Hari ini adalah hari pertama Adzwa menjadi kelas 11. Setelah menghabiskan liburan panjang yang menurutnya sangat membosankan di sepanjang liburnya itu. Kini Adzwa harus kembali berkutat dengan buku-buku pelajaran.
Seperti biasa, setiap kenaikan kelas, semua murid akan di rolling, dengan begitu setiap murid akan berpindah kelas. Untuk mengetahui kelasnya sekarang di mana, Adzwa pun melangkahkan kakinya menuju mading sekolah. Mencari namanya di setiap lembaran kertas cetak yang tertempel di mading.
"Adzwa ...," gumamnya saat mencari nama pada lembaran kertas itu, tak lama akhirnya ia menemukan nama yang dicari. Kali ini Adzwa di kelas, "11 Ipa-1," lanjutnya.
Untuk itu, Adzwa pun berbalik. Lalu, melangkahkan kaki menuju kelas barunya. Pastinya di dalam kelas nanti, ia menemukan orang-orang yang berbeda lagi pastinya. "Kayak awal pertama masuk aja," gumamnya, tak suka dengan aturan sekolah yang selalu mengubah kelas setiap tahun.
Saat Adzwa sudah menemukan kelas yang akan ia tempati untuk satu tahun ke depan, ia pun melangkah masuk ke dalam. Saat di ambang pintu kelas, kaki Adzwa tiba-tiba berhenti melangkah. Ia melihat orang-orang baru, dan tak ada satu orang pun yang ia kenal.
"Lo ngapain masuk ke kelas ini?" tanya seseorang yang duduk di bangku paling depan.
"Jangan bilang, lo kebagian kelas ini?" tanya orang yang berbeda. Adzwa hanya menautkan sebelah alisnya heran.
"Emang kenapa kalau gue kebagian kelas di sini?" batinnya.
"I dont care, mereka mau bilang apa aja! Ini juga kelas gue, apa pun yang gue mau di kelas ini, ya, terserah gue."
Tiba-tiba sebuah bangku yang paling pojok menjadi pusat perhatian adzwa, ia pastikan bangku itu akan menjadi miliknya. "Akan gue dapatkan bangku itu!" serunya, lalu ia melangkahkan kaki menuju bangku yang paling pojok, yang sedari tadi memanggilnya untuk duduk di sana.
Saat Adzwa duduk di bangku yang diinginkannya, dalam waktu yang bersamaan, ada seseorang yang duduk juga di bangku yang sama. Adzwa menoleh ke arah orang yang telah duduk di sampingnya.
"Lo! Lo ngapain duduk di sini? Ini bangku gue tau!" todongnya, kepada ....
Tunggu-tunggu, dia itu Azka kan? Nama jelasnya adalah Muhammad Azka Pratama. Cowok itu, disegani banyak cewek-cewek di sekolah ini. Dengan berbagai alasan cewek-cewek itu mengungkapkan saat dirinya menyukai Azka. Ada yang bilang, ganteng, cool, kece, pinter, dan ba-bi-bu. Apa pun yang mereka katakan, itu tidak berpengaruh buat Adzwa. Karena menurut pandangannya saat ini, Azka adalah cowok tengil.
"Apa? Bangku lo! Ini bangku gue tau!" ujarnya, membuat Adzwa kesal.
"Ini bangku gue! Sampai kapan pun ini akan jadi bangku gue! Lo, pindah dari bangku ini! Go away!" usirnya dengan meninggikan nada suaranya. Karena mungkin, suara Adzwa sedikit tak terdengar akibat masker yang dipakainya. Lalu, ia berdiri dari kursi yang di dudukinya.
"Kalau gue gak mau gimana?" tanya azka dengan nada menantang, dan ikut berdiri sambil berkacak pinggang. Lalu, memperlihatkan wajah songongnya itu, yang membuat Adzwa gereget dan ...
Bruk!
Adzwa memukul meja kesal dengan tangannya, membuat seisi kelas ini menjadi hening. Dan, semua mata tertuju melihat ke arahnya, dengan tatapan takut mungkin. Emosinya baru saja sampai di titik puncak saat ini.
"Gue bilang, go away! Lo itu, budeg atau tuli, heh? Pergi dan pindah gue bilang!" sentaknya sambil menekankan kata, go away.
"Apa lo bilang, gue budeg?" protes Azka tak terima.
"Iya, lo budeg! Kalau lo gak budeg, mana mungkin gue suruh pindah dari bangku ini, lo malah masih ada di sini. Dengan begitu lo budeg dong."
"Gila ini cewek, udah dingin, misterius, jarang ngomong, sekalinya ngomong asal pedes banget," batin Azka sambil menatap tajam Adzwa.
"Lo! Awas, ya, lo! Gu ---"
"Apa? Gue gak takut sama lo!" sela Adzwa menantang, membuat Azka tambah kesal dibuatnya.
"Eeeggrrhhh!" kesal Azka sambil mengacak rambutnya frustrasi, lalu beralih pindah dari bangku itu.
"Apa lo semua liat-liat?" sungut Adzwa, saat semua orang tengah memerhatikannya dengan pandangan tak suka. "Gue peringatin, ya, sama lo semua. Jangan pernah duduk di bangku gue. Satu orang pun yang berani duduk di sini, gue pastikan hidup lo gak tenang di sekolah ini!" ancamnya tak main-main.
***
Bel istirahat sudah berbunyi sejak lima menit lalu, Adzwa berniat untuk pergi ke perpustakaan untuk melanjutkan membaca novelnya. Namun, saat di koridor sekolah tiba tiba ...
Bruk
Ada seseorang yang baru keluar dari arah kantin, dan tak sengaja menabrak Adzwa. Sehingga, jus yang dipegang oleh si penabrak itu, tumpah ke seragam Adzwa. bahkan novelnya pun ikut basah oleh jus itu.
"Ma-maaf ad-ad-adzwa," ucapnya gelagapan.
"Ish ... seragam gue kotor tau, dan liat, nih. Novel gue jadi basah," dumel Adzwa dengan tatapan tajamnya, yang membuat cowok di hadapannya gemeteran.
"Ma-maaf," ucapnya lagi, dengan cepat Adzwa merebut jus yang dipegang cowok culun yang bernama Edo. Lalu, jus itu Adzwa siram ke wajah Edo dengan sengaja.
"Makan, tuh, maaf!" balasnya, kemudian pergi dari sana.
Setelah tiba di perpustakaan, Adzwa duduk di bangku yang sudah menjadi langganannya setiap masuk ke perpus. Yaitu, di pojok dekat jendela yang memperlihatkan pada jalanan Jakarta, yang sering kali penuh dengan kendaraan yang berlalu lalang.
Adzwa pun memasang headphone-nya, dan ia langsung memutar lagu favoritnya dari daftar lagu yang hampir terisi beberapa ratus lagu. Lagu trouble is a friend-lenka lah yang Adzwa putar saat ini.
Trouble – it will find you
No matter where you go
Oh, oh
No matter if you're fast
No matter if you're slow
Oh, oh
The eye of the storm
Or the cry in the morn