Jam menunjukan pukul 6 pagi, hari ini ia diajak Azka untuk pergi. Katanya akan pergi jalan-jalan naik sepeda yang entah ke mana tujuannya. Adzwa belum mengetahuinya, karena Azka tidak memberitahukan sebelumnya.
Sekarang ia sudah siap dengan setelan kaos berwarna putih, kemeja planel yang sengaja diikat di pinggangnya, celana jeans robek-robek, dan sepatu sneakers putihnya, serta tak lupa, memakai masker andalannya. Hanya saja, kali ini ia tidak memakai kacamata seperti biasanya.
Setelah dirasa sudah siap, Adzwa pun keluar dari kamarnya. Lalu, menghampiri omanya yang sedang sarapan.
"Oma, Adzwa pergi dulu, ya. Teman Adzwa udah nungguin di depan," pamitnya.
"Iya, tapi sarapan dulu. Kamu, kan, kalau pergi suka lupa waktu," ucap Oma, dengan cepat Adzwa membuka maskernya. Lalu, mengambil 2 lapis roti yang sudah olesi selai cokelat, kemudian ia memakannya.
"Udah, sekarang aku berangkat, ya. Assalamualaikum." Adzwa mencium tangan omanya, lalu pergi sambil memakan sisa roti di tangannya.
Di sisi lain, sudah hampir 15 menit Azka menunggu Adzwa di depan pagar rumah gadis itu. Janjiannya pukul 6 pagi, ini malah sudah jam 6 lebih 15 menit. Untungnya saja, tak lama kemudian Adzwa keluar dari rumahnya sambil menggunakan sepedanya.
"Maaf, ya, gue telat! Emang, kita mau ke mana, sih?" tanya Adzwa yang kini ada di depan Azka.
"Jalan-jalan aja keliling kota Jakarta, sambil gowes sepeda pagi-pagi, kan, seru."
"Ya, udah, deh, yuk."
Azka dan Adzwa pun menggowes sepedanya untuk berkeliling sekitaran kota Jakarta di pagi hari ini.
***
Seperti biasanya Zivan dan Zahra berniat untuk mencari Zahwa kembali, kali ini pergi ke tempat yang saat itu mereka bertemu Zahwa. Tepatnya, ketika Zahwa menolong Zivan hampir tertabrak saat itu.
"Bang, apa kita akan ketemu Zahwa lagi di sini?" tanya Zahra.
"Abang juga gak tau, Ra. Tapi, kita coba aja nunggu di sini. Siapa tau Zahwa ada di sekitar sini juga," ujar Zivan yang dibalas dengan anggukan Zahra.
"Tolong ... tolong ...."
"Bang, ada yang minta tolong!" ujar Zahra yang dibalas degan anggukan Zivan, yang saat itu juga mendengar teriakan minta tolong.
"Ya, udah, samperin, yuk!"
"E ... e ... eh, Bang! Kayaknya pencopetan, deh, liat itu orang-orang pada ngejarnya. Ke arah sana, Bang," ucap Zahra sambil menunjukan ke arah pencopet.
"Ya, udah, ayo."
Zivan menghalangi pencopet itu, yang lari ke arahnya. "Eh, mau ke mana lo?" Ia merentangkan kedua tangannya, terus menghalangi pencopet itu agar tidak kabur.
"Awas, lo! Nyari mati, huh?!"
"Yang ada lo yang nyari mati, balikin gak itu tas."
"Banyak omong, lo!" Pencopet itu mendengus, sebelum akhirnya melayangkan pukulannya pada Zivan. Namun, dengan sigap Zivan menangkasnya. Dan, di situ lah terjadi perkelahian antara Zivan dan pencopet.
Bugh ... bugh ... bugh ...
Setelah beberapa menit melawan pencopet itu, akhirnya pencopet itu K.O. Segerombolan orang yang mengejar copet tadi, datang dan langsung menangkap pencopet itu.
"Bawa ke kantor polisi, Pak."
"Iya terima kasih, ya, Mas," ucap seseorang itu. Lalu, membawa pencopet itu pergi untuk diserahkan ke kantor polisi oleh orang-orang itu.
"Bang Zivan, lo gak apa-apa, kan?"
"Gak, kok, kita balikin tasnya, yuk," ucap Zivan yang dibalas dengan anggukan Zahra.
Mereka pun pergi dari tempat itu, menuju orang yang tadi kecopetan. Mereka sedikit bingung tas siapa yang mereka dapatkan dari pencopet itu, namun ketika melihat ada seorang wanita paruh baya yang duduk di depan sebuah ruko dengan wajah cemas, mereka pun langsung menghampirinya.
"Permisi apa tas ini milik I ---" Belum sempat Zivan meneruskan pembicaraannya, perkataannya itu terhenti saat melihat orang di hadapannya itu. "Oma!" lanjut Zivan ketika melihat sosok yang iya kenal, yaitu omanya.
Dahi Oma mengernyit bingung, tidak mengenali Zivan, hanya saja Oma mengenali wajah gadis di samping Zivan, karena sangat amat mirip dengan Adzwa.
"Ini aku Oma, Zivan. Dan, ini Zahra cucu, Oma. Oma masih ingat, kan?" ucap Zivan mengingatkan siapa dia.
"Masya Allah, Zivan, Zahra? Akhirnya Oma bisa ketemu kalian juga. Selama ini kalian ke mana saja?" tanya Oma tak menyangka.
"Panjang ceritanya Oma, tapi kita senang banget bisa ketemu, Oma."
"Oh, ya, Oma. Zahwa mana? Ikut sama Oma gak?" tanya Zahra yang dibalas dengan gelengan kepala Oma.
"Zahwa mana mau Oma ajak jalan-jalan, apalagi ke mall. Anti banget dia, tapi tadi dia lagi pergi sama temannya pagi-pagi, gak tau mau ke mana," jawab Oma.
"Ya, udah, kalau gitu gimana kalau Oma ikut kita ke rumah. Selagi ada Papa sama Mama di rumah, ya, kan, Bang."
"Iya, Oma."
"Ya, sudah."
"Oh, ya, ini tas Oma bukan?" tanya Zivan.
"Iya, itu tas Oma, tadi kecopetan. Makasih udah bantuin, Oma."
Zivan mengangguk, lalu mengajak Oma untuk ikut mereka menuju tempat mobilnya terparkir tak jauh dari tempat ini.