Diary Kelabu

BiruBiru
Chapter #3

#3 Namanya Randy

Seperti yang dikatakan Keira siang tadi, gadis itu kini telah duduk di sebuah cafe bernuansa islami dilihat dari manapun kedua manik gelap Keira hanya menangkap lukisan-lukisan besar pria bersorban. Atau mungkin yang punya adalah keturunan arab yang sengaja mengenalkan kopi dari daerah asalnya? Keira sepertinya tidak memiliki waktu untuk memikirkannya karena dua pria tampan baru saja menghampirinya.


Kedua maniknya terbelalak melihat siapa pria yang datang bersama dengan Alfa, benar dalam pertemuan pertama dengan calon franchise bisnisnya Keira akan di damping oleh kakaknya. Selain, syarat yang diajukan oleh ayahnya juga yang ingin bekerja sama dengannya adalah kenalan Alfa.


"Keira?" Gadis itu berkedip-kedip pertanda jika keterkejutannya harus diakhiri, dan pikirannya yang melayang entah kemana tersebut harus segera kembali.


"Mas Randy?"


Senyuman tipis langsung terpatri di bibir tebal pria tampan yang sejak tadi pagi terus mengganggu pikirannya, apalagi otaknya mulai membanding-bandingkan kedua pria tampan dalam hidupnya.


"Kalian udah saling kenal?"


"Udah lah, Mas Randy ini yang anterin Kei ke rumah Mas! Baik banget orangnya nggak kayak kakak, tega banget nggak jemput adeknya!"


Randy terkekeh geli melihat gadis bertubuh kecil didepannya yang mengomel, apalagi ekspresi wajahnya yang begitu lucu. Dapat dipastikan ia bisa betah bekerjasama dengannya.


Keira melirik sebal kearah Alfa yang tengah menggaruk tengkuknya canggung, pertemuan bisnis yang tadinya akan bersifat formal justru terlihat seperti ajang mempermalukan Alfa oleh Keira.


Gadis berdarah Jawa yang tinggal di Ibu Kota tersebut mulai membahas tentang bisnis Coffee shop kebanggaannya dengan Randy, malaikat penolongnya yang ternyata adalah orang yang akan menjadi kolega bisnisnya. Pria tampan yang sejak tadi pagi menjadi objek pengganggu pikirannya.


"Rencananya saya mau buka di dekat kampus UGM, sementara kita kenalkan dulu Coffee shop ini dengan para mahasiswa. Dengan harga yang lebih ramah di kantong pelajar, saya yakin opening nya pasti ramai."


Keira mengangguk setuju, karena ia memang berencana untuk mengenalkan bisnisnya kepada para mahasiswa seperti dirinya. Selain dapat didapatkan dengan harga yang ramah di kantong, juga mendapatkan rasa yang berkelas. Itulah prinsip bisnis Keira, gadis yang masih berstatus mahasiswi tersebut.


"Desain Coffee shop nya nanti kalau bisa, yang identik dengan mahasiswa atau pelajar saja. Bagaimana Mas, biasanya kan mereka mencari tempat yang nyaman untuk mengerjakan tugas."


"Bagus, besok kita coba konsepnya."


Lagi dan lagi Keira merasa sangat cocok bekerja dengan Randy, pria yang Keira tidak tahu seluk-beluknya tersebut bahkan memiliki ide yang sejak lama Keira impikan. Randy seperti seorang penolong yang akan membantunya mewujudkan semua impian yang telah ia tulis dalam hatinya.


Alfa sudah berpamitan beberapa menit yang lalu, Elsa merajuk ingin pergi ke pasar malam. Membuat ayah satu anak tersebut segera meninggalkan Keira dengan Randy, setidaknya Alfa merasa bahwa adik bungsunya aman bersama dengan Randy dan pria itu tidak lagi menjadi objek yang dipermalukan didepan kolega bisnisnya.


Keira menutup notebook kecil berwarna biru muda yang berisikan catatan bisnisnya, lalu melirik ponselnya yang sejak siang tadi tidak mendapatkan notif dari calon suaminya. Gadis itu tampak kecewa, Bara sepertinya begitu sibuk hingga lupa untuk memberikan kabar untuknya. Setidaknya, cukup berikan balasan dari semua pesan yang ia kirim.


"Kamu tinggal di Jakarta?"


Randy membuyarkan lamunan Keira tentang calon suaminya, gadis itu mengangguk mantap. Senyumannya terlihat begitu manis, meskipun pikirannya tengah kalut.


"Saya dengar dari Pak Alfa, kamu akan segera menikah? Makanya ingin cepat-cepat bisnis di Yogyakarta ini berkembang."


Lihat selengkapnya