Bab 14 - Putraku yang melakukannya
Tidak lama kemudian kami sampai di kelas tersebut.
Kelas kelompok semut berada di sebelah ruangan dengan tulisan ‘laboratorium’.
Tapi, ketika kami sudah hampir mencapai pintu nya tidak terdengar satu suarapun dari dalam kelas tersebut.
Hal itu membuat Nuh Atmaja dan ketiga orang itu merasa aneh.
“Ini kelas nya?’
Mahesa bergumam.
Lagipula, situasi kelas ini benar-benar membuat mereka berempat kesulitan.
Dengan kelas yang begitu tenang, masuk ke dalam benar-benar membuat tidak nyaman.
Bayangkan seluruh kelas sunyi dan tenang, kemudian kamu, orang tidak dikenal tiba-tiba mengetuk pintu dan masuk.
Itu pasti akan langsung menjadi pusat perhatian seluruh kelas, setiap pasang mata akan melihat kearah mereka.
Mereka berempat belum mempunyai mental yang begitu kuat untuk tiba-tiba mengalami hal itu.
“Siapa yang akan mengetuk pintu?”
Tidak ada yang menjawab.
Tiba-tiba mereka bertiga mengalihkan pandangan mereka ke arah Zila.
Melihat pamdangan itu, Nuh Atmaja tanpa sadar memikirkan sebuah kalimat ‘dimanapun itu, mereka yang bertubuh kecil selalu ditindas’.
Melihat semua orang melihat ke arahnya, Zila mundur tanpa sadar.
“Apa? Aku tidak akan melakukan nya. Tidak bahkan jika kalian memaksa aku!”
Dia langsung memberikan ultimatum, dan berkata dengan kepala terangkat tinggi.
Seolah mengatakan, apa yang bisa kamu lakukan? Jika aku tidak mau, tidak ada yang bisa melakukan apapun!
“Nak…”
“Jangan panggil aku ‘nak’, aku bukan anak mu!!!”
Mahesa mencoba berbicara tapi sebelum dia bahkan memulai dia disela oleh teriakan marah Zila.
“H-hei, jangan berteriak!”
Sihiya yang berada paling dekat dengan Zila langsung memeluk kepala Zila dan menutup mulut nya dengan tangan.
“Ehhm. Lepaskan!”
Zila mencoba melepaskan tangan Sihiya tapi dia sepertinya lebih lemah dari Sihiya.
“Baiklah, tapi kamu harus diam dan jangan berteriak.”