Lembar diary berikutnya aku buka. Tiba-tiba saja aku merasa bersemangat membaca lembar berikutnya ini. Aku menulis nama Irham di baris pertama. Sepertinya aku sedang mengulas banyak tentang dia.
2 Oktober 2000
Dear Diary
Tadi aku ngeliat Irham wajahnya pucat
Pandangan matanya juga keliatan sayu
Malah ia sempat rebahan di kelas di jam istirahat
Sepertinya dia sakit
Oh ya, tadi aku ngeliat Devi ngedeketin Irham
Nggak tahu mereka membahas apa
Aku cuma ngeliat Irham yang memandang Devi dengan sorot mata nggak suka
Dia langsung rebahan lagi di kursinya yang dijadikan satu sama kursi si Edo teman sebangkunya
Devi langsung pergi
Aku liat Devi ngobrol sama Amara
Terus Amara keliatan sedih
Matanya merah
Aku mengerutkan dahiku. Apa yang sebenarnya terjadi? Segera aku buka ke halaman berikutnya.
3 Oktober 2000
Dear Diary
Irham masih terlihat lemas hari ini
Dia nggak seceria biasanya
Tadi dia masih rebahan di jam istirahat
Sriana nyuruh aku nanyain Irham
Sriana kasian sama Irham
Dia menyuruhku membawanya ke UKS
Ingatanku kembali ke masa lalu. Masa ketika aku masih berseragam putih biru.
Aku dan Sriana habis dari kantin. Kami menemukan Irham masih tiduran di kursi dengan bantalan tas ranselnya.
”Ir, kamu sakit kan? Ke UKS aja ya?!”
Ini hari kedua aku melihat Irham lemas di kelas. Irham bangkit dari tidurannya.
”Nggak usah, Nae."
”Tapi kamu lemes banget gitu. Mendingan di UKS. Kan bisa tiduran di kasur UKS."
”Nggak usah. Di sini aja udah cukup."
”Kamu kalau sakit gitu kenapa masuk sekolah sih? Harusnya izin aja."
Irham tersenyum tipis.
”Takut ketinggalan pelajaran."
”Kan ntar bisa tanya temen sebangku atau tanya guru langsung."
Irham kembali tersenyum.
”Nggak apa-apa. Aku kuat kok. Cuma agak capek aja."
”Ya udah, kalau nggak kuat bilang ya? Ntar biar dianter temen-temen ke UKS."
Irham mengangguk. Aku pergi meninggalkannya yang kembali rebahan. Sriana sudah duduk di bangkunya. Aku awalnya juga mau duduk, tapi dari tempatku berdiri saat ini, aku melihat Edo yang ada di luar kelas. Ia berdiri dekat jendela.
Aku keluar kelas bersamaan dengan temannya Edo yang mengobrol dengannya tadi berlalu. Entah dengan siapa tadi Edo mengobrol. Anak kelas lain. Nggak tahu kelas apa. Aku nggak hafal sosoknya. Aku menghampiri Edo.
”Do, itu si Irham sakit apaan sih? Lemes banget keliatannya."
Aku yakin Edo tahu karena ia teman sebangkunya.
”Sakit liver."
”Haaaahhh?”
Aku kaget. Kasihan bener Irham.
”Menular nggak?”
Edo terkekeh melihat responku.
”Nggak. Kan sakit livernya cuma sakit karena hatinya patah."
”Apaan sih? Nggak paham deh. Patah hati gitu maksudnya?"
Terlihat senyum iseng Edo mengembang lebar.
"Bercanda, Nae!"
Aku bersungut kesal. Tapi akhirnya aku memburu Edo dengan pertanyaan baru.
”Dia putus sama Amara?”
”Kamu tahu juga ya kalau mereka pacaran?”
”Iya. Dikasih tahu Devi. Tapi nggak boleh bilang ke siapa-siapa. Nggak tahu kenapa dia ngasih tahu ke aku."
”Karena kamu ketua kelas mungkin."
”Apa hubungannya?”