Pagi ini Azka sedang dilanda GEGANA, alias gelisah galau merana. Pasalnya, sudah pukul 6.55 wib, Adzwa belum juga sampai ke sekolah. Tidak seperti biasanya, pukul 6.45 wib, gadis itu sudah duduk di sebelah bangkunya, sambil mengomel hal kecil yang sebenarnya tak penting.
Tetapi, pagi ini Azka tidak tahu ke mana Harimau Kutub itu berada. Sedari tadi Azka sudah berusaha meneleponnya, tapi nomornya tidak aktif. "Apa dia bolos lagi, ya? Tapi, kenapa? Sejauh ini dia baik-baik aja?" gumamnya.
"Lagian kenapa gue yang bingung? Mau dia sekolah apa enggak, ya, terserah dia. Azka, Azka, lo kenapa, sih?" tanyanya pada diri sendiri.
"Eh, bro, si cewek emosional yang selalu sama lo ke mana? Nggak sekolah, ya?" tanya Aldi yang kini duduk di depan bangku Azka.
"Gue gak tau? Ngapain lo tanya sama gue?"
"Lo, kan, pacarnya, Ka."
"Maksud lo apa? Kapan gue jadi pacar dia?"
"Ah, udah lo gak usah malu-malu sama gue. Gue tau, kok, kalian udah pacaran, buktinya aja lo udah kenalin dia ke nyokap lo. Ya, 'kan?" ujar Aldi sambil menaik-naikan alis nya.
Azka memutar bola matanya malas, lalu berkata, "Semerdeka lo aja, deh."
Kring ... kring ...
Suara bel masuk itu terdengar nyaring di telinga setiap siswa, dengan cepat setiap siswa memasuki ruang kelasnya masing-masing sebelum ada guru yang masuk untuk mengisi pelajaran hari ini.
Tak lama setelah bel masuk berbunyi, Bu Dea selaku guru matematika masuk ke ruang kelas 11 IPA-1, yang kebetulan mengisi jam pelajaran pertama dan kedua.
"Pagi semua," sapa Bu Dea.
"Pagi, Bu."
"Apa kabar?"
"Alhamdulillah luar biasa Allahu akbar!" seru semua siswa menjawab dengan lantang.
"Alhamdulillah, baik kalau gitu keluarkan buku matematika kalian. Tapi, sebelum ke materi, Ibu akan absen dulu kalian, ya," ucap Bu Dea sambil membuka buku absensinya.
"Abi Nugraha .... " panggil Bu Dea.
"Hadir, Bu!"
"Acha Anisa?"
"Hadir, Bu."
"Adrian?"
"Hadir."
"Anggia Nurmala?"
"Hadir, Bu."
"Kok, Adzwa dilewat, sih?" gumam Azka.