Minggu pagi itu cuaca sedang tidak bersahabat, dari subuh hujan terus mengguyur padahal Marini harus segera ke rumah bu rt untuk mengerjakan pekerjaannya sebagai asisten rumah tangga, seminggu sekali Marini harus mencuci, membersihkan rumah, serta merawat tanaman bu rt. Di kampung itu hanya bu rt dan sang suami pak rt lah yang peduli padanya serta ketiga anaknya.
"Zara ... payung kita kamu taruh di mana ?" tanya Marini pada anaknya Zara dengan sedikit berteriak sambil mencari-cari payung di dapur.
"Kan rusak bu ... sama sekali gak bisa dipakai lagi" jawab Zara yang masih sibuk menampung air dengan baskom karena atap yang bocor.
Zara anak tertua Marini kini usianya menginjak 12 tahun sebentar lagi ia memasuki sekolah menengah pertama, dan Kania anak kedua berusia 8 tahun serta anak sulungnya Ali baru berusia 2 tahun.
"Bocor lagi ... kata Marini
"Iya bu ... nanti saya coba perbaiki kalau hujan sudah reda" ucap Zara menatap air yang terus menetes deras dari atap rumah.
"Jangan ... bahaya, biar ibu saja nanti kalau jatuh gimana, ingat jangan coba-coba perbaiki sendiri" ucap Marini sambil melihat kedua anaknya Kania dan Ali yang masih tertidur di dalam kamar
"Jaga adik-adikmu ya Zar, ibu mau ke rumah bu rt kerja seperti biasa.
"Tapi kan hujannya masih lebat bu ... ucap Zara.
"Kalau nunggu hujan reda, seharian juga kayaknya gak akan reda Zar"
"Bu rt juga ngerti bu kalau hujan, pasti dia gak akan marah kalau ibu datangnya telat, kan dia orang baik"
"Walau bu rt baik kita gak boleh seenaknya, dia sudah banyak membantu keluarga kita" kata Marini kemudian langsung menerubus hujan sebelumnya menebang pelapah daun pisang untuk dijadikan alas kepala agar sedikit tidak kehujanan.
Zara hanya menatap ibunya yang terus lari berpayungkan pelapah daun pisang tersebut dari teras rumah. Karena Zara dan Kania libur sekolah, seperti biasa Zara mengerjakan pekerjaan rumah mulai mencuci hingga memasak, tidak ada kata bermalas-malasan bagi Zara walaupun hari libur, karena Zara anak tertua ia biasa menjadi kakak sekaligus ibu bagi kedua adiknya, walau terkadang ia ingin seperti anak-anak seusianya ketika hari minggu bisa jalan-jalan dengan teman-temannya, atau sekedar santai di rumah tapi hal itu tidak pernah ia keluhkan kepada siapapun termasuk ibunya sendiri.