Bab 3
Masa Lalu, Pembenaran dari perasaan
Setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih 4 jam, kami sampai di kota sebelah. Saat keluar dari stasiun, ternyata kami sudah ditunggu oleh asisten Tomy yang datang menjemput kami. Dia akan mengantar kami ke villa yang jaraknya lumayan jauh dari stasiun. Perjalanannya sedikit memakan waktu karena jalanan yang agak macet pada saat weekend seperti ini. Setelah beberapa menit, mobil kami masuk ke jalanan yang lebih sepi dan sudah tidak terlalu banyak bangunan tinggi. Aku tertidur didalam mobil menyenderkan kepalaku di bahu Novi.
“Ran, Ran! Ayo bangun. Kita sudah sampai.” Kata Novi menggoyangkan badanku.
Aku membuka mataku dan turun dari mobil. Aku melihat sebuah villa yang memiliki area sangat luas, bangunan villa juga sangat estetik dengan dominan warna coklat dan ada beberapa tamu yang sedang bersantai dihalaman yang sangat indah ditumbuhi bunga-bunga. Udara di sini sedikit dingin karena berada di dataran tinggi. Kami berjalan mengikuti langkah kaki si asisten menuju kamar yang akan kami tempati. Lalu kami berhenti di depan sebuah pintu, saat membuka pintu itu aku sangat terkagum-kagum melihat ruangan itu. Terdapat Kasur yang sangat besar hingga muat untuk kami bertiga, sebuah TV yang lumayan besar, kamar mandi dengan bath up lalu saat membuka jendela langsung terlihat pemandangan rumput hijau dan hanya beberapa langkah kami sudah bisa berendam dikolam berenang yang ukurannya tidak terlalu besar. Melihat ini, aku berpikir seberapa kaya keluarga si Tomy. Ini sangat luar biasa, bisa menginap gratis di sini. Kami merapikan barang yang kami bawa. Kamar para cowok tepat di sebelah kamar kami. Aku sudah selesai merapikan barang bawaanku.
“Ran, Nov, aku mandi duluan ya?” Tanya Mery pada kami.
“Iya, duluan saja.” Kataku. Novi juga mengangguk tanda setuju.
“Kalo begitu, aku ingin keluar dulu.” Kataku pada Novi.
“Mau kemana?” Tanyanya.
“Cuma berjalan-jalan disekitas villa ini saja.” Kataku sambil memegang gagang pintu bersiap untuk membukanya.
“Okay.”
Aku berjalan menuju taman depan villa, disana banyak sekali bunga yang tumbuh dengan sangat indah. Ada beberapa petugas villa yang sedang bekerja menyapaku saat aku berpapasan dengan mereka. Aku melihat ada tempat duduk di dekat air mancur. Aku berjalan dan duduk disana. Terasa sangat sejuk karena berada di bawah pohon.
“Ran?”
Aku melihat Wendy yang berdiri di sampingku.
“Ternyata kamu disini.” Katanya.
“Wendy? Ada apa?”
“Tidak. Boleh aku duduk di sini juga?”
“Iya, duduklah.” Kataku sambil menunjukkan tempat disebelahku.
“Wahh, kenapa harus muncul sekarang? aku malah menjadi canggung padanya.” Pikiranku berputar-putar di keheningan itu.
“Miran, begini….” Katanya memulai sebuah obrolan dan aku melihat kearahnya dengan wajah yang bingung.
“Maaf ya tadi aku tidak bisa memakan masakanmu. Padahal kamu bilang sudah memasakkan untukku juga.”
“Sudahlah tidak apa-apa kok. Kamu juga tidak bisa menolak pemberian Mery kan?”
“Iya, tapi aku benar-benar ingin memakan masakanmu. Hehehehe.” Katanya sambil tersenyum polos.
Mendengar itu membuatku senang dan ingin segera memberikan kotak makanan yang khusus aku buatkan untuknya.
“Coba saja masih ada yaa... pasti akan aku makan sekarang.” Katanya tersenyum melihatku.
“Sebenarnya, masih ada. Itu aku buatkan khusus untukmu. Tapi aku pikir itu sudah tidak…..”
“Beneran? Waahhhh, aku mau Ran!” katanya memotong pembicaraanku dengan wajah yang sangat berharap.
“Iya, tapi aku pikir itu sudah tidak enak lagi.”
“Aku mau Ran! Tolong berikan padaku.” Katanya dengan sangat berharap.
Kalo melihatnya seperti ini, aku tidak bisa menolaknya dan aku kembali kekamarku. Aku mengambil kotak makan itu dan segera menuju tempat tadi. Aku bahkan tidak memperdulikan Novi dan Mery yang terlihat kebingungan melihatku yang terburu-buru.