Diary Cewek Tomboy

Reza Lestari
Chapter #6

Diary Cewek Tomboy 5

Waktu istirahat Adzwa menghabiskan waktunya dengan bejalan-jalan di sekitar sekolahnya sendirian. Bosan, sepi, itulah yang dirasakannya saat ini. Ralat, ralat, bukan hanya saat ini. Tetapi, setiap hari.

Kini langkah kaki Adzwa menuju ke lapangan basket, entah kenapa tiba-tiba kakinya melangkah begitu saja menuju lapangan basket. Setibanya di lapang basket, Adzwa melihat banyak siswa-siswi yang bersorak-sorak ketika melihat latihan basket.

Dengan santai, tanpa memerdulikan orang-orang yang melihatnya, Adzwa tetap saja berjalan di lapangan basket sambil menundukan kepalanya. Sesekali ia melihat ke arah orang-orang yang sedang bermain basket. Diihatnya ada seseorang yang tak asing lagi di matanya, siapa lagi kalau bukan Azka.

"Azka! Si kampret itu main basket?" gumamnya, lalu terhenti sebentar saat ia merasakan ponselnya bergetar.

Di gesernya layar ponselnya itu dan dilihat ada satu pesan masuk untuknya.

"Oma, ada apa, ya?" Ia pun membuka pesan itu, dan membacanya.

From: Oma (kesayangan)

Adzwa, hari ini Oma pergi ke Bandung. Ke rumah Oma yang dulu. Oma ada sedikit urusan, palingan lusa Oma baru pulang. Kamu jaga diri baik-baik, ya. Dan, ingat! Jangan bikin ulah lagi di sekolah.

Setelah membaca pesan singkat dari omanya, Adzwa pun langsung mengetik balasan untuk omanya.

To: Oma (kesayangan)

Iya Oma, TI-TI-DI-J, ya. Oma juga harus jaga kesehatan, jangan banyak pikiran. Cukup mikirin aku aja, ya, jangan yang lain.

Send.

"Adzwa, awas!" teriak seseorang dari belakang yang mengagetkan Adzwa, sontak Adzwa menoleh kebelakang dan ...

BRUK!

Adzwa jatuh pingsan, setelah bola basket itu mengenai kepalanya secara tiba-tiba. Kepalanya pusing, dan membuatnya tak sadarkan diri di lapangan.

"Adzwa, Wa, bangun, Wa!" teriak Azka yang tak sengaja melempar bola basket, sehingga mengenai kepala Adzwa.

"Ah, lo gimana, sih, Ka? Liat itu si harimau kutub jadi pingsan," gerutu Aldi.

"Gue juga tau dodol, duh gimana, nih?"

"Ya, lo bawa ke UKS lah dodol! Kan, lo yang bikin dia pingsan. Kalau gue, sih, kagak mau."

"Huh, sialan lo!" Azka mendengus, lalu menggendong Adzwa ala bridal style menuju UKS.

Hampir semua siswi yang menyaksikan Azka yang menggendong Adzwa, iri saat melihatnya. Namun, dengan gentle-nya Azka menggendong Adzwa, tanpa mendengarkan ocehan setiap orang.

"Aah ... Azka, kok, gendong si cewek gila itu, sih?"

"Azka aku mau digendong juga dong!"

"Ih, cewek dingin caper sama Azka. Gak rela!"

Dan, masih banyak lagi ocehan-ocehan para kaum hawa ketika melihat azka menggendong Adzwa.

***

Setibanya di UKS, Azka langsung membaringkan Adzwa di brankar UKS yang kosong. Kali ini Azka benar-benar bingung, karena di dalam UKS tidak ada satu pun pengurusnya.

"Nih, PMR pada ke mana, sih? Kagak keliatan batang hidungnya satu pun. Gimana ini?" tanya Azka, sambil mondar-mandir tak menentu.

Azka mendekat ke arah Adzwa, ia melepaskan kacamata yang dipakai Adzwa yang hampir terlepas. Lalu, meletakannya di nakas samping brankar. Dilihatnya wajah Adzwa dengan lekat, Azka merasa de javu saat melihat wajah Adzwa saat jarak dekat. Meski hanya sebagian yang bisa ia lihat, karena sebagian lagi tertutup oleh maskernya.

"Lo itu, cantik kayaknya. Tapi, kenapa wajah lo selalu ditutupi masker sama kacamata? Bahkan, selama ini gue belum pernah melihat wajah sempurna lo," gumamnya, yang terus memerhatikan wajah damai Adzwa ketika tidur. Lebih tepatnya, pingsan.

"Tapi, ngomong-ngomong, kok, ini cewek lama amat pingsannya. Pingsan apa tidur, sih?"

"Mungkin dia pengap kali, ya? Karena hidungnya ketutup sama maskernya," pikir Azka.

Azka pun lebih mendekat ke wajah Adzwa, niatnya ingin membuka masker yang dipakai Adzwa agar gadis itu bisa bernapas lebih bebas. Tetapi, baru saja Azka hendak melepas maskernya, mata Adzwa memerjap-merjap, hingga terbuka sempurna.

"Lo! Mau ngapain lo?" teriak Adzwa yang tersadar saat maskernya hendak dibuka oleh Azka. "Lo mau macem-macem, ya, sama gue?" tuduhnya, sambil membenarkan maskernya.

"Apaan, sih, lo? Barusan itu gue mau buka masker lo, karena hidung lo ketutup. Siapa tau lo susah napas, kan?" jelas Azka.

"Untung aja gue keburu bangun, kalau enggak, bisa ketahuan identitas gue," batinnya bernapas lega.

"Eh, lo denger, ya. Jangan sekali-kali lagi lo berani buka masker gue. Gue gak yakin hidup lo tenang, kalau barusan lo ketahuan buka masker gue!" Ancam Adzwa dengan nada suara dinginnya.

"Segitu misteriusnya lo, sampao-sampai gak mau orang tau gimana wajah lo. Jangan-jangan, wajah lo penuh jerawat yang gak pernah ilang-ilang. Makanya lo pake masker terus," tebak Azka yang diikuti dengan tawanya, membayangkan gadis ice seperti Adzwa wajahnya penuh bekas jerawat.

"Enak aja lo! Kacamata gue mana, sih?"

"Nih," ucap Azka sambil memberikan kacamata minusnya Adzwa, dengan cepat Adzwa merebutnya dan memakainya.

"Eh, tunggu, deh. Setiap gue liat mata lo, dipikir-pikir, kok, mata lo mirip ...," Azka menggantungkan ucapannya, sambil menatap intens kedua mata Adzwa. Membuat gadis itu membeku.

"Mirip? Mirip sama siapa?" tanya Adzwa yang mulai tegang.

"Mirip sama ...," Azka kembali menggantungkan ucapannya, membuat keringat dingin Adzwa bercucuran

Karena menahan napasnya.

"Jangan sampai Azka tau? Jangan sampai dia tau kalau gue mirip sama ---"

"Mirip kucing!" celetuk Azka sambil menertawakan Adzwa.

"Iihh ... otak lo sengklek, kampret lo!" umpat Adzwa kesal, namun sedikit bernapas lega. "Untung dia gak tau."

"Emang lo pikir mata lo mirip siapa, huh? Mana mungkin mata lo mirip Selena Gomez. Gak usah ngarep lo!" cibir Azka, yang sangat puas mengerjai Adzwa.

Lihat selengkapnya