Diary untuk Arland

Rika Kurnia
Chapter #26

Harian Ke-25 / Ketakutan Berujung Kebahagiaan

Ini bukan tentang aku dan kamu lagi. Tetapi Tuhan juga ikut andil dalam hal ini karena hanya Dia yang bisa memutuskan seperti apa akhirnya cerita kita.

Ainaya Valyria

•••••

Lebih dari satu tahun lalu, pernah ada seorang gadis berpenampilan acak-acakan. Sebutkan saja rambutnya yang bondol, wajahnya yang sangar, sikapnya yang kasar pada siapapun, dan memiliki otak yang nyaris dibilang kosong.

Gadis tersebut lahir dari keluarga yang kaya raya. Namun, harta berlimpah bukanlah hal yang bisa membuat gadis itu bahagia. Harta tidak bisa menjamin gadis itu mempunyai banyak teman di sekolahnya. Harta juga tidak bisa membeli otak cerdas untuk gadis itu.

Gadis itu kesepian. Dia tidak pernah mendapatkan kehangatan keluarganya secara utuh sejak usia sepuluh tahun. Orang tuanya bercerai. Dan yang paling menyakitkan untuk gadis itu adalah alasan kedua orang tuanya bercerai adalah dirinya.

Setiap kali orang tuanya bertengkar, selalu dengan alasan dan pembahasan yang sama, yaitu karena prestasi sang anak yang buruk. Orang tua si gadis saling menyalahkan akan kemampuan yang dimiliki sang anak. Bahkan, hampir di setiap kenaikan kelas, gadis tersebut tidak bisa lanjut kelas. Hanya karena nama orang tua yang cukup disegani banyak orang, gadis itu masih bisa melewati masa kritisnya sebagai seorang pelajar.

Gadis itu mengalami keterpurukan yang cukup lama. Perkelahian tidak jarang menjadi alasan si gadis menjadi salah satu siswi nakal di sekolahnya. Juga tidak ada satupun teman sekolahnya yang mau atau berani mendekatinya karena sikap kasar gadis itu.

Dunia gadis itu hanya miliknya sendiri tanpa ada satupun yang masuk ke dalamnya.

Sampai suatu ketika ada seorang gadis lain yang berani menyapanya pada siang itu. Gadis berpenampilan biasa saja, wajah polos, dan cara bicara yang lembut. Bisa dibilang bertolak belakang dengan gadis kasar itu.

Untuk pertama kalinya, sejak perceraian kedua orang tuanya yang membuat gadis itu bersikap kasar pada siapapun sehingga tidak ada satupun orang yang berani mendekatinya, waktu itu ada satu orang gadis yang tanpa ragu duduk di sebelahnya.

Gadis polos itu menyapanya, memperkenalkan diri sambil mengulurkan tangannya, dan tersenyum. Tidak semudah itu gadis kasar tersebut mengubah sikap kasarnya. Tidak secepat pagi berganti malam, gadis kasar itu mau berbalik memperkenalkan dirinya kepada si gadis polos.

Namun, tidak juga memerlukan waktu lebih dari seminggu, gadis kasar menerima datangnya teman baru, si gadis polos. Perlahan juga, si gadis kasar menceritakan segala kehidupannya kepada si gadis polos. Dan saat itulah si gadis polos menjadi malaikat tanpa sayap untuk gadis kasar.

Sejak Naya membantu Riani keluar dari hidupnya yang kelam, sejak Naya perlahan membantu Riani belajar sehingga membuat kedua orang tua Riani memiliki hubungan baik, sejak Naya selalu ada untuk Riani saat itu yang membuat sekarang Riani merasa bahwa berapapun harta yang dia punya, tidak mampu membalas semua ketulusan Naya.

Di saat hanya Naya yang menganggap Riani seorang teman, saat itu juga Riani berjanji pada dirinya sendiri untuk melindungi dan menjaga Naya dari apapun di dunia ini. Riani berhutang besar dengan Naya. Naya adalah sahabatnya yang tidak akan pernah Riani tukar dengan apapun di dunia ini.

"Nay, baru kemarin lo bilang sama gue kalo lo baik-baik aja. Tapi kenapa tiba-tiba tadi lo nggak sadarkan diri? Lo kenapa nggak jujur sih, Nay, sama gue?" sergah Riani dengan rengekan lantaran terlalu cemas dengan sahabatnya. Untung saja Naya sudah membuka matanya sekarang.

"Aku gapapa, Ri. Aku cuma pusing sedikit tadi. Aku harus ke acara olimpiade, Ri. Aku takut Arland nungguin aku." Alih-alih tidak ingin menjawab pertanyaan Riani yang sudah diambang kecemasan, Naya justru mengkhawatirkan hal lain.

"Nggak usah pikirin olimpiade dulu. Lo harus pikirin diri lo sendiri. Lo harus dirawat. Dokter bilang keadaan lo semakin lemah. Dan lo nggak pernah cerita soal ini ke gue. Apa gue masih jadi sahabat lo, Nay?"

Butuh usaha keras untuk Naya meneguk salivanya ketika Riani sudah mengomel seperti ini. Tatapan Riani lebih menohok matanya daripada mata seorang guru yang sedang menghukum muridnya.

"Maafin aku, Ri. Aku cuma nggak mau bikin kamu khawatir. Tapi sekarang aku harus cepet ke tempat olimpiade," ujar Naya hendak bangkit dari bangkar. Tetapi dengan tubuhnya yang masih lemas, pergerakak itu gagal.

"Nay, please! Gue mohon untuk kali ini lo dengerin kata gue. Lo harus dirawat," ucap Riani dengan tegas, sehingga membuat Naya tidak berkutik.

"Aku cuma nggak mau buang-buang waktu, Ri. Dengan aku tidur terus di rumah sakit, itu akan membuat aku nggak bisa jalanin sisa hidup aku. Percuma banyaknya obat yang aku minum kalo nggak ada orang yang bisa nyumbangin hatinya buat aku," balas Naya dengan emosi seadanya. Tubuhnya terlalu lemah untuk bisa mengeluarkan suara lantang. Hanya matanya yang tidak mampu Naya tahan untuk mengalirkan bulir bening dari ujung sana.

Lihat selengkapnya