Kabar penangkapan Umay terus mendominasi media, dengan berita-berita yang tak henti-hentinya membahas keterlibatannya dalam penyebaran rekaman-curahan hati Anisa. Umay kini menjadi sorotan utama, sementara kasus yang lebih dalam terus terkubur di balik headline yang sensasional. Di tengah-tengah kekacauan ini, Nadia dan Farhan tahu bahwa langkah mereka selanjutnya harus cermat. Mereka tak bisa membiarkan kasus ini berhenti pada penangkapan Umay saja.
Pagi itu, Farhan duduk di ruang tamu rumah kos Nadia. Di hadapannya, lembaran-lembaran diary Anisa berserakan di meja. Sudah beberapa hari sejak mereka terakhir kali tidur dengan nyenyak, karena pikiran mereka terus berkutat pada tulisan-tulisan yang penuh teka-teki.
“Nadia, coba lihat ini,” panggil Farhan, matanya masih fokus pada salah satu halaman.
Nadia, yang sedang menyesap kopi, mendekati meja dan menatap Farhan dengan penuh penasaran. “Apa yang kamu temukan?”
“Awalnya aku tidak sadar, tapi semakin lama aku baca, ada sesuatu yang aneh di setiap cerita Anisa,” jelas Farhan sambil menunjuk beberapa baris di halaman diary tersebut.
Farhan mengangguk. “Ya, sepertinya dia sedang mencoba memberi tahu kita sesuatu melalui tulisan-tulisannya. Jika kita bisa menemukan pola dari kata-kata ini, mungkin kita bisa mendapatkan petunjuk lebih lanjut.”
Nadia menatap halaman-halaman diary tersebut, berpikir keras. “Mungkin Anisa tidak hanya menceritakan pengalamannya, tapi juga menyembunyikan informasi penting di antara kata-katanya.”
Farhan tersenyum tipis. “Itulah yang aku pikirkan. Kalau kita bisa menghubungkan semua ini, kita mungkin bisa mengungkap sesuatu yang lebih besar.”
Sambil terus membaca halaman demi halaman, Nadia mulai menyadari betapa dalamnya keterlibatan Anisa dalam kejadian-kejadian di rumah sakit Nusa Medika. Dia bukan sekadar korban dari sistem yang rusak, tapi juga seorang saksi yang menyimpan rahasia gelap rumah sakit itu.
“Farhan, aku rasa kita sudah terlalu lama menganggap Anisa sebagai korban biasa,” kata Nadia dengan nada serius. “Dia tahu lebih banyak dari yang kita duga. Anisa mungkin tahu sesuatu yang sangat besar tentang rumah sakit itu.”
Farhan menatapnya dengan ekspresi penuh perhatian. “Maksudmu, dia tidak hanya menjadi korban?”
Nadia mengangguk. “Ya, dia mungkin menyimpan rahasia tentang apa yang sebenarnya terjadi di sana. Dan sekarang, kita satu-satunya yang bisa mengungkapnya.”
Farhan menarik napas dalam-dalam. “Kalau benar begitu, kita harus bergerak lebih cepat. Sebelum ada orang lain yang menutupinya.”
Farhan melanjutkan membaca, matanya menyisir setiap kata dengan hati-hati. Di salah satu halaman, dia menemukan deskripsi yang lebih rinci tentang sebuah tempat di rumah sakit Nusa Medika.
“Nadia, lihat ini,” kata Farhan, menunjuk pada tulisan Anisa. “Dia menyebutkan sebuah ruangan di rumah sakit. ‘Lantai empat, ruangan itu hampir tidak pernah digunakan. Hanya sedikit orang yang tahu tentang keberadaannya. Di sana, mereka menyimpan catatan-catatan penting.’”
Nadia membaca baris tersebut dengan hati-hati, perasaannya bercampur antara penasaran dan cemas. “Jadi ini bukan hanya tentang catatan medis Anisa. Ada sesuatu yang lebih besar yang mereka sembunyikan di rumah sakit.”