Diary Kelabu Dokter Muda

Jiebon Swadjiwa
Chapter #23

BAB 23: Sosok Farhan

Nadia menutup pintu Kosan perlahan, melangkah masuk ke ruang tamu yang dipenuhi keheningan. Pikiran tentang pertemuannya dengan Farhan masih mengganggu, seolah-olah ada sesuatu yang menggantung di udara, tetapi belum sepenuhnya terjelaskan. Buku diary milik Anisa yang kini terletak di meja depan sofa seolah memanggilnya, menunggu untuk diungkap lebih jauh.

 Nadia duduk, mengambil napas panjang. "Ini pasti penting," gumamnya sambil meraih buku tersebut.

 Halaman-halaman awal diary itu sudah cukup banyak ia baca sebelumnya—catatan harian tentang keseharian Anisa, pekerjaannya sebagai perawat, dan perasaan-perasaan yang jarang ia ceritakan kepada siapa pun. Tapi sekarang, Nadia tahu ada sesuatu yang lebih besar di dalam buku ini. Ada cerita yang belum terungkap sepenuhnya.

 Tangannya bergerak hati-hati, membuka halaman-halaman sampai ia menemukan catatan yang mengingatkannya pada pertemuan Anisa dengan Farhan. Jari-jarinya berhenti di satu halaman, matanya segera menyusuri tulisan yang sedikit lebih tergesa daripada yang lain.

 Hari ini, aku bertemu seseorang yang tak pernah kusangka akan kulihat lagi—Farhan. Farhan yang dulu teman masa kecilku, yang selalu ada setiap kali aku jatuh dari sepeda atau menangis saat tidak bisa bermain layangan dengan baik. Dia terlihat berbeda sekarang, lebih dewasa, tentu saja. Tapi ada sesuatu dalam senyumnya yang masih sama. Saat aku melihatnya di ruang perawatan, aku hampir tak percaya. Dunia terasa berhenti sejenak.

 Kami hanya bicara sebentar, dan aku tidak bisa—atau mungkin tidak mau—mengungkapkan semuanya. Aku terlalu cemas. Rasanya seperti ada sesuatu yang berat menghantui setiap langkahku. Tapi dia tidak tahu apa-apa, dan aku tidak memberinya alasan untuk curiga. Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan. Menghindari siapa? Atau lebih tepatnya, menghindari apa?

 Nadia menutup buku itu sejenak, merenungkan apa yang baru saja ia baca. Anisa dan Farhan adalah teman masa kecil. Mengapa Anisa tidak pernah menyebutkan ini sebelumnya? Lebih penting lagi, mengapa Anisa begitu cemas saat bertemu dengannya?

 Tangan Nadia kembali menyentuh halaman buku, membaliknya pelan-pelan. Ia harus tahu lebih banyak.

Saat aku bertemu Farhan di Rumah Sakit Nusa Media, semuanya terasa seperti kebetulan. Dia dirawat di sana setelah mengalami kecelakaan kecil. Kami tidak sempat berbicara panjang lebar karena aku terlalu sibuk dan... terlalu takut untuk membahas apa pun. Aku hanya ingin dia tidak tahu. Aku takut dia akan terlibat dalam masalah yang lebih besar daripada yang bisa ia bayangkan.

Nadia menghentikan bacaan sejenak. Ada sesuatu yang sangat salah. Anisa, sahabatnya yang biasanya terbuka dan kuat, ternyata menyimpan banyak ketakutan dan kecemasan, terutama setelah pertemuannya dengan Farhan.

 Ia merasakan detak jantungnya semakin cepat. Satu hal yang pasti: pertemuan ini bukan sekadar kebetulan. Farhan mungkin memiliki jawaban untuk semua pertanyaan yang terus membayangi pikirannya sejak kematian Anisa.

 Nadia mengambil ponselnya. Nomor Farhan masih tersimpan di sana, dari pertemuan mereka sebelumnya. Tapi sebelum ia menelepon, dia butuh lebih banyak informasi. Apa sebenarnya yang terjadi di antara mereka?

 ***

 Rumah Sakit Nusa Medika tak pernah sepi, bahkan pada sore hari saat matahari mulai meredup. Anisa berjalan cepat menyusuri lorong-lorong rumah sakit dengan raut wajah yang gelisah. Dia telah terbiasa dengan tekanan pekerjaannya, tapi hari ini ada sesuatu yang berbeda. Rasanya seolah-olah ada sesuatu yang menunggu untuk meledak kapan saja. Anisa menoleh sesekali ke belakang, seolah memastikan bahwa tidak ada yang mengikutinya.

 Ketika dia mencapai ruang perawatan 205, langkahnya terhenti. Di dalam ruangan itu, terbaringlah seseorang yang tak pernah ia sangka akan ia temui di tempat ini—Farhan. Wajahnya sedikit pucat, tapi senyumnya masih sama seperti dulu. Senyum yang selalu bisa menenangkannya di masa kecil.

 Anisa melangkah masuk, jantungnya berdegup kencang.

 "Farhan? Kamu?" Anisa hampir tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya.

Lihat selengkapnya