Diary Cewek Tomboy

Reza Lestari
Chapter #4

Diary Cewek Tomboy 3

Hari ini Adzwa tak masuk sekolah, ini adalah hari pertamanya di scors. Bukannya kapok, dirinya malah kesenangan karena mendapat libur 3 hari, yang membuatnya terbebas dari tugas sekolah yang memelahkan baginya, dan ia bebas melakukan apa pun yang diinginkannya di waktu libur terpaksanya itu.

Omanya langsung memarahinya satu hari satu malam, setelah mendengar Adzwa di skors, ini bukan pertama kalinya ia di scors. Namun, ini yang kesekian kalinya. Omanya pun sudah bingung harus berbuat apa lagi agar Adzwa bisa berubah. Adzwa itu sangat keras kepala, susah sekali untuk diatur. 

Adzwa pun bangkit dari kasur king size-nya, lalu ia masuk ke kamar mandinya untuk membersihkan diri. Hari ini ia akan beraksi di sela-sela hari skors-nya. Pagi ini, ia memakai pakaian style celana jeans hitam, dengan atasan kaos berwarna biru, lalu jaket yang senada dengan jeans, sepatu sneakers berwarna putih, serta rambut yang sengaja diurai, tambahan topi yang dipakai terbalik. Seperti itulah kira-kira style Adzwa setiap hari, jangan berharap bisa melihat Adzwa memakai style seperti perempuan-perempuan lain di luar sana. “Hemp ... kira-kira gue pergi ke mana ya?” tanyanya pada diri sendiri, masih kebingungan akan melakukan kegiatan apa.

Sambil memikirkan apa yang akan dilakukannya, dan ke mana arah tujuannya, ia pun turun ke bawah untuk ikut sarapan bersama omanya. Setelah sampai di ruang makan, Adzwa pun langsung melahap roti yang telah diolesi selai coklat kesukaannya. “Kamu mau ke mana Adzwa?” tanya Oma yang terlihat masih marah padanya atas kejadian kemarin.

“Mau jalan-jalan, abis bete di rumah,” jawabnya dengan enteng.

“Kamu itu diskors, kok, malah happy-happy, sih? Oma itu, udah pusing, ya, sama kamu. Ini yang ke berapa kalinya kamu diskors dari sekolah semenjak kelas 10. Lagian kamu ini, kan, perempuan. Kok, hobinya tinju? Mana bikin babak belur anak orang lagi!” omel Oma padanya, dan ikut mempersalahkan tentang hobby-nya yang suka boxing.

“Aku, kan, gak minta diskors Oma, cuma Bu Asma aja yang ngasih Aku skors. Ya, udah, dengan senang hati Aku nurut sama Bu Asma.” Oma hanya menggelengkan kepalanya, sering kali Oma kualahan menanggapinya.

“Oma udah gak tau lagi harus apa Adzwa, andai saja Oma tau Mama sama Papa kamu ada di mana. Udah Oma kirim kamu ke sana!” ucap Oma, seketika hati Adzwa sesak mendengar perkataan itu.

“Percuma juga Oma tau di mana mereka, karena Aku gak mau ikut mereka. Kalau Oma gak mau ngurusin Aku lagi, lebih baik Aku pergi dan tinggal sendiri. Daripada aku harus tinggal bareng dengan orang-orang jahat itu!” Adzwa pun pergi setelah mengucapkan kata-kata itu, ia tak ingin mendengar omanya jika mengenai orang-orang yang dianggapnya jahat itu.

Omong-omong sudah hampir 3 tahun Oma lost contact bersama keluarga Ayuanda, sedangkan Adzwa semenjak ia ditinggal bersama omanya, ia tak pernah menghubungi mereka, dan sampai saat ini pun tak ada seorang pun dari keluarga Ayuanda yang menghubunginya. Mendengar suara mereka saja Adzwa sudah tak mau, apalagi jika bertemu lagi sama mereka. Adzwa sudah terlanjur sakit untuk bisa bersama mereka lagi.

***

2 hari kemudian ...

Seperti pagi biasanya Azka berangkat sekolah menggunakan si lela, sang motor ninja kesayangannya yang berwarna merah darah yang selalu mengkilat disetiap harinya. Dibanding harus memakai mobil, khusus berangkat sekolah ia selalu memakai motornya dengan alasan: Biar cepet nyampe sekolah. “Lela, pagi-pagi udah nangkring di sini aja lo. Makin cinta, deh, gue sama lo!” ujarnya sambil menaiki motornya. Lalu, ia pun langsung menancapkan gas motornya menuju sekolahnya.

***

Setibanya di sekolah, Azka langsung berjalanenuju kelasnya. Setelah selesai memarkirkan motornya. Tidak akan ada si cewek sengklek hari ini, meskipun ini hari terakhirnya diskors, pikirnya yang begitu senang.

Kring ... kring ...

Suara bel masuk terdengar nyaring disetiap telinga siswa-siswi, terkecuali yang tuli tidak bisa mendegar. Para siswa berhamburan masuk ke dalam kelasnya masing-masing, terutama siswa/i kelas 11 ipa-1 yang segera lari-lari masuk ke kelas. Karena pelajaran pertama diisi oleh Pak Exel, guru sejarah yang super duper killer. 

“Pagi semua!” sapa Pak Exel dengan wajahnya yang biasa saja.

"Pagi, Pak!" Semua siswa juga menyahutnya dengan biasa juga.

Lihat selengkapnya