Sebuah mobil pajero sport hitam menyambut Keira dan Randy, dari dalam mobil keluar seorang pria yang tak kalah tampan dari Randy hanya saja ia bertubuh lebih pendek.
Pria itu menatap curiga pada Randy, melihat ada seorang gadis muda yang berjalan mengikutinya. Keira hanya diam karena merasa risih di perhatikan seperti itu.
"Ren, dapat anak dari mana lo?"
Randy terkekeh dengan tebakan pria tersebut, pria berparas tampan bak dewa Yunani tersebut dalam gambaran Keira tentunya, bergeleng kecil.
Gadis itu merengut kesal, anak? Yang benar saja, Keira bahkan sudah berusia hampir dua puluh dua tahun hanya saja tubuhnya memang kecil, sama seperti ibunya. Berbeda dengan kakaknya yang jauh lebih tinggi dan berlekuk tubuh ideal.
Dalam kamus Keira, ia bertubuh kecil juga sudah termasuk ideal. Beratnya tidak over, dan tidak terdiri dari tulang dan kulit saja sudah sempurna menurutnya.
"Namanya Keira, nggak sengaja ketemu di dalam tadi. Jadi gue ajakin bareng, nggak apa-apa kan?"
"Nggak masalah sih, kirain nyulik lo."
Keira menatap pria yang sempat ia puji tampan tersebut dengan datar, sepertinya Keira harus menarik dalam-dalam kata tampan darinya. Enak saja, gadis secantik dia di kira anak kecil.
"Adek pulang ke mana?"
"Kota Baru, Mas!"
Keira sudah pasrah, mau di bilang anak-anak ya terserah. Yang ia butuhkan sekarang adalah tidur, setidaknya dapat sampai dengan cepat ke rumah kakaknya.
Randy membantu Keira mengangkat koper kecilnya, membawanya ke bagasi. Tak lupa, Randy juga membukakan pintu untuknya. Bukankah ia tipe pria romantis seperti dalam drakor? Keira mulai membayangkan lagi jika saja Bara sama romantis nya seperti Randy namun, sayang Bara adalah pria lembut yang tidak tahu caranya memperlakukan wanitanya dengan romantis.
"Ke Jogja mau liburan, Dek? Atau sekolah?" Tanya pria yang Keira baru tahu namanya adalah Fino, sepupu dari Randy.
Keira mendengus kesal, Randy mungkin dapat mendengarnya karena tiba-tiba saja pria itu menoleh kebelakang dan tanpa sengaja bersitatap dengan kedua mata bulat Keira.
"Kerja, Mas!"
"Wah, kecil-kecil udah kerja? Saya kira kamu masih SMA lho."
Randy terkekeh kecil, sejak dari Bandara pria itu banyak diam. Mungkin lelah sama seperti Keira, yang ingin sekali terlelap tetapi, suara pertanyaan-pertanyaan dari Fino membuat Keira tidak bisa terlelap meskipun hanya setengah jam.
Perjalanan dari Bandara Kulonprogo ke Kota Baru memakan waktu dua jam lebih menggunakan sepeda motor, mungkin ia akan sampai di rumah kakaknya ketika azan dhuhur berkumandang. Melihat jalanan kota Yogyakarta yang mulai padat pengguna.
"Saya sudah kuliah, Mas! Tahun terakhir."
Giliran Randy yang kini tak bisa menahan tawanya, ia menoleh kembali ke belakang. Memastikan wajah Keira tidak masam seperti tadi, namun yang ia temukan adalah Keira terlelap. Mungkin, gadis itu terlalu lelah setelah memprotes tebakan Fino sudah tertidur. Atau hanya berpura-pura saja?
"Ran, ada undangan seminar lagi?" Tanya Fino ketika mengetahui Keira telah terlelap.
Randy hanya berdeham kecil, sudah pasti ketika ia harus meninggalkan kehidupan Jakarta itu artinya tentang pekerjaan. Jika bukan undangan seminar, palingan undangan untuk operasi bedah.
Kedua orangtuanya asli orang Yogyakarta, tinggal di kawasan gang belakang Malioboro. Tidak ada yang spesial ketika ia harus kembali ke Yogyakarta karena pekerjaan, selain ia memiliki kesempatan bertemu dengan pasangan paruh baya yang telah membuatnya menjadi seorang dokter muda.