“Zahra!”
Adzwa bangkit dari kasur king size-nya, lalu ia keluar dari kamarnya untuk melihat apa yang terjadi di bawah. Satu-persatu anak tangga yang cukup panjang itu ia turuni. Namun, tidak sampai ke lantai satu, ia berhenti di tengah-tengah tangga.
Saat itu, ia melihat seorang wanita paruh baya yang telah melahirkannya ke dunia ini, tengah khawatir pada seorang gadis yang memiliki wajah yang sangat mirip dengannya.
“Ayo, Pah, kita bawa Zahra ke rumah sakit.” Rena terlihat begitu mencemaskan Zahra yang tiba-tiba pingsan.
“A-ayo, Zivan bantu, Papa,” ujar Dirga sambil mengangkat tubuh putrinya, yang dibantu oleh Zivan, dan langsung membawanya ke mobil untuk segera di bawa ke rumah sakit.
Tengah malam seperti ini, harus ada kejadian yang tak pernah diharapkan oleh siapapun. Namun, ada apa dengan, Zahra? Kenapa kembarannya itu bisa pingsan seperti itu?
Entahlah, Adzwa tak ingin membebani pikirannya lagi dengan kejadian barusan, meskipun dalam hatinya masih tetap bertanya-tanya.
Di saat yang lainnya pergi ke rumah sakit, Adzwa memilih untuk tetap berada di rumah, ia memilih seolah-olah tidak tahu apa-apa. Mungkin, setelah itu ia akan dikatakan sebagai saudara yang kejam, tapi sudah tak peduli.
“Kalau gue yang ada di posisi Zahra sekarang, apakah Mama akan secemas itu mengkhawatirkan keadaan gue? Apakah perhatian dan kepeduliannya bisa beralih pada gue?" batin Adzwa, rasanya ia tak pernah melihat mamanya secemas itu mengkhawatirkannya.
"Oh, ayolah, Adzwa. Lo jangan terlalu banyak bermimpi. Mana mungkin semua itu akan terjadi, lebih baik sekarang lo bangun dari mimpi lo ini, daripada lo sakit hati lagi di saat kenyataan yang terjadi, gak sama dengan apa yang lo pikirkan,” ujarnya sambil tersenyum pedih, kemudian ia pun kembali ke kamarnya.
Kini di rumahnya tak ada siapa-siapa lagi, selain dirinya dan Bi Imas yang mungkin sudah tidur, karena ini sudah pukul 22:46 wib.
***
Entah ada di mana kali ini Azka berdiri, tempat itu tidak ia kenali sama sekali, karena sebelumnya ia tak pernah menginjakkan kakinya ke tempat yang begitu asing itu. Namun, di tempat itu terlihat sangat indah, banyak sekali di sana dandelion yang bermekaran.
Tak hanya itu yang ia lihat saat ini, tapi juga dengan gadis yang memakai dress putih, dengan rambutnya yang ditata model kepangan sembarang, tapi tampak terlihat begitu sangat bagus, tak lupa memakai flower crown yang menambah kemenarikan pada gadis itu.
Gadis itu tengah duduk di antara bunga-bunga dandelion yang bermekaran di sekelilingnya. Namun, sayang sekali, Azka tak bisa melihat wajah gadis itu, karena posisi duduknya membelakangi Azka.
Perlahan, Azka melangkahkan kakinya menuju gadis itu. Penasarannya semakin bertambah, belum ia mengetahui jawaban atas tempat apa itu, sekarang ditambah dengan melihat sosok gadis yang duduk di tengah-tengah dandelion.
Siapakah dia? Dan, kengapa dia ada di sina juga? Apakah dia tahu tempat itu?
Saat tepat di belakang gadis itu, Azka memberanikan dirinya untuk mendekat, seraya berkata, “Maaf.”
Gadis itu berdiri dan berbalik badan hingga saling berhadapan dengan Azka. Saat itu juga, Azka terdiam mematung, ketika melihat gadis yang berada di hadapannya itu.
Ia mengenal gadis itu, bahkan sangat-sangat kenal. Gadis itu yang selalu ada di pikirannya. Dia adalah gadis kedua yang sayang dan cinta setelah mamanya.
“Adzwa,” sebut Azka.
Gadis itu tersenyum lebar saat melihat Azka, sekarang gadis itu terlihat lebih cantik dari sebelumnya. Gadis yang biasanya berpenampilan tomboy, dan sering memakai loose tee ditambah kemeja planelnya, celana jeans robek-robek, serta topi yang selalu di balik. Sekarang untuk pertama kalinya, Azka melihat gadis itu berubah derastis, penampilan layaknya gadis-gadis di luar sana yang feminin. Gadis itu terlihat begitu sangat cantik kali ini, ditambah dengan senyum manisnya yang terukir pada wajahnya.
“Lo kenapa ada di sini? Apa lo tau tempat ini?” tanya Azka, ia benar-benar tak tahu tempat itu.
Gadis itu tersenyum hangat padanya, lalu berkata, “Tempat apa pun ini, yang jelas gue menemukan ketenangan di sini. Dan, hati gue yang membawa gue ke sini."
“Lalu, lo lagi ngapain sekarang di sini?” tanya lagi Azka yang membuat gadis itu kembali tersenyum.
“Gue suka tempat ini, mungkin tempat ini juga yang akan membawa gue pada kebahagiaan.”