Mataku masih terbuka lebar. Jadi tak ada alasan untuk segera tidur. Aku kembali membuka halaman berikutnya.
18 Oktober 2000
Dear Diary
Tadi pelajaran Biologi
Guru kami Bu Hariyati membentuk kelompok
Satu kelompok 5 orang
Aku satu kelompok sama Nefertiti lagi
Dan ternyata
Irham juga ada di kelompok ini
Ah, senengnya bisa satu kelompok sama dia
Tersenyum lebar aku membaca tulisanku ini. Untuk beberapa saat aku kembali larut dalam kenangan masa SMP.
Nefertiti iseng. Begitu Bu Hariyati selesai membacakan nama kelompok dan anggotanya, dia langsung melihatku sembari ngedepin mata ke arahku. Di kelompok ini ada aku, Irham, Nefertiti, Sita Nur Azima dan Surya.
Bu Hariyati menyuruh kami duduk berkelompok seperti yang sudah beliau bacakan tadi. Aku bergerak menuju kelompokku. Awalnya aku mau duduk di sisi pinggir, dekat lorong bangku, tapi Nefertiti menyuruhku mengambil tempat yang dekat tembok saja. Alasannya karena ia bertubuh lebih besar dari aku, jadi perlu tempat yang luas. Susah gerak kalau ia harus duduk di dekat tembok. Karena aku berperawakan ramping, cenderung kurus, tentu nggak makan tempat. Jadi kalau aku duduk di kursi yang bersebelahan dengan tembok pasti itu bukan masalah. Begitu menurutnya.
Karena pertimbangan itu akhirnya aku menurut. Aku mengambil posisi di kursi yang paling mepet tembok. Tiba-tiba saja Nefertiti menarik Sita supaya duduk di sebelahnya dan menyuruh Surya duduk di sebelah Sita. Otomotis kursi di sebelahku akan di duduki Irham.
Aku sempat mendelik ke arahnya. Nefertiti kembali menampakkan senyum isengnya. Aku cemberut sambil narik kursi buat duduk.
Bu Haryati memberikan catatan di papan tulis sambil memberikan penjelasan tentang bab pelajaran yang kami bahas. Beliau juga menyuruh kami menyalin catatan yang ada di papan tulis.
Posisiku yang ada di dekat tembok jelas tak bisa melihat tulisan dengan baik. Tulisan di papan yang sebelah kanan terlihat dengan jelas. Tapi yang di papan sebelah kiri tak terbaca dengan baik.
Akhirnya aku bolak-balik menggerakkan badan ke arah kiri supaya bisa membaca tulisan tersebut. Aku merasa yang paling heboh. Berkali-kali bergerak untuk membaca.
”Kamu nggak keliatan ya?" tanya Irham.
Aku buru-buru menarik kepala dan badanku sedikit menjauh. Saat itu Irham menoleh ke arahku. Mukaku dan mukanya Irham berada dalam posisi sangat dekat. Kalau aku nggak menarik mukaku, yang aku takutkan kami bertabrakan kepala.
Irham bertanya begitu mungkin karena dia merasa terganggu. Aku dari tadi bergerak terus. Aku menjawabnya pakai anggukan kepala. Saat itu badanku sudah nempel di tembok. Mukaku sudah menjauh dan mungkin terlihat memerah. Sedikit kikuk ditanya Irham seperti itu.
”Ini, liat aja catatanku. Aku sudah selesai mencatat kok,” katanya sambil mendorong buku tulisnya ke arahku.
Aku menerima buku itu dengan perasaan gamang. Mungkin bingung juga.
”Iya."
Beberapa detik kemudian aku sudah sibuk mencatat di bukuku berdasarkan catatan di buku tulisnya Irham.
***
30 Oktober 2000
Dear Diary
Tadi pulang sekolah ada kejadian nggak nyenengin
Sampai takut begitu
Seperti biasa, tadi aku, Nina dan Nurina naik angkot dekat perempatan
Kami menemami Agni dulu
Seremnya ada sekelompok anak SMP dari sekolah lain yang satu angkot sama kami