Di Antara Dua Bulan

MonicaLo
Chapter #3

BAB 2 PAULA

“Vanessa… Vanessa? Tolong aku…”

           Aku mendengar suara tersebut. Suara tersebut sepertinya dari ruang bawah tangga itu. Aku harus ke sana, seseorang butuh bantuanku. Maka kubuka pintu itu.

           Kosong.

           “Vanessa, aku di sini, sayang. Tolong aku, cintaku…”

           Aku terus mencari ke seluruh penjuru rumah. Tidak ada di mana-mana. Wanita itu tidak ada di mana pun. Tetapi, mengapa suaranya tetap ada? Mengapa dia mengenalku?

           Kuedarkan pandangan mataku ke arah dapur. Aku sudah tidak mendengar suara wanita tersebut. Tetapi, tiba-tiba, pandangan mataku bertemu dengan seorang pria. Pria itu tinggi, wajahnya dibingkai janggut yang mulai tumbuh. Matanya berbentuk almond dengan manik mata berwarna coklat muda. Rambutnya dicukur rapi diatas krah bajunya, tidak menampakkan kesan bahwa pria tersebut berandalan. Bibirnya tipis, warnanya semerah darah. Pria tersebut adalah pria yang paling rupawan yang pernah aku temui.

           Sejenak, dia hanya menatapku dalam diam. Kurasakan pandangan matanya sendu, cahaya kebahagiaannya hilang. Aku merasa pria ini sudah melalui hari-hari yang berat sehingga tak mampu bergembira lagi. Pria tersebut mengulurkan tangannya ke arahku. Aku bingung, akankah aku menyambutnya? Aku takut aku tak akan bisa melepaskannya.

           Aku terkesiap. Bagaimana pemikiran itu bisa menghampiriku? Aku bahkan tak mengenal pria ini. Keraguan melandaku, benarkah aku tak mengenal dia?

           “Aku tahu kamu sekarang bahagia. Tetapi, lihatlah mataku, Vanessa. Apakah benar kehidupan seperti ini yang kamu inginkan? Tidakkah kamu tahu berapa banyak orang menderita akibat ulah dia?” Pria tersebut mulai berbicara. Tatapan matanya semakin sendu.

           Aku hanya bisa diam. Bagaimana aku bisa menjawab tanpa tahu apa maksud dari perkataannya? Siapa yang dimaksud dengan ‘dia’? Apa pula maksudnya banyak orang menderita?

           “VANESSA!” Pria tersebut berlari ke arahku seperti hendak meraihku.

           Aku terkesiap. Seluru inderaku bekerja. Mataku terbuka lebar. Keringat membanjiri wajahku. Kurasakan juga baju tidurku bagian belakang basah. Jantungku belum bisa berdetak normal. Kakiku juga terasa dingin padahal aku tidak menyalakan pendingin udara.

Lihat selengkapnya