Diary Kelabu Dokter Muda

Jiebon Swadjiwa
Chapter #14

BAB 14: Teori Kekacauan

Nadia baru saja mengunci pintu kamar kosnya setelah seharian mengikuti jejak David. Tubuhnya terasa sangat lelah, seperti semua energi telah terserap dari dirinya. 

Matahari sudah tenggelam di ufuk barat, meninggalkan langit dengan sisa-sisa jingga yang berangsur pudar. Namun, rasa lelah itu belum sepenuhnya hilang. Ia melemparkan tasnya ke kursi dan duduk di tepi tempat tidur, menatap langit-langit kamar yang putih tanpa hiasan, mencoba menenangkan pikirannya yang berantakan.

Ponsel di tangannya tiba-tiba bergetar, memecah kesunyian yang sejenak ia nikmati. 

Nadia menghela napas panjang, mencoba mengusir sisa kelelahan dan kecemasan yang masih menggantung. Dengan enggan, ia meraih ponselnya dan melihat notifikasi yang muncul. 

Sebuah pesan dari akun @HiddenEyes muncul di layar. Akun itu menjadi pusat dari segala kebingungan dan ketegangan yang menghantui hidupnya beberapa hari terakhir.

"Apalagi sekarang?" Nadia bergumam pada dirinya sendiri dengan nada kesal. Namun rasa penasaran yang lebih besar membuatnya membuka pesan tersebut. 

Wajahnya tiba-tiba berubah tegang saat melihat isi postingan terbaru dari @HiddenEyes. 

Foto-foto yang diunggah adalah gambar diary Anisa yang telah di-scan, dengan caption yang membuat darah Nadia berdesir. 

"Cerita ini bagian pertama dari curhatan hati Anisa, awal mula tumpukan masalah yang membuatnya menyerah. Ada yang bisa tebak siapa tokoh di dalamnya?"


Nadia merasakan sesuatu yang dingin merayap di punggungnya. "Ini sudah kelewatan," bisik Nadia pada dirinya sendiri, suaranya penuh dengan kemarahan dan kekhawatiran. 

“Mereka benar-benar berani mengunggah ini secara terbuka.”

Nadia bangkit dari tempat tidur, meninggalkan ponsel di kasur, dan berjalan cepat ke meja kerjanya. Dengan gerakan yang tergesa, ia membuka laptop dan langsung mengklik postingan tersebut untuk memeriksanya lebih jelas. 

Di layar laptop, gambar-gambar diary Anisa muncul dengan jelas. Setiap halaman terasa seperti pukulan keras yang menghantam perasaan Nadia.

"Mereka menyebutkan inisial nama, tetapi jelas ini bisa memicu banyak spekulasi,” Nadia bergumam. Suaranya terdengar gemetar, baik karena marah maupun cemas. 

Ia melanjutkan dengan membaca isi postingan lebih cermat, setiap barisnya dibaca dengan teliti. Layar laptop menampilkan bagian diary di mana Anisa digambarkan menghadapi kemarahan dr. Surya di depan umum karena menutupi kesalahan Fitry. Dengan cermat, Nadia membaca, mencoba memahami konteks dan dampak dari informasi tersebut.

Lihat selengkapnya