Diary Cewek Tomboy

Reza Lestari
Chapter #8

Diary Cewek Tomboy 7

Sudah hampir 2 bulan Adzwa sekolah dengan efektif seperti biasanya, dimana semakin hari materi pembelajaran semakin bertambah dan materi baru di sekolah. Bukan hanya itu saja, sudah 44 hari juga Adzwa selalu diikuti terus oleh Azka. Padahal, sebelumnya Adzwa pernah bilang pada Azka, agar cowok itu jangan pernah mengikutinya lagi. Tetapi, bukannya benar-benar tak mengikutinya lagi. Azka malah terus-terusan mengikuti Adzwa ke mana pun ia pergi, saat berada di sekolah maksudnya. Meski begitu, setidaknya Adzwa tak pernah merasa kesepian lagi di sekolah.

“Harimau Kutub!” teriak seseorang dari belakang Adzwa, yang tak asing lagi siapa pemilik suara itu. Siapa lagi jika bukan Muhammad Azka Pratama. Adzwa sedikit kesal pada Azka, karena semenjak kejadian waktu itu, Azka keterusan memanggilnya Harimau Kutub. 

“Apaan?” tanya Adzwa jutek binti judes.

 “Judes amat lo!”

Adzwa memutar bola matanya dengan malas. Lalu, berkata, “Sebenarnya lo mau ngo —“

“Gue mau minta tolong sama lo, lo mau gak? Pasti mau, ya. Gue tau lo pasti mau, ya, kan? Ya, ya, ya,” ucapnya sambil menaik-turunkan kedua alisnya. 

Seketika Adzwa menabok lengan Azka. “Itu sama aja maksa kampret! Gue, kan, belum jawab, tapi lo main iya-iya aja tanpa persetujuan gue! Lo pikir gue mau, huh?” gerutu Adzwa kesal, seperti itulah Azka yang di kenal Adzwa selama ini. “Gue nggak mau,” lanjutnya.

“Jangan, dong! Lo harus mau, lo mau, ya, ya. Please, bantuin gue.” Azka memasang tampang memelasnya. Padahal, Adzwa paling tak bisa melihat wajah seseorang yang memelas.

“Emangnya lo mau minta tolong apaan, sih?”

“Hehe ... nanti lo juga tau. Tar pulang sekolah, lo ikut ke-rumah gue ya.”Adzwa mengerutkan dahi keheranan, untuk apa ia harus ikut ke rumah Azka?

“Mau ngapain?” tanya Adzwa yang benar-benar keheranan, sebenarnya apa yang harus ia tolong.

“Udah, nanti lo juga tau, mending sekarang kita ke kelas aja. Bentar lagi mau bel,” ajaknya sambil menarik tangan Adzwa seenaknya, dan yang membuat Adzwa bingung kenapa ia jadi nurut pada Azka.

***

Seperti yang dikatakan Azka waktu istirahat tadi, bahwa Azka mengajak Adzwa ke rumahnya setelah pulang sekolah. Setelah bel pulang berbunyi, Azka langsung menarik pergelangan tangan Adzwa dan membawanya ke parkiran.

“Ayo naik,” ucap Azka yang kini sudah berada di atas motornya. Namun, Adzwa enggan untuk naik, pasalnya untuk apa ia harus ikut Azka ke rumahnya?

“Lo mau apa, sih, ngajak gue ke rumah lo?” tanya Adzwa yang masih penasaran.

“Katanya lo mau bantuin gue, ya, ayo naik! Ayo dong ... please, lo, kan, baik harimau kutub.”

“Bener-bener somplak lo kampret!” dumel Adzwa, lalu naik ke motor ninja milik Azka.

“Ngedumel mulu kerjaan lo, udah ah pegangan lo.”

“Huh, apa?”

“Pegangan, gue mau ngebut, nih. Lo mau, jatuh karena gak pegangan?” Dengan ragu Adzwa pegangan pada bahu Azka. “Lo pikir gue tukang ojek apa, lo pegangan ke bahu gue!” dumel Azka yang hampir membuat emosi Adzwa naik. Serba salah, rasanya.

“Ya, terus ... ke mana? Kepala lo? Atau, leher lo? Biar sekalian, gue cekik lo biar mati sekalian,”gerutu Adzwa.

Azka tak menjawabnya lagi, ia melingkarkan tangan Adzwa di pinggangnya, membuat Adzwa terdiam saat itu juga. Tanpa butuh waktu lama, Azka pun menancapkan gas motornya. Agar cepat sampai di rumahnya Azka sedikit ngebut membawa motornya.

“Kenapa jantung gue jadi dag, dig, dug, serr ... kayak gini, ya? Ah, elah, masa iya gue mendadak serangan jantung, sih? Tapi, masa iya gue serangan jantung?!” batin Adzwa. 

