Bab 11
Hilang!!!!!
Hari ini, aku sudah bisa keluar dari rumah sakit. Aku pikir proses pemulihanku akan cepat tapi aku malah menghabiskan 4 hari disini. Selama itu juga kakakku sering menelpon. Seperti semalam, dia rutin menanyakan kabarku dan ketika aku bilang bahwa aku sudah bisa keluar rumah sakit besok, dia sangat senang dan bersikeras ingin menjemputku. Katanya sebagai balasan karena dia sangat sibuk sehingga dia tidak bisa mengunjungiku dan juga karena aku meminta padanya untuk tidak mengatakan apapun pada orang tua kami. Sejujurnya, sejak aku hidup sendiri, aku tidak pernah ingin bergantung pada keluargaku ataupun orang lain. Tapi jika aku sedang dalam kesulitan dan tidak bisa lagi menanganinya, aku selalu bergantung pada kakakku. Kakakku juga seorang yang overprotektif. Jika menyangkut tentangku, dia akan langsung bertindak tanpa berpikir panjang.
“Aku benar-benar sudah sembuh sekarang! Badanku juga sudah tidak lemas lagi.” Pikirku saat berjalan menuju ke ruanganku setelah berjalan-jalan di taman. Betapa terkejutnya aku, ketika aku mendengar suara ribut dari ruanganku itu. Aku langsung mempercepat langkahku. Samar-samar aku mendengar suara Ray dan Wendy. Ada juga satu suara lagi dan itu adalah suara….
“Haaahhh!!! Kalian berdua ini gak pernah diajarin kalo sama orang yang lebih tua itu harus sopan!!! Bukannya disapa malah dikasih tatapan seperti itu”. Kata kakakku dengan sangat jengkel.
“Cihh, memangnya kamu siapa sihh? Seenaknya masuk kesini!” Kata Ray.
“Kamu sendiri ngapain? Kamu juga seenaknya masuk kesini. Mengganggu saja!” Kata Wendy kepada Ray.
“Ccckk!!” Desah Ray yang kesal karena mendengar perkataan Wendy.
“Maaf, tapi kamu siapa ya? Kenapa bisa masuk kesini?” Tanya Wendy pada kakakku.
“Aku datang untuk menjemput orang yang menggunakan kamar ini.” Kata kakakku santai.
Mereka berdua terdiam dalam kebingungan.
“Apa kamu tidak salah kamar?” Tanya Wendy akhirnya.
“Yang akan mengantar pulang Ran itu aku.” Kata Ray dengan percaya diri.
“Ciiihhhh, dasar tidak tahu malu. Memangnya kamu pikir, kamu siapa? Aku yang akan mengantar dia pulang dengan selamat. Kamu tidak dibutuhkan.” Kata Wendy dengan suara yang meremehkannya.
“Kamu yakin tanya aku siapa? Kamu sendiri!!! Memangnya kamu siapa!!!” Kata Ray membalas perkataan Wendy. Dan mereka saling memandang dengan tajam seperti siap untuk bertarung.
“Heehhh~ begitu yaa. Jadi diantara kalian berdua siapa yang akan jadi pacarnya Ran ya?” Tanya kakakku mulai tertarik melihat mereka berdua.
Sebelum Wendy dan Ray mengatakan sesuatu. Aku membanting pintu kamar dengan sangat keras sehingga membuat mereka bertiga terkejut. Aku melihat kakakku duduk dengan santai disofa. Saat di melihat wajahku, dia langsung otomatis berdiri dan menghampiriku.
“Ran!!!” Katanya sambil memelukku dengan sangat erat dan pipinya menempel di telingaku.
“Apa-apaan kamu ini!!!” Teriak Wendy marah. Dia menghampiri kami dan merebutku dari pelukkan kakakku. Kakakku mengerutkan dahinya dan mengeluarkan tatapan marahnya.
“Aku rasa kalian salah paham padanya.” Kataku dengan cepat dan aku mendekat lagi kesamping kakakku untuk menenangkannya. “Walaupun dia ‘berbentuk’ seperti ini tapi dia bukan seperti yang kalian pikirkan. Dia ini kakakku.” Lanjutku memperkenalkannya.
Mereka berdua bengong tidak percaya dan bolak balik menatap kearahku-kakakku untuk membandingkan kami berdua. Ya, itu memang wajar saja. Kakakku datang dengan baju seperti anak band rock yang akan manggung dengan beberapa anting yang menghiasi telinganya. Wajah kami berdua juga tidak terlalu mirip tapi dia memang kakak kandungku. Mungkin mereka berpikir bahwa kakakku ini ingin mengunjungi teman se-band-nya. Jadi, mereka mengira kalau kakakku sudah salah kamar. Walaupun begitu, kakakku ini bekerja diperusahaan IT dengan jabatan sebagai asisten direktur dan selalu berpenampilan sangat rapi saat bekerja. Lalu biasanya saat hari libur, dia akan berpenampilan seperti anak rock & roll. Dia tidak mengeluarkan aura menakutkan, tapi lebih seperti anak muda yang sangat keren padahal dia sendiri sudah berumur 28 tahun. Jadi, terkadang banyak orang yang mengira kakakku ini adalah pacarku.
“Hhmm, masih mau menganggapku orang aneh?” Kata kakakku pada mereka berdua sambil tersenyum sombong, meremehkan mereka berdua dan memamerkan diri bahwa dia sedang merangkul bahuku.
Mereka berdua menggeleng seperti merasa bersalah dan langsung bersikap sangat sopan. Lalu aku menyuruh mereka semua untuk keluar dari kamarku karena aku mau ganti baju dan memberekan barangku.
Setelah 10 menit berlalu, aku keluar meninggalkan kamar itu dan menuju ke loby. Aku melihat Wendy dan Ray sedang ngobrol dengan kakakku. Aku melihat suasana yang sangat tidak biasa. Mereka berdua merasa canggung dan benar-benar menjaga sikapnya. Kakakku yang terlihat senang saat melihat mereka seperti itu dan sedikit mempermainkan mereka. Aku buru-buru menghampiri mereka.
“Kakak!” Kataku sambil memegang lengannya.
“Ohh sudah?” Katanya sambil mengambil tas yang aku pegang.
Aku mengangguk sambil tersenyum.
“Tunggu disini dulu. kakak akan ke parkiran.”
“Iya, kak.”
“Kalian berdua, jaga Ran disini dulu!” Kata kakakku pada mereka berdua dengan nada sombong seperti seorang bos besar yang sedang memerintah. Mereka berdua langsung menangguk dengan kompak. Kakakku pergi dengan sangat cepat meninggalkan kami.
“Aku tidak menyangka dia kakakmu, Ran.” Kata Wendy.
“Iya. Aku pikir ada orang brengsek lainnya selain dia.” Kata Ray sambil melirik mengejek Wendy. Dan mereka berdua saling bertatapan dengan sangat tajam lagi.
“Hahahaha.” Kataku. “Oh iya. Terimakasih, Pak. Sudah membantu saya saat sedang sakit.” Lanjutku lagi.
“Iya, Ran. Syukurlah kamu sudah sembuh sekarang.” Katanya sambil tersenyum. Aku mengangguk dengan tersenyum tipis.