Suara detik jam dinding terdengar jelas di ruangan yang sunyi itu. Hanya ada satu sumber cahaya yang memancar dari layar laptop di depan sosok misterius. Ruangan itu kecil, hampir tak terawat, dengan dinding berwarna kusam dan barang-barang berserakan di mana-mana. Tumpukan kertas, cangkir kopi kosong, dan botol air mineral yang sudah mulai menguning mengisi sudut-sudut ruangan. Tapi tak ada yang peduli. Hanya ada satu fokus malam ini—laptop yang menyala terang di meja kecil di tengah ruangan.
Sosok di balik akun @HiddenEyes duduk di kursi kayu yang sudah mulai lapuk, kedua tangannya gemetar menahan amarah. Di layar laptopnya, video YouTube terbaru dari Umay masih berputar. Video itu menampilkan dua sosok yang sudah tak asing lagi: dokter Adit dan dokter Surya, dua petinggi di Dokter Nusa Medika.
“Klarifikasi?” gumam sosok itu dengan suara serak. "Omong kosong."
Sosok itu menekan tombol pause pada video, membekukan gambar dokter Adit yang sedang berbicara dengan penuh percaya diri. Rahang sosok ini mengeras, matanya menatap penuh kebencian ke arah layar.
"Semua yang mereka katakan tidak ada yang benar," bisiknya marah, lalu mengepalkan tangan hingga buku-buku jarinya memutih. "Mereka pikir bisa memperdaya semua orang dengan kata-kata manis? Tidak. Aku tidak akan biarkan mereka lolos begitu saja."
Sosok itu memutar kursi sedikit, membelakangi layar laptop, mencoba mengatur napasnya yang mulai berat. Ini bukan pertama kali dia merasa marah melihat konten seperti ini, tapi kali ini berbeda. Klarifikasi yang dibuat oleh dokter Adit dan Surya adalah pukulan keras bagi misinya. Mereka mencoba meredakan suasana, mencoba mengubur kebenaran yang sudah ia ungkapkan.
"Kalau mereka tahu betapa banyak yang sudah kulakukan untuk sampai sejauh ini..."
Sosok itu kembali menatap layar laptop. Video klarifikasi itu memang diatur dengan sempurna—dokter Adit dan Surya berbicara dengan nada tenang, seolah-olah mereka adalah korban dari tuduhan yang tak berdasar. Mereka memutarbalikkan fakta. Dan yang lebih parah, video ini sudah dilihat oleh ribuan orang dalam hitungan jam.
“Bukan hanya mereka,” gumam sosok itu lagi. “Umay juga ikut campur tangan.”
Dia membuka tab baru di browser dan mencari video lain dari Umay. Kali ini, video percakapan rahasia antara Anisa dan Umay muncul di layar. Percakapan yang Anisa sendiri tak pernah tahu direkam. Umay mengunggahnya tanpa pikir panjang, dan kini percakapan itu menjadi konsumsi publik.
"Keterlaluan!" Sosok itu menekan tombol pause lagi, kali ini lebih keras. Suara derit kursi kayu terdengar saat ia bangkit berdiri, memandang layar dengan tatapan tajam. "Ini privasi! Anisa tak pernah menginginkan ini!"
Sosok itu mengambil napas panjang, berusaha mengendalikan diri. Tapi pikirannya terus dipenuhi oleh bayangan Anisa, seorang wanita muda yang sudah menjadi korban dalam semua kekacauan ini. Anisa yang rapuh, yang hanya ingin berbagi masalahnya dengan seseorang, kini harus menanggung beban lebih besar karena Umay memutuskan untuk mengungkapkannya ke publik.
"Aku harus bertindak," gumamnya. "Aku harus meluruskan semuanya."