Aku ingin melupakan kejadian tadi. ingin sekali. Menganggap semua ini hanya mimpi kemudian aku akan terbangun dengan Molli dipelukanku. Setelah itu Aku akan bercerita pada Molli jika aku tadi bermimpi sedang tersesat di dunia periblisan.
Ah aku merindukan Molli. Saat hujan begini biasanya dia sedang meringkuk dipangkuanku, menggesek-gesekkan kepalanya di bajuku. Bila sudah seperti itu artinya ia minta dibelai, tentunya aku akan melakukan apa yang Ia minta. Oh aku benar-benar merindukan Molliku yang manja dan menggemaskan.
Bukannya di sini.
Bukan duduk lesehan di depan toko ini. Ayolah, pemiliknya bahkan sudah menutup tokonya karena tak sabar meringkuk di bawah selimut yang hangat. Apalagi aku, sang pecinta tidur. Hujan kumohon,cepatlah berhenti. Aku sudah tak tahan terusan duduk di sini, apalagi bersama dengan lelaki menyebalkan ini.
Oh iya, mengenai lelaki pengantar undangan itu... sekarang dia sedang memainkan handphone-nya dengan wajah serius. Aku cukup senang karena dia sudah menghentikan makiannya sekarang. Ya, sedari tadi ia terus saja mengoceh. Ia terus mengumpati preman-preman itu karena telah membuatnya terluka. Dan aku juga kena semprot olehnya, pastinya. Kurasa sekarang emosinya sudah reda. Aku heran mengapa wajah lembutnya sangat berbanding terbalik dengan sifatnya in---
"Ngapain liatin gue?!"
Aku buru-buru memutuskan pandanganku darinya. Lalu mendengus kesal, dasar lelaki kasar! Ternyata ia masih saja kesal. Apa sedari tadi belum cukup ia memarahiku karena menganggap bahwa akulah yang telah menimbulkan semua ini?