DIANTARA SENJA KITA

Febrianti Dwi A
Chapter #24

Bab 23 Apakah kamu seorang yang ‘pantas" untuknya?

Bab 23

Apakah kamu seorang yang ‘pantas’ untuknya?

Dalam kekagetan dan kebingungan itu, aku mengambil tisu untuk menutupi mulutku yang tadi terbatuk. Aku sedikit menundukkan kepalaku.

“Maaf, Pak.” Kataku padanya setelah merasa agak tenang.

Presdir hanya memandangiku dan dia meletakkan alat makannya di meja. Kemudian aku melihat wajahnya yang sangat serius menunggu jawaban dariku.

“Saya hanyalah salah satu bawahannya saja di kantor, Pak.” Kataku. Aku melihat dia mengangkat sedikit alisnya merasa tidak puas dengan jawaban yang aku berikan. “Tapi itu hanya di area kantor saja. Saat diluar, kami adalah pasangan kekasih.” Lanjutku dengan sedikit bersikap percaya diri. Kemudian aku pun menyesali perkataanku itu setelah melihat reaksi Presdir. Dia menyunggingkan sebelah bibirnya seperti meremehkanku. Aku juga bisa tahu bahwa pertanyaan itu tadi adalah pertanyaan untuk menguji apakah aku akan berkata jujur padanya tentang hubungan kami. Padahal mungkin saja, dia sendiri pun sudah tahu tentang kami berdua.

“Hhmm jadi kalian sudah berpacaran?” Tanyanya sambil menatap tajam kearahku.

“Iya, Pak. Sekarang kami berpacaran.” Kataku. Entah apa yang aku pikirkan saat itu, yang pasti pikiranku sekarang menjadi kosong dan hanya bisa menjawab pertanyaannya dengan sangat jujur.

Kami hanya diam untuk beberapa saat. Lalu pelayan membersihkan piring hidangan pembuka itu dan mereka meletakkan piring yang berisi hidangan utama. Presdir sedikit mengangkat tangannya untuk mempersilahkan aku makan. Aku mengangguk sekali dan aku mengambil sendok. Aku mengambil seseuap kemudian melahap hidangan utama itu. Dengan bersusah payah, aku menelannya dengan perasaan yang tertekan hingga rasanya leherku seperti tercekik sekarang ini. Presdir sekarang dalam suasana hati yang buruk dan terus melihatku dengan tatapan tajam sambil menilai diriku yang sangat biasa saja ini.

“Kalian bisa berpacaran seperti itu!” Kata Presdir. Aku langsung melihat kearahnya dengan wajah bingung.

“Apa benar?” Batinku sambil memperlihatkan ekspresi bingung.

“Ya, kalian bisa berpacaran dan saya tidak akan melarang kalian.” Katanya lagi. Aku sedikit menghelas nafas lega. “Tohh, Wendy tetap akan menikah dengan orang lain. Jadi, kalau dia ingin bermain-main dengan seseorang sebelum menikah. Aku akan mengizinkannya.” Lanjutnya sambil tersenyum hingga menyipitkan matanya. Itu membuatku sangat kaget dan marah. Aku meletakkan alat makanku dan menarik nafas dalam-dalam.

“Apa maksud Bapak?” Tanyaku sambil menahan emosi yang sudah menjalar keseluruh tubuhku.

“Jelas seperti yang saya katakan.” Jawabnya. “Ohh, mungkin kamu belum tahu ya? Wendy akan saya jodohkan dengan anak dari rekan bisnis saya. Dia adalah wanita yang berasal dari keluarga ternama. Kami sedang membahas masalah pertunangan mereka.” Lanjutnya menjelaskan.

Aku hanya tertunduk. Semua emosi yang aku rasakan tadi, kini berganti menjadi rasa sedih.

“Jadi benar ya? Wendy akan segera bertunangan. Keluarga ternama?! Sedangkan aku bukan siapa-siapa. Aku hanyalah seorang anak dari keluarga biasa.” Batinku sambil merasa sakit yang amat dalam di dadaku. Presdir melihatku dengan tatapan senang seperti mendapatkan sebuah kemenangan.

“Wanita itu berasal dari keluarga Victor. Mustika Victor, wanita yang kamu lihat di loby kantor tadi adalah orang yang akan bertunangan dengan Wendy. Mereka berdua juga sudah saling mengenal sejak kuliah bersama di London. Jika kamu bandingan dirimu dan dia! Apa kamu pantas untuk anakku, Wendy?” Tanyanya.

Aku hanya bisa mengatupkan bibirku rapat-rapat. Aku menelan semua rasa percaya diriku bulat-bulat. Sekarang aku merasa sangat rendah diri dan tidak berdaya. Kesedihan terasa menusuk hingga ke tulang.

