Bab 15
Terjadinya ledakkan kepada mereka
Jalanan yang lumayan macet ini membuatku mengantur dan akhirnya aku pun tertidur. Aku tidak tahu berapa lama aku tertidur. Yang jelas saat aku membuka mataku, hal pertama yang aku lihat adalah wajah tersenyum Wendy yang sedang memandangiku. Aku mengedipkan mataku beberapa kali hingga aku pun sudah sadar sepenuhnya. Aku tersenyum padanya yang masih menikmati memandangi wajahku.
“Maaf ya, aku ketiduran. Aku harusnya nemenin kamu, pasti bosen di jalan yang macet tadi kan?” Kataku padanya.
“Sama sekali gak ngebosenin, kok. Aku malah senang liatin kamu yang lagi tidur.”
“Ohh iya, apa aku tidur lama banget? Kapan kita sampai di sini? Kenapa gak bangunin aku?”
“Kita baru saja sampai kok. Aku lihat kamu tidurnya nyenyak pules banget, jadi gak tega buat bangunin.”
“Harusnya kamu bangunin aku. Kamu kan juga harus pulang dan istirahat. Aku malah buat kamu pulang kemalaman dehh.”
“Sudah, tidak apa-apa Ran. Kan sudah aku bilang, kalo aku bersamamu, aku tidak pernah merasa capek kok. Aku malah senang bisa menghabiskan waktu bersama kamu.”
“Kalo begitu, aku masuk sekarang ya?” Kataku sambil bersiap membuka pintu mobil.
“Hhmm, kenapa malah jadi buru-buru sih Ran?”
“Karena kalo aku gak masuk sekarang, kamu gak akan pernah merasa capek dan aku yakin kamu bakalan sulit untuk berpisah dari aku kan?”
“Iya, bahkan sekarang aku masih ingin terus melihatmu!” Jawabnya dengan manja.
“Sudahlah, cepat pulang sana!” Perintahku.
“Hhmm, iya, iyaaaa!” Jawabnya dengan cemberut.
Melihatnya yang merajuk seperti itu, aku tidak bisa mengendalikan diriku. Dia benar-benar menggemaskan. Kemudian aku memegang kedua pipinya, aku cium kening dan pipi kanannya secepat kilat. Aku membuka pintu mobil, melangkah keluar meninggalkan Wendy yang terkejut mematung didalam sana dan menutup pintu mobil itu. Ini pertama kalinya aku mencium Wendy. Jadi, wajar saja jika Wendy merasa sangat terkejut. Sebelum melangkah menuju pintu masuk apartemen, aku membalikkan badanku yang masih berdiri di depan pintu. Aku mengetuk kaca mobil. Sedetik kemudian, Wendy tersentak dan langsung membuka kaca mobil itu.
“Hari-hati ya pulangnya!” Kataku dan dibalas dengan anggukkannya. Sekilas kulihat wajahnya yang memerah dan rasa senang yang tergambar jelas dalam remang-remang cahaya yang sedikit masuk kedalam mobil.
“Kalo sudah sampai rumah nanti, kirimi aku pesan ya? Aku akan menunggumu.” Pintaku.
“Ehh, Ran langsung istirahat saja.” Katanya.
“Gak, aku akan tetap menunggumu dan memastikan bahwa kamu sudah sampai dengan selamat dan kamu benar-benar akan beristirahat.”
“Iya dehh.” Katanya mengalah. “Sekarang Ran masuk dehh sana. Udaranya dingin kan?”
“Gak apa-apa kok. Aku akan masuk setelah melihatmu pergi.”
“Hhmm. Kalo kamu gitu, aku malah semakin susah untuk pergi.”
“Huuuhh iya dehh, aku masuk sekarang ya?”
“Iya, selamat malam Ran.” Katanya sambil tersenyum. “Aku mencintaimu, Ran!” Lanjutnya.
“Aku juga mencintaimu, Wen.” Balasku sambil tersenyum sampai menyipitkan mataku.