Aku sudah tidak tahan lagi dan memilih kembali kerumah untuk membicarakan masalah ini pada Susi, aku benar-benar tak habis pikir akan sikap Susi kepada Qian yang sangat tidak mencerminkan sosok ibu bagi putraku sendiri padahal alasanku menikahinya supaya Qian bisa merasakan kasih sayang seorang ibu semenjak sepeninggalan ibunya.
Akan tetapi amarahku malah semakin besar saat melihat istriku malah asyik makan malam bersama anaknya tanpa kepikiran untuk menjenguk Qian dirumah sakit, Dengan langkah yang tak tenang aku menghampiri mereka dan memukul meja makan sampai kaca yang melapisi meja itu sedikit remuk.
"Kenapa kau tak menjenguk anakku?" Tanyaku.
"Aku sudah menjenguknya beberapa bulan yang lalu bersamamu, terus masalahnya dimana? Kau tahu kalau aku ini guru yang sangat sibuk jadi jangan menambah beban pikiranku"
"Dia juga anakmu, harusnya kau jangan pilih kasih seperti ini "
"Dengar ya ! Aku bukannya pilih kasih tapi anakmu aja yang gak bisa menerima aku sebagai ibunya dan ia juga membenci anakku lagian malu aku punya anak yang gak bisa lulus diuniversitas sama sekali"
"Kau menghina anakku?" Aku mulai geram dan melemparkan semua makanan yang ada dimeja.
"Kau lihatlah aku ini guru berprestasi dan ibu yang serba bisa harusnya anakmu bersyukur punya ibu kayak aku "
"Aishh, aku benar-benar salah menikahi wanita sepertimu"
"Apa maksudmu? Harusnya aku yang menyesal menikahi lelaki keras kepala yang punya anak kuper, hancur hidupku karena kalian!!"
"Kau salah besar, justru hidupmu hancur karena ulahmu yang gak bisa mendidik anak yang benar makanya kau jadi azas manfaat bagi anak kandungmu sendiri "
"Jaga ucapanmu!!! Seenaknya kau bilang aku jadi azas manfaat!!" Ia melemparkan piring tepat kearah kepalaku sampai meneteskan darah, aku langsung menolaknya jatuh kelantai.
"Harusnya kau sadar kalau anak kandungmu lebih menyukai ibu tirinya daripada ibu kandungnya, anakmu cuman datang padamu kalau hidupmu lagi senang aja dan harusnya suruh suami pertamamu membiayai anaknya bukannya aku yang harus membiayai anak-anakmu sedangkan kau membuat anakku menderita" ucapku yang telah kehilangan kesabaran dan rasanya memuakkan melihat wajah putrinya yang memiliki sifat mirip seperti ibunya ini.
"kalian memang keluarga yang mengerikan dan kupikir mulai saat ini kita hidup saling tidak kenal saja sampai putraku pulih dan memaafkan kalian atau kalian bisa pergi dari rumah ini" ucapku sembari memperbaiki kemejaku.
"Wajar saja anakku membencimu, bahkan seluruh anak didunia ini akan benci memiliki ibu sepertimu" ketusku kesal lalu beranjak pergi menuju kamar Qian.
Didalam kamarnya, aku merebahkan diri sejenak diatas ranjang milik anakku sembari menatap langit-langit atap yang dilapisi wallpaper awan.