“Mustika Victor? Apakah dia wanita yang akan mewarisi perusahaan kosmetik Vicka itu? Dia wanita yang hebat, juga dari keluarga ternama sama seperti Wendy, sedangkan aku bukan siapa-siapa! Apa aku sekarang benar-benar pantas berada di sisi Wendy?”

“Ohh, maaf. Apa pertanyaan saya tadi menyakiti perasaan kamu?” Tanyanya dengan nada mengejek. “Tapi saya mengatakan hal yang benar-benar serius. Wendy adalah anak sekaligus pewaris yang akan mewarisi perusahaan saya. Jadi, saya terus memikirkan masa depannya. Saya yakin kamu mengerti dengan yang saya katakan ini.” Lanjutnya lagi dan aku melihat presdir yang benar-benar serius.

Aku hanya bisa terdiam. Aku pun sangat sadar mengenai diriku ini. Aku sangat mengerti perkataan presdir tersebut.

“Sepertinya kamu sudah sadar sekarang.” Katanya sambil melihatku yang tertunduk lesu. “Sebaiknya kalian akhiri hubungan kalian ini secepatnya. Itu adalah hal yang terbaik untuk kalian berdua.” Lanjutnya memberikan saran.

“Mengakhiri hubungan kami?! Tapi, aku tidak mau… aku masih ingin berada di sisinya. Apa yang harus aku lakukan Wen? Wendy!? Wendy!!!” Teriakku didalam hati sambil menahan tangisku.

Seketika aku langsung mengingat apa yang Wendy pernah katakan padaku.

‘Aku sangat bahagia sekarang. Aku akan pastikan kamu bisa terus berada di sampingku. Apapun yang terjadi, aku akan berjuang untuk kita agar bisa selalu bersama.’

‘Tolong tetaplah berada disisiku apapun yang terjadi dan apapun yang akan kita hadapi kedepannya. Ingatlah dan percayalah, Ran. Didunia ini hanya kamu yang aku cintai.’

Ya, itu benar! Ternyata Wendy selama ini selalu berjuang untuk tetap bersamaku! Bukan hanya dia saja, aku pun juga harus berjuang untuk bisa bersamanya tapi kenapa aku malah ragu seperti ini?! Aku percaya dengan yang Wendy katakan. Dia tidak mungkin menganggap hubungan ini sebagai sebuah permainan. Jadi, akan aku tunjukkan bahwa aku juga pantas untuk berada di sisinya.

“Saya tidak setuju dengan Bapak! Saya pikir mengakhir hubungan saya dengan Wendy bukanlah yang terbaik untuk kami berdua.” Kataku dengan serius dan jantungku benar-benar seperti akan jatuh ke lantai saat mengatakan itu. Aku menatap dengan tajam langsung ke wajah Presdir.

“Jadi, apa maksudmu? Apa kamu berpikir bahwa kamu memang pantas untuk berada di sisi Wendy?” Tanyanya.

“Iya, itu benar.” Kataku tanpa ada sedikit keraguan walaupun aku merasa sedikit takut untuk melawannya saat ini.

“Hahahahaha!” Tawanya memenuhi seluruh ruangan ini. “Kalau kamu sangat yakin seperti ini, bisakah kamu buktikan bahwa kamu memang pantas untuk Wendy?”

Aku membelalakan mataku. “What!!!! Bagaimana aku membuktikannya!? Aku hanyalah gadis biasa, bukan dari keluarga ternama dan kaya raya juga. Aku benar-benar biasa saja! Apa yang harus aku katakan padanya?”  

“Apa yang akan kamu lakukan untuk membuktikannya?” Desaknya dengan senyuman yang sangat meremehkan.

Aku menarik nafas panjang. “Saya akan lakukan apa saja yang saya bisa untuk membuktikan bahwa saya memang pantas untuk berada di sisi Wendy.” Kataku dengan sangat menggebu-gebu karena emosi yang tidak terkendali lagi saat Presdir meremehkanku. “Bapak tunggu dan lihat saja, saya pasti bisa membuat Bapak menarik semua perkataan Bapak tadi sehingga Bapak tidak akan meremehkan saya lagi seperti ini.” Lanjutku.

Setelah selesai mengatakan itu, aku melihat Presdir yang membelalakan matanya dan terkejut mendengar apa yang baru saja aku katakan. Beberapa detik kemudian, emosi yang menyelimutiku pun menghilang dan berganti menjadi rasa kaget juga atas apa yang barusan saja aku katakan lewat mulut besarku yang ceroboh ini. Kemudian aku pun sedikit menyesali perkataanku itu.

Lihat selengkapnya