Diary Cewek Tomboy

Reza Lestari
Chapter #16

Diary Cewek Tomboy 15

1 Minggu kemudian ...

Pagi ini Adzwa kembali memulai aktivitasnya seperti biasanya, setelah pulang dari rumah sakit, ia tak bisa langsung melakukan kegiatan seperti biasanya, ia harus tetap istirahat minimal seminggu setelah ia siuman. Dan, sekarang ia sudah bisa beraktivitas kembali.

Entah kenapa hari ini Adzwa sangat semangat untuk pergi ke sekolah, tak seperti biasanya ia harus dipaksa dahulu oleh omanya.

Sebelum pergi ke sekolah, ia pun menghampiri omanya yang tengah sarapan. “Pagi, Oma,” sapanya dengan semangat 45.

“Pagi sayang, kamu beneran udah nggak apa-apa, kan?"

"Iya, Oma tenang aja. Adzwa, kan, cucu Oma yang paling kuat."

Oma menghela napasnya, seraya berkata, “Ya, sudah, tapi kamu jangan terlalu capek, ya. Dan, kamu ke sekolahnya di antar sama Pak Edi aja, ya.”

“Gak usah Oma, aku naik sepeda aja.” 

“Kok, naik sepeda, sih, itu sama aja. Nanti kamu kecapean, Adzwa."

“Aku nggak apa-apa, Oma. Aku berangkat sekarang aja, ya."

"Kamu nggak sarapan dulu?"

"Nanti aja di sekolah, Oma. Aku berangkat, assalamualaikum,” pamitnya sambil mencium punggung tangan Oma, setelah itu ia langsung kabur ke garasi untuk mengambil sepeda.

***

Dengan bersenandung ria, Adzwa menggowes sepeda yang hampir 2 tahun belakangan ini tak pernah ia pakai, karena ia keseringan jalan kaki. Padahal, dulu waktu Adzwa menginginkan sepeda itu, ia terus ngotot meminta omanya agar membelikannya sepeda itu.

Untungnya saja sekarang sepeda itu masih bagus, jalannya juga masih cepat, jadi ia tak perlu cape-cape menggowesnya seperti yang sudah karatan.

Adzwa merasa segar ketika pagi-pagi sudah menggowes sepeda, apalagi sepeda itu tak menimbulkan polusi udara. Jadi, tambah bagus jika setiap orang memakai sepeda.

Setibanya Adzwa di sekolah, ia pun langsung memarkirkan sepedanya, tetapi di parkiran ia tak melihat motor Azka. Apa cowok itu belum datang? Tetapi, tumben sekali jika Azka benar-benar belum sampai ke sekolah.

Adzwa pun melangkahkan kakinya menuju kelasnya, dengan suasana hati yang begitu senang, dan entah apa alasannya sebenarnya, membuat Adzwa bisa sesenang itu. “Assalamualai ---” Adzwa tak melanjutkan ucapannya, saat kedua matanya tak sengaja melihat dua orang yang berada di bangkunya.

Suasana hati Adzwa berubah 180 derajat sekarang, saat melihat Azka dan Zahra yang tampak begitu dekat. Matanya menatap lurus pada orang yang sedang berduaan di bangkunya. Perih rasanya, saat melihat kejadian itu. “Gue kenapa? Kok, tiba- tiba hati gue sakit kayak gini, sih? Lagian, gue ngapain, sih, harus lihat mereka segala? Bikin mood gue ancur, deh,” batin Adzwa merutuki dirinya sendiri.

Azka menoleh saat mendengar suara yang tak asing lagi di telinganya, begitu juga dengan Zahra yang mengikuti menoleh ke asal suara. Mereka mendapati Adzwa yang tengah berdiri di ambang pintu, bahkan terlihat sedang memerhatikan mereka berdua.

“Adzwa,” ucap Azka yang senang saat melihat Adzwa kembali, setelah dua minggu mereka tidak bertemu. Azka pun bangkit dari kursinya, lalu dengan cepat menghampiri Adzwa yang masih berdiri di ambang pintu.

“Lo sekolah lagi harimau kutub!” seru Azka. Namun, Adzwa tetap dalam posisinya, hanya menatap Azka dengan tatapan lurus.

“Adzwa, Adzwa,” panggil lagi Azka yang sontak membuyarkan lamunan Adzwa.

“Apa?”

“Lo kenapa? Dateng ke kelas bukannya duduk malah bengong. Oh, ya, dua minggu ini lo ke mana aja? Tapi, lo sehat-sehat aja, kan? Lo gak apa-apa, kan?” tanya Azka yang bertubi-tubi.

“Gue gak apa-apa.”

“Beneran lo gak apa-apa?”

“Gue beneran gak apa-apa Azka, kalau gue kenapa-kenapa mana mungkin gue ada di sini,” gerutu Adzwa, sontak Azka malah memeluk Adzwa di hadapan teman-temannya.

“Et, dah, kenapa jantung gue? Tiba-tiba mau copot kayak gini, ya? Lagian si kampret Azka ngapain peluk-peluk gue, sih?” batin Adzwa.

“Lah, kok, gue jadi meluk si Harimau Kutub, sih? Duh, repleks gue. Gara-gara kangen berat, nih. Eh!” batin Azka saat memeluk Adzwa secara tiba-tiba.

“Azka peluk Adzwa, tapi kenapa? Ngapain Azka peluk-peluk dia?” batin Zahra yang melihat keduanya berpelukan.

Lihat selengkapnya