Hari yang sama namun jam yang berbeda, kini jam menunjukkan pukul 19.25, di kamarnya Adzwa merasa bosan karena di setiap harinya pasti saja yang ia lakukan adalah tidur, bangun, sarapan, sekolah, pulang, makan, tidur, belajar, tidur lagi. Terus saja itu, itu, lagi diulang setiap hari.
Karena sangat bosan, Adzwa pun berniat jalan-jalan malam ini. Tetapi, jika ia minta izin pada Omanya, pasti tidak akan diizinkan. Apalagi, ia pergi sendiri, itu yang menjadi masalahnya. Membuat Adzwa harus berpikir keras bagaimana caranya sekarang.
"Kira-kira Oma lagi apa, ya?" tanyanya pada diri sendiri.
"Gue harus hati-hati, nih, keluarnya. Kalau ketahuan Oma bisa abis gue, diomelin."
Adzwa pun mengambil jaketnya, lalu keluar dari kamarnya dengan mengendap-endap, berusaha tidak menimbulkan suara. Ia menuruni satu-persatu anak tangga, hingga sampai di lantai satu. Langkah selanjutnya adalah berusaha pergi ke pintu utama. Namun, yang jadi masalahnya, ada Oma di ruang tamu yang sedang nonton acara tv.
"Gimana, nih? Ada Oma lagi di ruang tamu, gimana caranya gue bisa keluar kalau gini?" gumamnya.
Ting
Suatu ide terlintas di pikiran Adzwa. Dengan cepat ia berlutut, dan jalan merangkak lewat belakang sofa ruang tamu, supaya tidak terlihat oleh Omanya. Tepat di belakang sofa yang diduduki Omanya, tiba-tiba Adzwa menghentikan kegiatannya karena ...
"Mau ke mana kamu?" Suara itu, sontak mengagetkan Adzwa yang sedang berada di belakang sofa.
"Aduh mati gue, ketahuan lagi. Ih ... bodoh banget, sih, gue!" batinnya merutuki diri sendiri.
Keringat dingin menyertai Adzwa yang masih diam di belakang sofa, karena berpikir jika ia sudah ketahuan oleh Omanya. Adzwa pun menutup kedua matanya sambil mengatur napasnya, bersiap-siap untuk mendengarkan omelan Omanya.
"Mau ke mana kamu, Inci?" tanya Oma yang membuat Adzwa bernapas lega, ternyata Omanya tidak mengetahui Adzwa yang akan pergi. Tetapi, ada Inci yaitu Kelinci kesayangan Oma yang terlepas dari kandangnya.
"Kok, kamu bisa keluar? Masuk kandang, yuk, ini sudah malam," lanjut Oma, lalu mengambil Inci, dan pergi ke taman belakang menuju kandang kelincinya.
"Huft, gue kira ketahuan! Inci, inci, makasih, ya, lo udah bantuin gue. Sekarang mending gue pergi," ucapnya sambil meneruskan jalannya yang masih merangkak.
"Ngomong-ngomong ngapain gue masih merangkakm keburu ada Oma lagi kalau gini caranya."
***
Setelah berhasil keluar dari rumahnya, kini Adzwa sedang menikmati angin malam di suasana Jakarta yang masih ramai dengan kendaraan-kendaraan yang berlalu lalang. Jalan kaki adalah pilihannya, tidak peduli mau kakinya sakit karena jalan. Yang terpenting baginya adalah bisa merasakan keindahan kota Jakarta di malam hari.
Malam ini Adzwa tidak menggunakan masker dan kacamata yang selalu menutup sebagian wajahnya, seperti ke sekolah yang setiap hari selalu dipakainya. Malam ini, gadis cantik yang mempunyai hidung mancung dan bibir tipis itu, menggunakan celana jeans dengan kaus putih yang dipadukan dengan jaket kulit berwana senada dengan celananya. Serta sepatu sneakers berwarna putih, dan tak lupa memakai topi kesukaannya yang sengaja dipakai terbalik.
Malam ini, Adzwa ingin menikmati suasana kota Jakarta sepuasnya. Namun, ada satu hal yang kurang "Andai gue punya teman." Itu yang ada di benaknya saat ini.
Dengan jalan santainya, ia menelusuri trotoar yang lumayan sepi di jalan itu. Saat itu juga Adzwa tak sengaja menendang sebuah kaleng kosong yang tergeletak di depan kakinya, membuat kaleng itu terpental jauh dan ...
Guk ... guk ...
Guk ... guk ...
Tiba-tiba suara itu terdengar keras di telinga Adzwa, ia pun menoleh ke asal suara. Dilihatnya seekor anjing dengan matanya yang melotot ke arahnya, dengan gonggongan yang keras membuatnya merinding dan ...
"Aaaa ... anjing!" teriaknya dengan kedua matanya yang membulat, "Eh, kasar! Maksudnya, aaaa ... guk-guk!" Ralatnya sambil berlari, ketika seekor anjing itu berlari dengan cepat kearahnya.
"Aaaa ... Oma ...." Adzwa terus berlari, berusaha menjauh dari anjing yang mengejarnya.
Adzwa berhenti sejenak dengan napas yang ngos-ngosan, saat ia berada cukup jauh dengan anjing itu. Tetapi, anjing dari belakangnya itu masih saja mengejarnya.
"Duh ... gimana, nih? Ya, elah kagak ada orang lagi. Gimana, nih?" tanyanya bingung, tanpa sengaja ia menarik pegangan pintu mobil yang tidak terkunci. Sehingga pintu mobil itu terbuka. Dengan cepat, Adzwa masuk ke dalam mobil itu, karena tidak ada pilihan lagi, daripada ia di kejar-kejar terus sama anjing.
"Untung aja ini mobil gak dikunci, jadi gue bisa masuk," gumamnya, masih melihat keluar jendela kaca mobil. Memastikan anjing yang mengejarnya tidak menemukannya yang tengah bersembunyi.
Tak diketahui oleh Adzwa, bahwa di kursi pengemudi mobil itu, ada seseorang yang hendak melajukan mobilnya. Namun, orang itu mendadak tidak jadi. Karena seseorang tiba-tiba masuk, dan duduk di kursi penumpang tanpa ada permisi.
"Lo ngapain di mobil gue?" tanya seseorang sontak mengagetkan Adzwa.
Mata Adzwa hampir saja keluar saat melihat seseorang yang baru saja memergokinya. "Huh?" kagetnya, tak percaya dengan seseorang yang ia lihatnya kali ini. "Azka!" lanjutnya dalam hati.
"Duh ... gimana, nih? Kalau dia tau gue, mampus gue! Mana gue gak pake masker sama kacamata lagi, kalau gue ketahuan gimana?"