Tak butuh waktu lama, dalam hitungan beberapa menit kemudian, motor Azka sampai juga di perkarangan rumahnya. “Turun, Tub!” Dengan cepat, Adzwa turun dari motornya yang diikuti dengan si pemiliknya alias, Azka.

“Yuk, masuk,” ajak Azka. Namun, Adzwa malah memasang wajah memelasnya di balik maskernya.

“Gue pulang aja, ya, ya, gue pulang,” ucap Adzwa dengan nada memohon. Azka tersenyum yang membuat Adzwa berpikiran bahwa Azka mengizinkannya pulang, tapi ternyata ...

“Gak!” Azka menarik tangan Adzwa, dan membawanya kedalam rumahnya. "Assalamualaikum, Mah, Azka pulang.” 

“Wa’alaikum salam, akhirnya anak Mama udah pulang,” ucap seseorang yang baru datang menghampiri Azka dan Adzwa. “Kamu bawa siapa ini?"

"Kenalin, Mah, ini temen aku. Namanya, Harimau kutub,”celetuk Azka, yang membuat Adzwa kesal. Lalu, dengan sengaja menginjak kaki Azka. “Aww ... sakit tau! Main injek-injek kaki gue aja lo.”

Mira mengerutkan dahinya, saat mendengar Azka menyebut nama. “Harimau Kutub?” tanyanya.

“Bukan tante, nama aku itu, Adzwa,” ucapnya, membenarkan. “Azka nyebelin, tante. Panggil aku Harimau kutub terus.”

“Nama cantik begini, kok, dipanggil harimau kutub? Ada-ada aja kamu, Ka!” celoteh Mira, tapi malah membuat Azka terkekeh. “Oh, ya, hari ini, kan, jadwal kamu Mama hukum, kan?” lanjutnya, yang membuat perubahan raut wajah Azka.

“Mama, kok, inget segala, sih? Padahal, aku udah seneng kalau Mama lupa,” ucap Azka yang langsung mendapat jeweran dari mamanya. “A ... a ... a ... Mah, sakit! Mama cantik, yang baik hati, dan tidak sombong lepasin dong. Sakit, Mah.”

“Kamu ini muji-muji Mama kalau ada maunya,” gerutu Mira yang dibalas cengiran tak berdosanya Azka. Lalu, melepaskan jewerannya.

“Sekarang, mana dompet kamu? Sini mama mau lihat.”

Azka menurut, ia memberikan dompetnya kepada mamanya. Mira membuka dompetnya, dan mengambil 2 lembar uang kertas 50 ribuan, lalu memberikannya pada Azka.

Azka mengerutkan dahinya tak mengerti, untuk apa mamanya memberikan uang yang ada di dompetnya?

“Hukuman apaan ini, Mah? Ngasih uang, kok, pakek uang jajan aku?” tanya Azka yang benar-benar tak mengerti.

“Mama kasih uang ini bukan untuk jajan kamu, ya, tapi kamu harus belanja bahan-bahan masakan dengan uang seratus ribu itu. Jangan kurang dan jangan lebih, tapi harus pas. Dan, perlu kamu tau, uang segitu harus cukup untuk membeli ayam, udang, sayur-sayuran, dan bumbu masakannya harus komplet. Kamu gak boleh nambahin uang itu sepeserpun, dan yang harus kamu ingat! Perginya gak pakek mobil dan gak pakek motor. Jadi, itu terserah kamu mau pakek apa. Dan, satu lagi harus kembali ke rumah jam 5 sore gak lebih, oke!” ceroscos Mira panjang lebar, membuat Azka melongo. Hukuman macam apa ini?

“Ta --"

“Gak ada bantahan, atau kamu mau Mama tambahin hukumannya?” Azka menggeleng cepat. “Dan, untuk kamu Adzwa, kalau Azka pinjam uang berapa pun jumlahnya jangan dikasih, ya. Ini peringatan buat Azka, biar dia gak boros lagi, dan ngerti artinya hemat,”lanjut Mira, yang dibalas dengan anggukann Adzwa.

Azka menggaruk-garuk tengkuknya yang tak gatal, mendengar semua perintah mamanya yang begitu banyak. Kemudian, ia pun menarik pergelangan tangan Adzwa untuk pergi keluar, sekarang Azka dilema besar. Dirinya harus belanja bahan masakan yang disebutkan mamanya barusan, sedangkan uangnya hanya dikasih seratus ribu rupiah.

“Gimana caranya gue belanja, uang kagak cukup, dilarang pakek motor sama mobil, dan buat belanja ke supermarket aja udah gak bisa, gue harus apa dong?”celoteh Azka yang menatap nanar dua lembar uang yang di pegangnya.

Lihat selengkapnya