Kos-kosan Nadia malam itu begitu sunyi. Hanya suara ketukan jemari Farhan yang terus-menerus menari di atas keyboard laptopnya, mengisi keheningan di antara mereka. Di atas meja, beberapa berkas digital dari rumah sakit Nusa Media terbuka. Sorot lampu dari layar laptop itu memantulkan kecemasan yang tak pernah surut dari wajah Farhan.
Nadia, yang duduk di samping Farhan, menatap secangkir kopi di tangannya dengan kosong. Sesekali, ia melirik diary Anisa yang terbuka di atas meja. Mata Nadia tertuju pada beberapa halaman yang penuh dengan coretan tulisan tangan Anisa. Segala yang terjadi terasa makin rumit, dan semakin banyak pertanyaan yang belum terjawab.
“Ada yang aneh dengan data ini,” Farhan membuka suara, memecah keheningan. Jemarinya berhenti mengetik, sementara ia menatap layar dengan serius.
Nadia mengangkat kepalanya. “Apa maksudmu?” tanyanya.
“Data pasien yang kita temukan di ruang mayat,” Farhan menggeser layar laptop, memperlihatkan beberapa daftar nama. “Nama-nama mereka tidak ada di sistem rumah sakit. Seolah-olah mereka tidak pernah menjadi pasien di sana.”
Nadia mendekat, mengintip ke layar laptop Farhan. “Tidak mungkin. Semua pasien pasti tercatat, kan?”
“Harusnya begitu. Tapi nama-nama ini hilang. Aku yakin ada yang sengaja menghapus jejak mereka,” jawab Farhan sambil menghela napas.
Nadia mengerutkan dahi. “Jadi, ada seseorang di rumah sakit yang mencoba menutupi sesuatu?”
“Lebih dari itu,” sahut Farhan. “Mungkin mereka menutupi keberadaan Fitri. Dia bisa jadi kunci semua ini.”
Nadia kemudian meraih diary Anisa. Dengan perlahan, ia membolak-balik halaman, mencari sesuatu yang mungkin terlewat. “Anisa pasti meninggalkan lebih banyak petunjuk di sini. Dia tahu terlalu banyak tentang yang terjadi di rumah sakit.”
Farhan menatap Nadia. “Apa kamu ingat ada bagian yang menyebut tentang Fitri secara spesifik?”
Nadia mengangguk pelan, lalu menunjuk salah satu halaman. “Di sini, Anisa menulis tentang seseorang yang bernama Fitri. Dia bilang, ‘Fitri tahu lebih banyak daripada yang terlihat.’ Anisa yakin bahwa Fitri menyimpan kunci dari semua rahasia ini.”
Farhan termenung sejenak, merenungkan kata-kata itu. “Jika Anisa benar, maka keberadaan Fitri memang sangat penting. Kita harus menemukannya sebelum Dr. Aditya atau orang lain berhasil menyembunyikannya selamanya.”
Nadia mengangguk setuju. “Tapi bagaimana kita bisa menemukannya? Semua data tentang dia sepertinya hilang, dan kita juga tidak tahu di mana dia sekarang.”
Farhan berpikir sejenak. “Mungkin kita harus mencoba cara lain. Mungkin Anisa meninggalkan lebih banyak petunjuk di diary ini yang belum kita sadari.”
Setelah beberapa saat hening, Farhan melanjutkan pekerjaannya di laptop. “Tunggu...,” ujarnya tiba-tiba, nada suaranya mengisyaratkan bahwa ia menemukan sesuatu yang penting.
“Ada apa?” tanya Nadia dengan cepat, mendekatkan diri lebih dekat ke layar laptop.