Bab 1 - Bangun
Di rumah Nuh Atmaja, saat itu baru pukul 05.00 pagi, tapi rumah nya sudah terang benderang.
Suara pisau dan spatula yang membentur wajan terus menerus terdengar dari dapur.
Rajeng Ayu sedang memasak dengan gembira saat ini.
Hari ini adalah hari pertama putra nya di sekolah menengah atas, dan karena hari ini sekolah mengadakan Kegiatan Pengenalan Lingkungan Sekolah, mereka mengharuskan siswa baru nya untuk datang lebih awal.
Dia sudah bangun pagi-pagi sekali untuk menyiapkan semua kebutuhan putra nya.
Mulai dari sarapan, makan siang yang akan di bawa putra nya, dan menyetrika pakaian yang harus di kenakan oleh putranya.
Sekolah memiliki beberapa peraturan untuk hari ini, siswa baru tidak hanya harus datang pagi, tapi juga memakai pakaian khusus yang harus di beli sendiri.
Yaitu pakaian putih polos, baik celana olahraga dan kaos.
Selain itu mereka juga ingin para siswa baru untuk membuat kerajinan tangan dari koran atau kertas kardus dan menulis dengan huruf besar di atas nya, nama kelompok mereka ketika mengikuti Kegiatan Pengenalan Lingkungan Sekolah.
Kemudian gantung dengan tali di leher mereka.
Sejujurnya Rajeng Ayu sangat bingung dengan operasi semacam ini, karena ketika dia sekolah dulu mereka tidak pernah melakukan hal semacam ini.
Untunglah setelah bertanya pada bibi Nuh Atmaja, yang memiliki anak yang sudah lulus SMA lebih dulu, dia menjelaskan kepadanya.
Sambil memikirkan hal itu, Rajeng Ayu mengambil piring dan meniriskan hidangan di kuali yang sudah selesai dia masak.
Lalu, melanjutkan ke hidangan selanjutnya.
Dia harus membuat banyak masakan enak dan bergizi untuk putra nya, Nuh Atmaja, supaya dia bersemangat ketika pergi dan makan siang.
Terutama itu harus makanan yang bergizi.
Setelah itu, Rajeng Ayu terus memasak, setelah semua hidangan di masak, itu sudah lebih dari setengan jam.
Melihat waktu sudah menunjukkan pukul 05.45, dia melihat air di bathub yang sudah di panaskan.
Hari ini cukup dingin, jadi dia menghangatkan air untuk putranya.
Kemudian dia pergi ke kamar putranya dan membuka pintu.
Melihat putra nya yang masih mendengkur dengan nyaman di bawah selimut, dia tiba-tiba merasa sedikit marah.
“Maja, bangun! Berapa kali sudah kukatakan padamu tadi malam, jangan tidur terlalu malam, kamu harus bangun lebih awal hari ini!”
Rajeng Ayu menarik selimut yang menutupi putranya begitu saja.
Melihat putranya yang masih belum bangun, dan malah mencari-cari selimut dengan tangan nya, dia menjadi semakin marah.