Bab 20 - Tirai cerita akhirnya mulai terangkat
“Pfft Hahaha.”
Di samping Nuh Atmaja, Sihiya tidak bisa menahan diri terkikik dan tertawa.
“Sihiya, apa yang kamu tertawakan?”
Teman perempuan di samping Sihiya bertanya padanya.
“Tidak ada! Omong-omong, bagaimana kamu akan pulang nanti? Kamu mengendarai sepeda motor atau di jemput orang tuamu?”
Sihiya tidak menjelaskan, dan dia pandai mengubah topik pembicaraan.
Kemudian kedua perempuan itu mengobrol dengan lancar tanpa memperdulikan apa yang sebelumnya di tertawakan oleh Sihiya.
“Semua nya sudah ada disini? Kalau begitu kita akan memulai absen sepulang sekolah! Setiap kelompok yang anggotanya tidak lengkap akan di beri sanksi!”
Dengan pengeras suara menjijikan itu, senior mulai kembali berbicara.
Absen di tengah hari panas dan di tengah lapangan seperti ini bahkan membuat itu lebih menjijikan.
Pikir Nuh Atmaja.
Dia bahkan tidak pernah mendengarkan sedikitpun dan mengobrol dengan Mahesa.
Sementara semua orang sedang berbaris di tengah matahari, sesuatu terjadi kelas Nuh Atmaja.
Seorang pria menarik kerah baju seseorang dan melemparkan pria itu ke dalam kelas kosong.
Brakk!!!
Terdengar suara keras ketika pria itu terlempar, dan membentur kursi serta meja di dalam kelas.
Membuat beberapa meja yang tadi nya tersusun rapi menjadi berantakan.
“Arghh!! Bajingan! Kusuma, apa yang sedang kamu lakukan?!”
Pria itu mengerang kesakitan ketika kepala dan tubuh nya menabrak meja dan tubuh nya terjatuh berguling-guling.
Kusuma tidak mendengar kata-kata pria itu dan menutup pintu dengan tenang lalu menguncinya.
Kemudian dia berbalik dan menatap pria bertubuh kurus tersebut dengan seringai kejam di wajahnya.
“Hah?! Sekarang kamu berani bertanya ke aku?! Gimana tadi pas kamu nunjuk aku di depan senior perempuan itu dan membuat aku malu?! Sekarang kamu akan tahu akibat dari berani ganggu aku! Berani banget kamu ikut campur urusan aku ya!”
Kusuma mengayunkan bahu dan lengan nya, dan meregangkan otot-otot nya seolah bersiap untuk melakukan sesuatu.
Melihat Kusuma, yang memiliki tubuh besar dan terlihat kuat itu, pria bertubuh kurus itu merasa ketakutan sehingga wajah nya menjadi pucat seperti kertas.
Bibirnya kehilangan semua darahnya, seluruh tubuhnya terasa dingin memikirkan apa yang akan terjadi pada nya sebentar lagi.
Sebelum pria itu sempat berdiri Kusuma sudah menghampiri nya, dan mengayunkan tinju besar nya di wajah pria itu.