Bab 5 - Tawaran masuk Osis yang tiba-tiba
“Hei, aku sudah menemukan kelompok ku, itu dia gajah. Aku akan pergi duluan, sepertinya mereka menetukan barisan berdasarkan nama kelompok masing-masing, cari saja barisan dengan nama kelompok mu.”
Kata Rindo sambil tersenyum.
Kemudian dia menepuk bahu Nuh Atmaja dan masuk ke barisan nya.
“Kamu?! Kelompok gajah lainnya! Berapa lama kamu ingin terlambat? Seharusnya kamu tidak datang sekalian!”
Karena Rindo tinggi jadi ketika dia ingin menyelinap ke barisan, itu tetap terlihat oleh senior yang mengatur barisan kelompok gajah, dia mulai meneriaki nya.
“Itu benar senior, aku sebenarnya tidak berniat datang sejak awal, hanya saja ibuku memaksa ku dan memukuli ku untuk datang. Jadi apakah aku harus pulang saja?”
Rindo memasang wajah ramah dan tersenyum kepada senior tersebut.
Wajah yang tidak terlalu cocok untuk tubuh besar miliknya.
Tapi, melihat nya Nuh Atmaja tahu bahwa dia sepertinya sangat tidak senang dengan perilaku senior tersebut.
Lagipula, dia meneriaki Rindo dengan suara yang begitu keras, hampir seluruh siswa baru yang sedang berbaris, para guru dan senior lainnya mendengar teriakan nya.
Jika itu terjadi pada Nuh Atmaja itu benar-benar akan membuatnya malu.
“Huh, baiklah siapa yang peduli, itu terserah kalian akan memilih menjadi seperti apa. Letakkan tas mu di belakang barisan!…Kamu bahkan tidak mengerti untuk menyapa terlebih dulu ketika terlambat!”
Senior itu terlihat lemah, tipikal pria berkulit putih dan halus, terlihat seperti anak orang kaya yang dimanjakan, dia memiliki wajah yang tampan.
Jadi melihat penampilan Rindo, dia menciutkan nyali nya untuk terus mencari masalah.
Tapi bahkan setelah dia berjalan kembali ke depan barisan, dia masih tidak lupa mengomel.
Menggelengkan kepalanya, Nuh Atmaja tidak ingin mengurusi urusan orang lain.
Dia berjalan kesana kemari di belakang barisan dan dengan bingung mencari barisan kelompok burung.
Sekolah ini cukup besar, karena itu jumlah murid baru yang mendaftar disini melebihi 500 orang.
Melihat tumpukan orang berjumlah 500 orang, dengan pakaian serupa dan memiliki warna yang sama, membuat Nuh Atmaja pusing.
“Mencari kelompok mu?”
Ketika Nuh Atmaja kebingungan, seorang senior perempuan datang menyapanya.
Nuh Atmaja melihat senior perempuan tersebut, dia cukup pendek, penampilan nya cukup halus, mengenakan kacamata, dengan wajah sedikitbulat dan berbentuk oval tapi tidak gemuk.
Terlihat seperti kutu buku kecantikan.
“Halo?”
Sepertinya melihat Nuh Atmaja tidak menjawab dia kembali menyapa dan melambaikan tangan nya di depan wajah Nuh Atmaja.
“Ah! Itu benar, kelompok burung. Senior, kamu tahu barisan kelompok burung dimana?”