Diary Kelabu Dokter Muda

Jiebon Swadjiwa
Chapter #39

Bab 39: Bom Atom

Kegemparan dunia maya beberapa hari terakhir ini membuat Nadia terjaga lebih lama dari biasanya. Di layar laptopnya, berita tentang tertangkapnya David, sosok yang diduga kuat berada di balik akun misterius @HiddenEyes, terus menghiasi linimasa. Tapi, alih-alih membuat segalanya jelas, berita itu malah memicu lebih banyak pertanyaan di benak Nadia.

Duduk di meja makan rumah kosnya yang kecil, Nadia mengerutkan kening sambil menggeser-geser trackpad laptopnya. Pikiran dan perasaannya bercampur aduk—antara penasaran dan bingung. Nadia membuka kembali artikel-artikel berita yang ia baca sebelumnya.

“David…,” gumamnya pelan, nyaris tak terdengar di ruang yang sunyi. "Bagaimana mungkin kamu terlibat dalam semua ini? Atau... mungkin kamu hanya korban?” 

Ia menutup laptopnya perlahan, melepaskan napas panjang. "Semua ini terlalu cepat, terlalu tiba-tiba." Nadia merasa ada yang salah, sesuatu yang tidak sesuai dengan narasi yang disajikan oleh media.

Saat pikiran itu melayang, ponselnya tiba-tiba berbunyi, menandakan sebuah pesan masuk. Nadia meraih ponsel dan melihat nama Farhan tertera di layar.

"Nadia, lihat berita terbaru soal @HiddenEyes. Mereka baru saja unggah sesuatu yang bikin heboh lagi."

Jari-jari Nadia dengan cepat mengetik balasan. "Apa kali ini?"

Tak lama, pesan dari Farhan masuk lagi. "Rekaman suara Anisa."

"Anisa?" Seketika jantung Nadia berdegup kencang. Tangan gemetar saat ia mencoba membuka aplikasi media sosialnya. Begitu ia melihat unggahan terbaru dari akun @HiddenEyes, napasnya tertahan.

***

Di Kantor Berita Tempat Farhan Bekerja

Sementara itu, di kantor berita tempat Farhan bekerja, suasana tampak kacau. Karyawan redaksi sibuk memantau perkembangan media sosial. Di setiap sudut ruang redaksi, suara bising mengetik cepat di keyboard komputer dan obrolan cepat para jurnalis terdengar jelas. Semua berusaha menyerap sebanyak mungkin informasi mengenai unggahan baru dari @HiddenEyes.

Farhan duduk di mejanya, dikelilingi oleh layar komputer yang menampilkan berbagai berita, tweet, dan komentar dari ribuan netizen yang mengikuti perkembangan kasus @HiddenEyes. Tagar #HiddenEyes kembali merajai trending topic di media sosial.

"Lihat ini," seru seorang rekan kerja Farhan sambil menunjuk layar komputernya. "Mereka baru saja merilis rekaman suara yang katanya milik Anisa."

Farhan segera menggeser kursinya lebih dekat, memperhatikan layar dengan seksama. Di sana, unggahan terbaru akun @HiddenEyes memperlihatkan sebuah file audio dengan keterangan:

"Suara terakhir Anisa sebelum semuanya berubah."

Farhan mengklik tautan tersebut. Detik berikutnya, suara lembut namun tegas dari Anisa terdengar melalui speaker komputer.

"Aku tahu apa yang mereka lakukan. Mereka mencoba membungkamku, tapi aku tidak akan diam. Jika kalian mendengar rekaman ini, berarti aku sudah tidak ada lagi. Tapi ingat, kebenaran akan selalu menemukan jalannya. Jangan percaya pada apa yang kalian lihat di permukaan, ada orang-orang yang lebih besar di balik semua ini."

Farhan menatap layar, terdiam beberapa saat setelah rekaman itu selesai. "Gila," gumamnya.

Rekan kerjanya, Rani, yang duduk di sebelahnya ikut mendengarkan dengan penuh rasa ingin tahu. "Ini jelas akan memicu lebih banyak spekulasi," katanya sambil memijat pelipisnya. "Netizen pasti makin menggila. Rekaman ini... seperti bensin yang disiram ke api."

Farhan mengangguk. "Tapi bagaimana bisa rekaman ini muncul sekarang, setelah David ditangkap? Dan siapa yang memegang rekaman suara Anisa?" pertanyaan itu lebih diarahkan kepada dirinya sendiri daripada kepada Rani.

"Kau benar," Rani menyela. "Jika David sudah tertangkap, bagaimana akun ini masih aktif? Siapa yang menjalankan @HiddenEyes sekarang?"

Farhan menggigit bibirnya, lalu menarik napas panjang. "Kita harus cari tahu lebih banyak. Aku harus berbicara dengan Nadia. Kami mungkin menemukan sesuatu yang media lain belum tahu."

***

Nadia di kamar kos-nya

Lihat selengkapnya