DIANTARA SENJA KITA

Febrianti Dwi A
Chapter #5

Bab 4 Masa Lalu, Taman bermain

Bab 4

Masa Lalu, Taman bermain

Matahari memang baru saja muncul sedikit demi sedikit dan sorot warna biru menghampiri ruangan kami. Aku terbangun saat kedua temanku masih tertidur lelap. Aku mengambil Handphone yang aku letakan di meja. Aku melihat jam menunjukkan pukul 07.00 pagi. Aku mengambil handuk untuk mandi. Setelah selesai, aku melihat Mery baru saja terbangun.

“Jam berapa sekarang ini?” Tanyanya dengan wajah yang masih setengah tertidur.

“Sudah hampir jam setengah 8, cepatlah bangun dan bersiap-siap.”

Dia langsung beranjak dari Kasur dan mendekati pintu kamar mandi. Aku membangunkan Novi yang masih tertidur pulas. Setelah beberapa waktu, dia mulai membuka matanya dan aku menarik tangannya untuk bangun dari posisi berbaringnya agar dia segera sadar.

Pada pukul 9.00, kami berkumpul di depan lobi dan para cowok sedikit terlambat sehingga kami harus menunggu mereka. Setelah beberapa menit, kami semua sudah berkumpul dan para cowok yang terlambat itu meminta maaf atas keterlambatan mereka karena Tomy yang susah dibangunkan lalu di saat bersamaan mobil yang akan mengantarkan kami sudah ada di depan pintu lobi. Perjalanan yang kami tempuh cukup jauh kurang lebih sekitar 45 menit. Di tengah perjalanan, kami mampir ke sebuah restoran yang sedang popular didaerah sini. Bukan hanya tempatnya saja yang popular tetapi makanan di sana juga sangat enak. Aku merasa sangat kenyang dan membuatku lebih bersemangat hari ini. Setelah 20 menit kemudian, kami sampai di taman bermain. Hari ini pengunjungnya sangat ramai dan benar-benar taman bermain yang sangat luas dengan berbagai wahana. Kami mengantri untuk masuk ke dalam. Setelah berada didalam, aku mengambil sebuah brosur yang berisi peta area taman bermain.

“Kita mau ke mana dulu?” Tanyaku pada semua orang.

“Apa saja, yang pasti kita harus naik Kincir Angin saat sore.” Kata Rendra.

“kalo gitu ayo kita naik Niagara.” Usul Wendy.

“Yaa masa pertama yang itu sihh, biar kita lebih bersemangat ayo kita langsung ke Roller Coaster.” Kata Tomy sambil berjalan dengan cepat menuju ke tempat wahana itu.

Kami hanya bisa mengikuti langkahnya yang cepat tanpa bisa menyampaikan protes. Kami harus mengantri agak lama untuk menaiki wahana. Saat giliran kami, aku dan Wendy duduk bersebelah di bagian paling depan, di belakang kami ada Tomy yang duduk bersebelahan dengan Mery dan Novi yang bersama Rendra. Saat masih mengantri tadi aku sama sekali tidak merasa takut tetapi saat harus duduk dibagian paling depan, aku menjadi sedikit takut dan tanganku menjadi gemetaran.

“Kamu tidak apa-apa, Ran?’ Tanya Wendy yang melihat aku sedang melamun menatap kosong kedepan.

“Ya, ini sedikit menakutkan.”

“Tapi tadi kayaknya kamu tidak takut?”

“Iya, aku tidak menyangka bahwa kita akan duduk di bagian paling depan.” Kataku sambil mencoba untuk tersenyum.

“Tenang saja, aku ada di sampingmu jadi tidak perlu takut.” Katanya sambil tersenyum. “Mau berpegangan tangan agar kamu tidak terlalu takut?” Lanjutnya sambil membuka tangannya.

“Hmm, iya dehh.” Kataku sambil malu-malu meraih tangannya yang besar dan hangat itu.

Kemudian Roller Coaster mulai berjalan agak lambat menajak ke atas. “Ini lebih tinggi dari yang aku pikirkan.” Pikirku saat wahana sudah sampai dipunjak tertingginya. Saat Roller Coaster mulai menurun dengan sangat cepat, aku berteriak dengan sangat kencang dan aku benar-benar memegang tangan Wendy dengan sangat erat. Aku melihat kearah Wendy yang tertawa gembira. Aku pikir dia tidak mempermasalahkan tangannya yang mungkin akan terasa sakit karena genggamanku.

“Kamu tidak apa-apa kan, Ran? Ini sangat menyenangkan.” Katanya dengan suara yang bisa aku dengar.

Aku hanya menjawabnya dengan menganggu karena mulutku hanya sibuk teriak tanpa henti.

“Kamu harus mencoba merentangkan tangangmu seperti ini!!!” Teriaknya sambil tertawa sangat gembira. Dia benar-benar menikmatinya.

Aku mencoba merentangkan tanganku dan memang benar apa yang dikatakan Wendy, ini benar-benar sangat menyenangkan. Aku bisa merasakan angin melewatiku dan menghempaskan rambutku kebelakang. Aku benar-benar menikmatinya kemudian kami tertawa bersama. Setelah wahana berhenti, aku dan Wendy membuka sabuk pengaman lalu berdiri dari tempat duduk itu. Dia masih mengengam tanganku dan menarikku untuk keluar. Tiba-tiba saat mencoba melangkah keluar dari tempat duduk mengikuti Wendy yang ada didepanku, aku kehilangan keseimbangan dan hampir terjatuh tapi dengan cepat Wendy membalikkan badannya dan menangkap tanganku yang lainnya. Aku sedikit tertunduk dan saat aku menegakkan badanku, ternyata wajahnya terlihat sangat dekat. Aku terkejut dan dia juga terkejut melihatku. Mata kami saling bertemu dan aku bisa melihat dengan jelas warna matanya yang coklat tua itu. Dengan cepat kami menjauh satu sama lain saat mendengar rengekan dari Novi yang sedang berusaha dengan susah payah untuk berdiri dibantu oleh Rendra. Kami menjadi salah tingkah dan tersipu malu memalingkan wajah kearah yang berlawanan selama beberapa detik. Aku perlahan melirik kearah Wendy dari ujung dagunya menuju keatas, terlihat bahwa wajahnya menjadi sangat merah kemudian mata kami bertemu lagi. Dengan cepat, aku memalingkan wajahku yang kupikir sudah sangat merah juga. Aku tertangkap sedang mengawasinya dan teman-temanku tidak ada yang menyadari hal itu. Aku langsung beranjak untuk membantu Novi berjalan meninggalkan area wahana itu. Kami duduk disebelah tiang lampu yang berwarna hitam. Rendra memberi Novi minum untuk menenangkan dirinya yang masih ketakutan.

Lihat selengkapnya