Bab 24 - Keluarga Zila dan Kesehariannya
Mahesa sampai ke rumah, setelah membayar uang kepada pengemudi sepeda motor, dia pergi ke rumah nya. Setelah menyapa penjaga gerbang. Dia berjalan menuju menaiki jalan menanjak menuju rumah nya dari gerbang luar.
Rumah Nuh Atmaja berada di dataran tinggi, ini seperti daerah pegunungan tapi tidak gunung sama sekali disini. Hanya daerah dataran tinggi penuh dengan hutan rimbun dan asli. Di sini banyak orang-orang yang membangun rumah mereka, tapi setiap rumah memiliki jarak yang cukup jauh.
Nuh Atmaja membuka gerbang rumah nya dan berjalan di halaman. Melihat tidak ada mobil milik ibunya di garasi luar, dia tahu ibunya belum kembali dan masih di perusahaan. Nuh Atmaja tidak terlalu peduli, dia mengeluarkan kunci dan masuk ke dalam rumah nya.
Menyalakan beberapa lampu, kemudian dia pergi ke kamar nya meletakkan tas dan mengganti pakaian nya. Dia pergi ke lemari es dan mengambil makanan yang sudah di masak oleh ibunya dan didinginkan.
Setelah makan siang, dia mengambil sepiring kue kering dan secangkir es buah. Kemudian dia pergi bawah pohon dan duduk di sana membaca novel dengan ponsel nya.
…
Zila sedang berdiri di gerbang belakang sekolah saat ini dengan linglung. Dia melihat ke kiri dan kekanan dengan cemas. Saat ini Zila sedang menunggu orang tuanya datang menjemput.
Tapi karena hari ini adalah hari pertama sekolah, orang tua nya tidak tahu jadwal nya. Karena itu dia sudah berdiri di sini sejak tadi dan belum melihat tanda-tanda orang tuanya akan datang.
Hari ini sangat panas, melihat ke arah gerobak di kejauhan, disana juga terlihat ada sebuah pondok kecil di pinggir jalan. Zila memutuskan untuk menunggu di sana, dan melihat apa yang sedang di jual oleh penjual itu. Berjalan ke sana di bawah terik matahari, dia bisa melihat di jalan aspal sesuatu yang menyerupai uap.
Menutupi kepala nya, Zila sampai di pondok kecil itu.
“Paman, apa yang kamu jual?”
Zila bertanya kepada penjual itu.
“Gorengan, ada pemek ikan, tempe goreng, Es Kembang Tahu, Susu Kedelai. Sudah.”
Paman penjual itu tidak menoleh ke arah Zila dan fokus menggoreng sambil menjawab pertanyaan Zila.
“Berapaan itu paman?”
“Seribuan. Es kembang tahu 5000, Susu kedelai 2000 an.”
Zila memikirkan nya, itu tidak mahal, melihat ukuran gorengan yang dia jual, belum lagi Zila mencium aroma nya, itu terlihat sangat enak.
“Paman, berikan aku 5 tempe goreng, dan satu susu kedelai.”
Zila mengatakan itu sambil meletakkan uang di gerobak jualan itu.
Paman itu mengambilkan tempe goreng dan memasukkan nya ke dalam kantong plastik, kemudian dia membungkus saus di dalam plastik kecil, mengambil susu kedelai di dalam ember putih di bagian bawah gerobak.
Di dalam nya Zila melihat ada banyak bungkusan susu kedelai dalam plastik, di dalam ember juga terdapat sangat banyak es batu besar, sepertinya paman itu menggunakan es batu itu untuk mendinginkan susu kedelai.
Setelah mendapatkan semua itu, Zila ingin duduk di pondok kecil itu, tapi dia melihat dari kejauhan ada sebuah sepeda motor berwarna merah melaju kesini.
Dari kejauhan Zila sudah bisa mengenali itu adalah motor milik ayah nya. Dia mengurungkan niat nya untuk duduk, dan pergi ke pinggir jalan untuk menghentikan ayah nya. Sepertinya ayah nya juga melihat Zila dari kejauhan, dia melambat dan berhenti di depan Zila.
“Sudah pulang? Kok sangat cepat?”