Diary Ta'aruf

Sastra Introvert
Chapter #15

Made by Noel

Senin yang berat untuk sepasang mata yang terus terjaga semalam suntuk. Duduk mengawasi kumpulan anak magang di antara proyek maket yang sedang mereka garap membuatku jadi semakin ingin tertidur. Mereka semua terlihat cerdas dan kreatif, sehingga seoalah keberadaanku sebagai 'pembimbing' tidak dibutuhkan di sini. Sudah lebih dari dua jam berlalu tapi kerjaanku hanya bolak-balik pantry untuk menambah kopi. Sesekali saja aku mendekat ke arah mereka untuk memastikan detail maket yang sedang dikerjakan. Tapi aku hanya mengangguk-angguk kecil menjaga wibawa. Aku tidak berkomentar apapun, karena apa yang mereka kejakan memang tidak bercela.

"Enak lu ya, mondar-mandir sambil ngabisin stock kopi di pantry!" Dery menyenggolku yang baru saja kembali duduk dan meneguk kopi. Dia datang bersama Malik, Pasha dan Jihan dengan muka masam yang memberiku firasat buruk tentang hasil meeting barusan.

"Gimana gimana gimana? Bau-baunya sih client decline nih..." Jihan hanya meresponku dengan nanar sayu yang dibarengi tarikan nafas. "Yaudahlah, kita rombak ide aja sesuai trend yang lagi berkembang. It's okay. Kita udah tahu resikonya dari awalkan guys kalau menciptakan trend baru itu emang gak gampang..."

"Desain kita di-acc kok Zoy..." Pasha menyela ucapanku.

"Sumpah?"

"Iya, tapi masalahnya doi minta kita revisi RAB biar on budget." Akhirnya Malik memuntahkan semua unek-unek yang tertahan selama sesi meeting tadi. Ia terus mengeluhkan sikap big boss yang terlalu tunduk pada koleganya. Malik menarik perhatian kami--termasuk anak-anak magang itu--dengan suaranya yang kian membesar. Terutama saat ia mulai memperagakan jargon andalan big boss "BUSINESS IS PROFITABLE".

"Bener baget tuh! Katanya bisnis itu harus menguntungkan. Katanya kita harus nyiptain trend baru supaya bisa bikin terobosan harga di luar kategori yang udah ada. Ini client minta pangkas harga nyaris 25% kok malah diiya-iyain aja?! Bahkan waktu Dery nawarin perubahan desain dengan konsep yang sama pun dia nolak. Maunya sama persis kayak gitu, tapi harga terjun payung. Inilah kenapa kita gak boleh berbisnis sama sahabat sendiri. Bahkan sekelas big bos pun idealisme bisnisnya bisa jadi luntur gini."

Aku bisa memahami kenapa Jihan menjadi seemosional itu. Riset dan pengolahan ide yang hampir satu bulan ini kami lakukan memang bukan hal yang semestinya dihargai murah. Konsep kompleks perkantoran dengan mengusung RTH dan kolaborasi pembaharuan tersebut mau ditekan seperti apapun memang melibatkan banyak material yang menyita cost. Artinya, mempertahankan desain utama dengan melakukan pemangkasan RAB sebesar 25% itu hanya akan berdampak pada salah satu di antara dua hal; kualitas mutu proyek atau profitabilitas perusahaan.

"Oke gimana kalau gini..." panggilan video call grup menghentikan kalimatku. Aku baru sadar bahwa jam makan siang hampir tiba. "Sorry guys, bentar-bentar..." kucoba sedikit menepi untuk menjawab panggilan itu, tapi Dery dengan seenak jidatnya langsung memberiku tugas untuk menghubungi beberapa supplier dan melakukan nego harga. Dia mengatakannya sembari melangkah pergi menyambut jam istirahatnya. Tentu saja disusul dengan ketiga rekan kerjaku yang lain.

"Sialan si Dery..." umpatku sebagai bawahan yang tidak bisa menolak perintah tugas. "Eh guys, kalian juga istirahat dulu sana, nanti dilanjut lagi." Alih-alih berbaik hati kepada anak magang, aku hanya ingin mengosongkan ruangan divisiku untuk lebih fokus membahas CV ta'aruf ini.

Kami lantas membaca file yang baru saja dikirimkan Noel ke WAG. File tentang diriku yang tidak terasa seperti buatan orang lain. Noel bahkan menghubungi bunda untuk menanyakan nama lengkap dan tanggal lahirnya dengan ayah. Saat kami setengah kaget menanggapi celetukan itu, Noel langsung mengklarifikasi bahwa bundaku tidak tahu apa-apa tentang CV ta'aruf ini. Noel mengaku kalau aku sedang meminta bantuannya untuk mengisi form asuransi. Sebenarnya itu agak aneh, karena aku sudah pernah mengisi form semacam itu di depan bunda saat tahun awal kerja. Tapi untungnya bunda tetap memberitahu Noel walau diawali dengan sedikit gumamam "Aneh, Zoya kok daftar asuransi banyak-banyak ya..."

"Eh btw, tilawah apaan dah? Gue gak paham, jadi gue strip aja haha."

"Udah bener kok, Zoyakan emang gak pernah ngaji."

"Yeee, gak gitu juga kali Tom, gue ngaji kadang..."

"Kapan?" tanya Rasya mengolokku.

Lihat selengkapnya