Jam menunjukan pukul 08.22 pagi, Oma Adzwa sengaja datang lebih pagi hari ini. Setelah ia pulang pada malam hari, karena biasanya Oma Adzwa datang pada pukul 10.30 dan pulang pukul 21.00 malam.
"Oma datang," ucap seseorang yang mengagetkan Oma ketika menutup pintu ruangan rawat Adzwa. Ia mengalihkan pandangan ke sumber suara, hingga ia melihat Adzwa yang sudah siuman.
"Adzwa, alhamdulilah ... kamu sudah siuman, sayang," kata Oma.
"Iya, Oma."
Oma tersenyum bahagia melihat cucunya yang telah sadarkan diri, setelah seminggu ia menunggunya. Akhirnya, ia bisa melihat cucunya itu sadar kembali. "Alhamdulillah terima kasih Ya Allah. Tapi, kapan kamu siuman?"
"Semalam, Oma. Aku cari Oma, tapi kata dokter Yoga, Oma pulang."
"Maaf, ya, Oma nggak ada disaat kamu bangun."
"Iya, nggak apa-apa, Oma. Aku ngerti, kok, bagaimanapun Oma butuh istirahat yang tenang dan nyaman."
Oma tersenyum, lalu memeluk Adzwa dengan erat. Kemudian, berkata, "Oma senang banget kamu sudah siuman, sayang."
"Alhamdulillah, Oma." Adzwa membalas pelukan omanya, ia sangat merindukan omanya.
"Jangan kayak gini lagi, ya, Oma gak mau kehilangan kamu."
"Aku gak apa-apa, Oma. Jadi, gak usah terlalu khawatir, aku cuma kecapean aja." Adzwa tak ingin omanya terus-terusan khawatir padanya, karena omanya juga harus memikirkan kesehatannya sendiri. "Oh ya, Oma. Aku mau pulang, ya," pinta Adzwa, ia tak betah berada di rumah sakit.
"Kok pulang? Kamu kan baru siuman, Adzwa. Nanti, ya, setelah kamu benar-benar pulih. Baru pulang." Bukannya Oma tidak ingin Adzwa cepat-cepat pulang dari rumah sakit, tetapi Oma khawatir dengan keadaannya. Apalagi, Adzwa baru saja siuman.
"Tapi, Oma aku gak apa-apa. Lagian, aku gak betah ada di sini, aku mau pulang. Aku mau sekolah," bujuk Adzwa agar bisa pulang.
"Tumben banget alasannya mau sekolah. Biasanya juga kalau Oma suruh kamu sekolah, suka malas-malasan. Malahan kamu sering bolos, tapi, kok, sekarang tumben-tumbenan banget mau sekolah? Apa karena ada ...," Oma sengaja menggantungkan ucapannya, hingga membuat Adzwa penasaran.
"Ada apa, Oma? Ada siapa?"
"Ada orang yang kamu beri nama somplak bin senklek itu, ya," tebak Oma yang membuat mata Adzwa membulat, dari mana Omanya tau nama itu?
"Kok, Oma bisa ---"
"Tau maksud kamu?" potong Oma yang dibalas dengan anggukan Adzwa, "ya, tau lah! Lewat ponsel kamu, sih," lanjut Oma, yang membuat Adzwa semakin kebingungan.
"Ponsel aku? Oh, ya, ponsel aku mana?"
"Khawatir banget kayaknya Oma kepoin ponsel kamu? Apalagi, sama orang yang inisialnya somplak bin sengklek itu." Oma memberikan ponsel pada Adzwa.
Adzwa tersipu malu saat digoda oleh omanya mengenai Azka."Itu bukan inisial Oma. Lagian, kok, Oma bisa tau nama itu, sih?" tanyanya masih penasaran.
"Dari pesan yang Oma baca, terus kenapa kamu kasih nama somlak bin sengklek? Emang dia siapa, kok, kamu ngasih nama itu, sih?"
"Dia itu temen aku, namanya, Azka."
"Temen apa temen?"
"Emang cuma temen, kok. Kalau bukan temen, terus apa?"
Oma terkekeh saat melihat cucunya itu, menjadi salah tingkah. Karena terus-terusan digoda olehnya.
"Cuma temen, tapi, kok, perhatian banget? Saat kamu gak sekolah aja, ponsel kamu itu, banyak pemberitahuan dari dia ada 125 missed call, 26 pesan dari orang yang bernama somplak bin sengklek tak lupa ada 15 notification WhatsApp mungkin dari dia juga," sindir Oma, membuat Adzwa tak percaya. Sebanyak itu?
"Terus, semua pesannya Oma baca?" Oma menganggukkan kepalanya sebagai jawaban, membuat ia malu sendiri. "I ... ih ... Oma, kok, dibaca, sih?"
"Daripada dianggurin terus, mending Oma baca, kan? Oh, ya, kok namanya somplak bin sengklek, sih? Anak orang kamu namain gitu, kalau mamanya marah gimana?"
"Biarin, lagian aku sebel sama dia. Masa dia bilang aku harimau kutub!"
"Kamu ini, kok, bales-balesan, sih. Eh, iya, ngomong soal bales-balesan, Oma jadi ingat. Ini, nih, 3 hari yang lalu waktu Oma pulang ke rumah. Oma nemu ini di depan pintu," jelas Oma sambil mengambil sesuatu dari tasnya, kemudian memberikannya pada Adzwa. Sebuah amplop yang berwarna biru langit.
"Dari siapa, Oma?"
"Dari itu kali, Azka."
Adzwa pun membuka amplop yang berwarna biru langit itu, di dalamnya berisikan sepucuk surat dengan kertas bergambarkan doraemon. Perlahan Adzwa membuka surat itu, lalu membacanya.
Harimau kutub, lo ada di mana, sih? Gue telepon-telepon nomor lo gak aktif terus, gue sms gak dibales-bales, gue WA lo juga gak diread-read. Lo marah, ya, sama gue? Sampai, sampai, lo gak mau ngasih tau gue sedikit pun. Tapi, di mana pun lo, semoga lo baik-baik aja.
Cepat sekolah lagi, ya. Tapi, Lo jangan geer dulu! Gue nyuruh lo cepat sekolah, bukan karena gue kangen sama lo, tapi lo harus tau, sekarang di sekolah lagi banyak tugas. Numpuk banget! Apalagi, tugas kelompok, masa cuma gue aja yang ngerjain, tapi lo enggak! So, cepat sekolah lo, jangan keasyikan di sana.
Dari
Azka yang baik hati dan tidak sombong.
Setelah membaca surat dari Azka, Adzwa pun menghidupkan ponselnya. Dilihatnya layar ponsel yang terdapat notifikasi.
1 message from somplak bin sengklek
Dengan cepat Adzwa membuka pesan itu dan mulai membaca pesan dari Azka.