Diary Ingin Cerita

Farida Zulkaidah Pane
Chapter #3

Pulihnya Sebentuk Ingatan

Usai salat Isya, kembali para senior mengajak Nilam berbincang-bincang di dalam tenda. Suasana sudah semakin sunyi. Sesekali, terdengar desiran angin, gemerisik daun-daun yang beradu, dan suara hewan-hewan malam.

“Nilam, apakah kamu masih ingat kedua orang tuamu?” tanya Kak Cindy.

Nilam berusaha memeras seluruh ingatan yang ada di dalam otaknya. Samar-samar, ia melihat dua sosok sepasang manusia dewasa di dalam foto. Walau tak terlalu jelas, Nilam mengangguk untuk melegakan perasaan semua orang.

“Oh, berarti kita harus mulai dari orang-orang terdekatnya dulu karena itu yang paling mungkin mudah diingat Nilam,” cetus Kak Cindy pada yang lain. Yang lainnya pun mengangguk-angguk tanda setuju.

“Kamu memanggil mereka berdua apa? Papa Mama, Ayah Ibu, Bapak Emak, Dad Mom …?” ucap Kak Cindy lagi pelan-pelan.

Nilam memandangi Kak Cindy, kemudian ia berkata, “Ayah Bunda.”

“Nah!” seluruh penghuni tenda berseru gembira. Rupanya, diam-diam mereka ikut menyimak pembicaraan Nilam dan Kak Cindy sejak tadi.

“Jadi, harus dimulai dari yang kamu sayang, ya? Coba, kamu sayang nggak sama Kak Ical? Eh, kamu tahu nggak, Kak Ical itu siapa?” celetuk Kak Pay yang tetap melawak di setiap kesempatan. Nilam menautkan kedua alisnya sambil menggeleng.

Woah! Berarti kamu nggak sayang sama Ical nih, kalau nggak ingat!” seru Kak Pay.

“Apaan sih, Kak Pay? Emang harus gitu, sayang sama Ical?” sergah Kak Cindy sambil menahan senyum melihat ulah Kak Pay.

“Iya, dong! Sebagai ketua, dia patut disayang. Betul nggak, Nilam?” seloroh Kak Pay.

“Oh, Kak Ical itu ketua, ya?” Nilam balik bertanya sambil ragu-ragu.

“Aduh, Nilam! Kalau dalam kondisi normal kamu sampai nggak kenal ketuamu, itu bisa kena push up. lho! Tapi, berhubung ini kondisi istimewa, ya sudahlah. Eh, Satya! Panggilin Ical dong, ke sini. Penting!” kata Kak Pay kemudian.

“Apanya yang penting?” tanya Kak Cindy sambil berbisik pada Kak Pay.

Hei! Siapa tahu, kalau lihat wajahnya, Nilam jadi ingat,” jelas Kak Pay memberikan alasan.

Kak Ical pun datang memasuki tenda, “Ada apa, Kak?” tanyanya tegas.

Lihat selengkapnya