteriak di rumah pohon sebelah danau. Di tepat tengah malam aku memutuskan untuk segera mendatangi Jonathan untuk mencari bantuan. Aku harus menolong Rosa secepatnya. Dan dalam hati berdoa, semoga dia masih hidup meskipun berada dalam genggaman alfanya.
“Sialan,” jeritku.
Hawa dingin meledak di sekitarku. Mulai melingkupi rumput dengan es, dan danau yang bergejolak. Andrian mencoba menenangkanku dengan menyentuh bahu. Aku menepisnya kasar. Terlalu tidak sabaran.
“Tenanglah, Diandra!”
Kuputar tubuhku. Berbalik menatapnya dengan sengit sementara wajahnya tidak kalah frustasi dengan apa yang sedang kutunjukkan. Dia juga terguncang. Apalagi ketika aku menariknya pergi, menjauh. Meninggalkan Rosa yang menangis, dan makhluk yang menyeringai puas karena telah berhasil merobek jiwaku.
Namun, aku akan membuktikan bahwa dia membuat keputusan yang salah. Dia bermain dengan orang yang salah.
Aku menghela nafas. Kemudian mengangguk. Ya, tidak ada waktu untuk bersikap gegabah.
Rumah pohon itu hanya menjawab dengan hening. Meskipun disebut dengan rumah pohon, dia tidak lebih dari kumpulan kayu yang di pasang di atas pohon, tanpa benar-beanr berbentuk. Jonathan selalu melakukannya ketika dia harus menetap di sebuah kota dengan waktu yang cukup lama. Alih-alih menggunakan tenda, dia akan memilih untuk bergelantungan di pohon. Nampaknya kebiasaan itu tetap menempel bahkan setelah setahun berlalu.
Ketika aku akan memanjat, seseorang muncul di belakang kami. Dia bersidekap, dan memutar bola matanya kesal. “Jangan masuk rumah orang sembarangan!” Di tangannya ada sekantung plastik berwarna hitam. Entah itu apa, namun sepertinya makanan.
“Aku membutuhkan bantuanmu,” kataku. Segera menuntut.
Dia mengangkat sebelah alisnya, dan tersenyum miring meremehkan. “Aku tahu kau akan segera datang padaku. Sudah bertemu dengannya, ya?” Jonathan melirik Andrian dengan kecewa. “Padahal aku berharap si gadis serigala yang selamat. Bantuan dari manusia dengan tongkat baseball tidak diperlukan.”
“Hei!”
Tanganku terentang. Menahan Andrian yang hampir maju memprotes. Sekalipun aku kesal, perasaan ingin menyelamatkan Rosa lebih tinggi daripada egoku sendiri.