Bab 7 - Jangan berteriak padaku
Para guru kembali ke kantor dan kami siswa baru di biarkan istirahat di tempat bersama para senior yang sepertinya masih belum selesai dengan ceramah mereka.
“Jangan ada yang bubar terlebih dahulu. Kakak-kakak senior kalian akan membagikan nomor kelas kalian masing-masing yang akan kalian gunakan untuk sementara selama 7 hari ini. Setelah 7 hari selesai, kelas kalian akan di bagikan menurut jurusan yang kalian pilih. Sekarang, setiap perwakilan kelompok akan maju ke depan barisan.”
Senior pria yang terlihat sopan dan ramah naik ke panggung, yang sebelumnya di gunakan oleh kepala sekolah ketika berpidato.
Sepertinya itu adalah ketua osis.
Setelah kata-katanya, semua siswa baru mulai membuat keributan, mereka mulai mengoceh dan keadaan menjadi sangat berisik.
Ada yang mengatakan tidak mau, ada yang memaksa orang lain untuk maju, ada yang mulai mengobrol dengan teman baru mereka, saling menunjuk dan sebagainya.
Itu benar-benar sebuah keributan.
Di kelompok Nuh Atmaja, ada seorang pria kecil di barisan paling depan.
Tidak, ada dua pria kecil, salah satu dari mereka memiliki penampilan yang lucu dan polos, sedangkan yang lain terlihat licik.
Kedua pria kecil itu terlihat sedang cekcok.
Pria licik itu terus mendorong pria kecil yang berwajah lucu tersebut, sepertinya dia ingin menyuruhnya untuk maju ke depan.
Tapi, pria kecil lucu itu juga orang yang keras kepala.
Dia tidak mau, tapi melihat pria kecil yang memiliki wajah licik itu terus mengganggu nya, dia mulai mengepalkan tinjunya dengan wajah melotot, dan akan mengayunkan nya ke wajah pria licik itu kapan saja.
Tapi pria kecil yang licik itu tidak takut, dan malah memprovokasi dengan wajah sombong.
Ketika pria kecil yang lucu itu hampir kehabisan kesabaran, seorang wanita mengenakan kacamata berjalan ke depan.
Sepertinya dia sudah memutuskan untuk menjadi perwakilan.
“Wah, berani sekali!”
Aku tanpa sadar bergumam.
Lagipula, sangat jarang melihat siswa perempuan seberani itu mengambil inisiatif.
Tidak seperti menjawab soal di papan tulis, mengambil inisiatif untuk maju di saat seperti ini benar-benar membutuhkan keberanian yang kemurahan hati.
Lagipula, setiap orang mencoba untuk melemparkan masalah berkelanjutan itu kepada orang lain.
Sebagai perwakilan kelompok, sudah pasti dia akan terus tampil selama 7 hari ke depan.
Dengan orang tidak di kenal dan hanya sementara ini, mau mengambil tanggung jawab, benar-benar menunjukkan bakat seorang ketua kelas.
Baiklah, mungkin dia sudah pernah menjadi ketua kelas atau mungkin mantan anggota osis di sekolah menengah pertama nya.
“Diam!! Jangan berteriak! Jangan membuat keributan! Jangan mengeluarkan suara!! Yang masih ribut, aku akan memilih orang itu untuk maju ke depan sebagai perwakilan!”