Diary untuk Arland

Rika Kurnia
Chapter #1

Prolog

"Kamu disini dulu ya. Aku mau beli minum buat kita berdua," ucap seorang gadis kecil.

"Iya. Tapi kamu jangan lama-lama ya. Aku nggak mau sendirian di sini," sahut anak laki-laki yang ada dihadapan si gadis. Keduanya berteman. 

Gadis kecil itu mengangguk sembari tersenyum. Ia berbalik dan meninggalkan temannya di dekat tiang bendera. Sementara anak laki-laki mencari tempat yang nyaman untuk sekiranya ia bisa singgahi. Dan pilihan jatuh pada sebuah pekarangan taman kecil yang tidak begitu jauh dari posisi sebelumnya. Terdapat tatanan semen yang mengering di sekeliling taman itu. 

Anak laki-laki itu duduk di sana. Sepasang matanya beredar menyusuri lingkungan sekolah yang mulai sunyi. Pandangannya berhenti di pintu gerbang untuk mencari apakah temannya sudah mendapatkan minuman yang dibeli. Dan tidak ada seorang pun di sana. Termasuk penjaga sekolah yang kebetulan sedang berada di toilet. 

Duapuluh menit berlalu. Sang gadis kecil belum juga kembali. Dan anak laki-laki itu semakin gusar di tempatnya. Ia menarik tubuhnya untuk berdiri. Mencoba melihat kesana-kemari di sekitarnya. Menggerakkan kakinya beberapa langkah ke depan kala meneliti setiap lorong di sekitarnya. 

Tiba-tiba ada dua orang laki-laki dewasa bertubuh kekar yang menghampiri anak laki-laki itu. Bertato di lengan kirinya, dan memiliki rambut yang tidak begitu banyak. Sedangkan yang satunya memakai topi untuk menutupi rambut panjang sebahunya. 

Anak laki-laki itu mulai was-was. Tidak ada satu pun orang di sini kecuali dirinya sendiri dan dua orang menyeramkan yang semakin lama terus mendekatinya. 

Kakinya bergerak mundur perlahan. Dan tidak ada lagi pijakan setelahnya. Anak laki-laki itu terhalang oleh pekarangan yang ia duduki tadi. Rasa takut mulai mengerubungi seluruh tubuhnya.

Seringaian yang dikeluarkan dari dua orang dewasa itu membuatnya meringis ngeri. 

Semakin dekat jarak di antara anak laki-laki dan dua orang seperti monster mini itu.

Ia memejamkan matanya sampai kemudian kesadarannya hilang. Anak laki-laki itu tidak tahu apa yang terjadi lagi setelahnya. 

Sementara itu, gadis kecil yang telah meninggalkan temannya sendiri, berlari dari dalam kamar menuju pintu rumahnya sampai suara sang ibunda menghentikannya.

"Mau kemana, sayang?" 

Lihat selengkapnya