Diary Cewek Tomboy

Reza Lestari
Chapter #12

Diary Cewek Tomboy 11

Terlihat Azka dan mamanya sedang berbincang sambil menonton acara televisi di ruang tamu rumahnya. Ini memang kebiasan mereka setiap malam, jika keduanya tidak memiliki kegiatan apa pun.

Semenjak Papa Azka meninggal beberapa tahun lalu, karena mengidap penyakit kanker otak. Kini mereka hanya hidup berdua saja. Meski begitu, keduanya tetap berusaha tegar.

"Mah."

"Apa?"

  

"Mama ngapain aja kemarin sama, Adzwa? Sampai-sampai kalian penuh tepung semua?" tanya Azka yang masih penasaran dengan kejadian kemarin, di mana tubuh Mama, dan Adzwa dipenuhi tepung semua.

"Oh, itu, kemarin Mama udah bilang, kan? Tepung terigu yang dibawa Adzwa itu, tumpah. Karena Adzwa gak liat tali sepatunya itu keinjak sama kaki sebelahnya. Terus, dia jatuh, dan alhasil tepung itu kena, Mama," jawabnya, sama seperti kemarin yang dijelaskan di depan semua teman Azka.

"Di situ ekspresi Adzwa lucu banget. Karena takut dimarahin Mama, dia terus minta maaf sama, Mama. Eh, Mama jahilin dia dengan ngelemparin sisa tepungnya. Nah, di situ kita saling lempar-lempar, sambil ketawa-ketiwi sama, Adzwa. Dia itu anaknya asyik tau, Mama senang banget kalau ketawa sama dia," lanjutnya, baru kali ini Azka mendengar mamanya yang bisa sesenang itu saat bercerita.

"Adzwa ketawa, Mah?" tanya Azka yang masih belum percaya.

Mira mengangguk, mengiyakan pertanyaan Azka. Lalu, berkata, "Iya, emang kenapa? Jangan bilang kalau kamu belum pernah liat Adzwa ketawa?"

"Emang gak pernah, Mah! Di sekolah itu, Adzwa orangnya tertutup. Misterius, bicara aja seperlunya, Mah. Dia itu gak pandai bergaul dengan orang lain. Adzwa lebih suka menyendiri. Jadi, selama aku deket sama dia, aku belum pernah liat dia ketawa. Apalagi, sampai lepas gitu waktu sama, Mama," jelas Azka membuat Mira kebingungan.

"Masa, sih? Tapi, kenapa Adzwa suka menyendiri gak seperti yang lainnya?"

"Justru itu, aku belum tau alasannya! Mau tau wajah dia kayak gimana juga belum kesampaian, Mah."

"Kenapa kamu jadi kepo sama wajahnya, Adzwa? Kamu suka, ya, sama, Adzwa?" goda Mira, membuat Azka mendadak salah tingkah, digoda seperti itu.

"Huh? Su-suka? Eng-engga, kok."

"Oh, ya? Masa? Mama aja kalau jadi kamu, suka banget, deh ,sama Adzwa. Dia cantik lo."

"Apaan, sih, Mama? Lagian, emang Mama pernah liat wajah asli Adzwa seperti apa?" tanya Azka yang hanya dibalas dengan senyuman simpul mamanya. Dan, membuatnya bertanya-tanya maksud dari senyuman mamanya itu.

"Azka ke kamar aja, ya, Mah. Udah malem juga ini."

"Ya, udah, sana! Daripada besok kamu susah dibangunin, kamu, kan, kayak kebo kalau tidur," ledek Mira sambil terkekeh.

"Mama, gimana, sih, anak sendiri disamaain sama kebo." Azka menggerutu sepanjang ia berjalan menuju kamarnya.

***

Adzwa memegangi kepalanya yang kini terasa berat, dan sakit. Seperti puluhan kilo besi jatuh menghantam kepalannya, dan membuat penglihatannya mulai berkunang-kunang.

Adzwa mencoba merilekskan kepalanya agar sakit di kepalanya cepat hilang. Namun, entah kenapa? Saat ini, sulit untuk dirinya rileks. Semakin ia diam kepalanya semakin berdenyut-denyut.

"Haah ...." Deru napas Adzwa terdengar sangat berat, membuat Azka yang duduk disampingnya, langsung menoleh saat ke arahnya.

"Lo kenapa, Wa?" tanyanya.

"Gue gak apa-apa."

Adzwa mencoba menahan sakit kepalanya yang semakin kuat, dan terus-menerus menghantamnya. Ia menggigit bibir bawahnya, berusaha untuk tidak menimbulkan suara, kedua matanya terpejam dengan rapat hingga memperlihatkan kerutan di dahinya.

Drt ... drt ...

Dan, suara ponsel Adzwa yang tersimpan di atas meja itu yang membuat ia membuka kembali kedua matanya. Namun, sulit rasanya untuk mengambil dan menjawab telepon itu disaat kepalanya kesakitan seperti ini.

Drt ... drt ...

Ponsel Adzwa tak hentinya bergetar, dan berdering. Tetapi, Adzwa tak kunjung mengambilnya. Azka menoleh lagi pada Adzwa, merasa heran karena Adzwa sedari tadi hanya diam, tidak mengambil ponselnya yang berdering itu.

"Ada telepon tuh, kenapa lo gak jawab?" tanya Azka.

"Biarin aja!"

"Tapi, berisik, Wa. Ini di perpus, kalau yang lain pada marah gimana karena ponsel lo berisik?"

"Ya, udah, lo aja kalau gitu yang jawabnya," ujar Adzwa masih berusaha tenang.

"Kenapa harus gue? Itu, kan, ponsel lo. Kalau ada yang penting gimana?" Adzwa tak menjawabnya lagi, Azka tidak tahu jika ia tengah menahan sakit. Dan, Azka malah mengajaknya berbicara, membuat sakitnya malah bertambah.

Karena tak kunjung dijawab, telepon dari seseorang yang berada di sebrang sana, ponsel Adzwa kini kembali normal tidak bergetar dan berdering.

"Tuh, jadi mati!" ujar Azka yang tak dihiraukan oleh Adzwa.

Drt ... drt ...

Lihat selengkapnya