Delapan tahun lalu…
Kasih ibu pada anak memang tidak ada batas. Seperti Marie kepada Vanessa yang selalu berusaha memenuhi semua kebutuhannya. Sejak suaminya meninggal, Marie harus membanting tulang sendiri untuk bekerja sekaligus merawat anak semata wayangnya. Seperti tak kenal lelah, Marie dapat menjalankan bisnis berjualan kue kering sekaligus bekerja kantoran.
Untung bagi Marie, dari kecil Vanessa bukan anak yang rewel. Vanessa adalah anak yang sangat perhatian terhadap kesulitan ibunya. Walaupun tidak semua keinginan Vanessa terpenuhi, namun dia dapat mengerti. Bagi Vanessa kecil, berada dalam pelukan ibunya saja dia sudah sangat senang.
Suami Marie meninggal karena kecelakaan sewaktu melakukan perjalanan dinas kantornya. Saat itu Vanessa baru berumur lima tahun. Walaupun masih muda, namun cinta Marie pada suaminya yang begitu besar menyebabkan Marie tidak menikah lagi. Marie lebih memilih untuk melajang.
Saat Marie baru kehilangan suaminya, Marie sangat shock. Beruntung bagi dia yang mempunyai sahabat dari sejak sekolah, Hartono. Istri Hartono sendiri juga sudah meninggal dari lama. Istri Hartono ini juga bersahabat dengan Marie. Namun, Hartono memilih untuk menikah lagi dengan seorang wanita bernama Debora. Baik Hartono maupun Debora mempunyai seorang anak laki-laki dari pernikahan sebelumnya.
Tak disangka, anak Hartono, Marvin, jatuh cinta dengan Vanessa dan mereka menjalin hubungan pacaran. Betapa senangnya kedua belah pihak. Walaupun kejadian ini tidak disengaja, namun mereka bersyukur bahwa sudah saling mengenal latar belakang keluarga masing-masing.
Namun nasib memang tak selalu mujur. Bintang keberuntungan tak akan selalu menyinari. Ada kalanya manusia mengalami saat-saat tergelap dalam hidupnya. Hartono jatuh ke dalam lubang perselingkuhan! Dan dari perselingkuhan ini pula Hartono mempunyai anak lagi. Perempuan dan cantik sekali. Kejadian ini sekaligus membuat rumah tangganya dengan Debora hancur.
Awalnya, Hartono memang sangat menyesal. Dia mencintai Debora. Namun, seiring berjalannya waktu, Hartono mulai menerima kejadian ini karena memang dia bersalah.
“Bagaimana, Marie, bukankah anak perempuanku cantik sekali?” tanya Hartono pada suatu waktu dia berkunjung ke rumah Marie.
“Ya, Har. Matanya persis mata kamu. Hidungnya juga mancung sekali.” Marie kemudian menjawil lengan Vanessa. “Lihat, rambutnya bakal tebal dan hitam kayak rambut kamu, nak.”
Vanessa hanya melirik sekilas. Bagaimanapun juga, dia benci dengan Hartono. Gara-gara Hartono selingkuh ini, Marvin menjadi sedih sekali dan ini membuat Vanessa menjadi sedih juga. Marvin sangat memuja dan menyayangi ayahnya. Bagi Marvin, Hartono adalah role model. Marvin juga sangat menghormati ibu tirinya. Dari cerita Marvin, ibu tirinya tidak pernah jahat pada Marvin. Beliau selalu memperlakukan Marvin seperti anak sendiri. Vanessa sendiri jarang bertemu dengan Debora karena Marvin yang selalu ke rumahnya. Bahkan Vanessa belum pernah bertemu saudara tiri Marvin.
“Bagaimana kabar ibunya?” tanya Marie pada Hartono.
“Baik. Tapi dia lebih memilih untuk meninggalkan anak ini bersamaku.”
“Dan Debora?”
Hartono menghela napas. Tatapannya tak beralih dari anak perempuannya. “Dia sudah tidak menginginkan aku bersamanya. Lebih-lebih jika anak ini ikut denganku. Tapi, yang membuatku kecewa, Marvin tidak mau ikut aku. Lebih memilih bersama Debora dan Didi.”
Marie mengusap punggung Hartono pelan. “Yang sabar ya, Har. Aku yakin kamu mampu merawat anak ini.”