Bab 6
Awal dari sebuah akhir
Setelah kejadian itu, aku benar-benar ditinggalkan oleh seseorang yang aku cintai sebelum aku sempat mengatakan perasaanku padanya dengan jelas. Aku bahkan ditinggalkan tanpa bisa mengucapkan salam perpisahan padanya. Seperti terombang-ambing ditengah lautan yang luas selama bertahun-tahun, aku selalu menunggu dirinya tanpa ada kejelasan. Saat itu aku juga aku tidak mencarinya, bukan karena menyerah pada dirinya tapi tidak ada hal lain yang bisa aku lakukan selain hanya menunggu dan berharap bahwa suatu saat nanti dia akan kembali seperti kejadian sebelumnya. Dengan perasaan hampa seperti itu, sebuah keajaiban bagiku bisa tetap fokus saat mengerjakan soal untuk masuk ke kampus X hingga aku dapat lulus dan berhasil menjadi mahasiswi jurusan sastra mulai musim mendatang. Lalu aku baru mengetahui keberadaan Wendy saat memasuki semester keempat sebagai seorang mahasiswi. Aku tidak sengaja mendengar percakapan Rendra, Tomy, Mery dan Novi saat kami memutuskan untuk berkumpul karena kami melanjutkan untuk pergi ke kampus yang berbeda-beda.
“Semalam aku baru saja berbicara dengan Wendy”. Kata Tomy saat hendak menghampiri mereka tetapi aku menghentikan langkahku.
“Hmm Wendy? Baru saja dia mengatakan Wendy kan?”
“Ya, dia juga menghubungiku.” Kata Rendra.
“Wendy menghubungi? Bahkan Rendra juga!” Kemudian aku memutuskan untuk bersembunyi dan menguping pembicaraan mereka.
“Hmm, jadi Wendy tetap menjaga komunikasinya dengan kalian yaa. Sudah 2 tahun berlalu.” Kata Novi.
“Aku pikir selama ini mereka tidak tahu keberadaan Wendy yang menghilang tiba-tiba! tapi sekarang... Mereka berbicara tentang dia seperti hal yang sudah biasa dan wajar saja.”
“Yappp. Sejak dia pergi ke London, kami masih selalu berkomunikasi.” Kata Rendra.
“Hahh London? Apa maksudnya semua ini?”
“Ohh begitu. Jadi bagaimana kabarnya? Hanya kalian yang bisa menghubunginya kan.” Kata Mery.